Integrasi Commuter Line-Transjakarta Belum Siap Dukung OK Otrip
A
A
A
JAKARTA - Program Ok Otrip dinilai solusi tepat untuk mengurangi kemacetan di Jakarta. Persoalannya, Ok Otrip yang menjanjikan integrasi seluruh moda transportasi dengan tarif hanya Rp5.000, membutuhkan sarana penunjang untuk mempercepat pelaksanaannya.
Saat ini sarana yang tersedia belum sepenuhnya lengkap. Antara commuter line dan Transjakarta misalnya, belum begitu sempurna, karena masih ada beberapa stasiun yang belum terintegrasi.
Direktur PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), Muhamad Nurul Fadhila pada prinsipnya menyambut baik program yang digagas pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno itu. Hanya saja, wajib dipikirkan fasilitas dan sarana penunjangnya.
“Beberapa tahun lalu kami sudah menyarankan untuk mengintegrasikan Transjakarta di 17 stasiun, tapi rupanya hal itu tidak juga diterapkan,” ujar Fadhila saat menghadiri diskusi Ok Otrip di Jakarta Creative Hub, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (24/11/2017).
Menurut dia, hingga saat ini integrasi commuter line dengan Transjakarta masih belum sempurna. Ia mencontohkan di Stasiun Manggarai hanya dibangun tenda dan bus di pinggir jalan masih menyebabkan kemacetan. Padahal, jika ditata dengan serius, Fadhila yakin integrasi antarmoda bakal terlaksana dengan baik. “Pada intinya hindari antrean. Kalau itu terlaksana mungkin masyarakat akan menikmatinya,” ucap Fadhila.
Ia kemudian menyindir kesiapan Transjakarta yang tidak sigap menghadapi membludaknya penumpang. Dimana commuter line telah mengurangi headway dari 15 menit menjadi 3 menit tidak dapat diantisipasi oleh Transjakarta. Setiap pengangakutan dan perjalanan kereta bisa mencapai 2.000 orang.
Dengan estimasi satu stasiun bisa turun 100 orang, seharusnya Transjakarta bisa standby di pintu keluar maupun halte untuk mengangkut penumpang commuter line. Dengan demikian, integrasi berjalan baik dan tidak mengganggu pedestarian.
Direktur Utama PT Transjakarta Budi Kaliwono berpendapat, belum sempurnanya integrasi lebih disebabkan lajur Transjakarta yang belum steril. Kondisi ini mengganggu jarak tempuh hingga ketepatan waktu Transjakarta. Padahal dari sisi armada, sekalipun hanya memiliki 1.400 armada, sudah cukup mengangkut penumpang commuter line.
Sementara itu Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Budi Setiadi mengaharapkan Ok Otrip bisa dilaksanakan pada 2018. DKI Jakarta sebagai kota megapolitan akan menjadi proyek percontohan nasional untuk diterapkan di daerah. “Kalau sukses di Jakarta kami akan mengembangkan di daerah lain,” tutur Budi.
Untuk mencapai itu, kata dia, pemerintah pusat siap membantu melalui dukungan armada serta bantuan dana puluhan miliar rupiah.
Saat ini sarana yang tersedia belum sepenuhnya lengkap. Antara commuter line dan Transjakarta misalnya, belum begitu sempurna, karena masih ada beberapa stasiun yang belum terintegrasi.
Direktur PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), Muhamad Nurul Fadhila pada prinsipnya menyambut baik program yang digagas pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno itu. Hanya saja, wajib dipikirkan fasilitas dan sarana penunjangnya.
“Beberapa tahun lalu kami sudah menyarankan untuk mengintegrasikan Transjakarta di 17 stasiun, tapi rupanya hal itu tidak juga diterapkan,” ujar Fadhila saat menghadiri diskusi Ok Otrip di Jakarta Creative Hub, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (24/11/2017).
Menurut dia, hingga saat ini integrasi commuter line dengan Transjakarta masih belum sempurna. Ia mencontohkan di Stasiun Manggarai hanya dibangun tenda dan bus di pinggir jalan masih menyebabkan kemacetan. Padahal, jika ditata dengan serius, Fadhila yakin integrasi antarmoda bakal terlaksana dengan baik. “Pada intinya hindari antrean. Kalau itu terlaksana mungkin masyarakat akan menikmatinya,” ucap Fadhila.
Ia kemudian menyindir kesiapan Transjakarta yang tidak sigap menghadapi membludaknya penumpang. Dimana commuter line telah mengurangi headway dari 15 menit menjadi 3 menit tidak dapat diantisipasi oleh Transjakarta. Setiap pengangakutan dan perjalanan kereta bisa mencapai 2.000 orang.
Dengan estimasi satu stasiun bisa turun 100 orang, seharusnya Transjakarta bisa standby di pintu keluar maupun halte untuk mengangkut penumpang commuter line. Dengan demikian, integrasi berjalan baik dan tidak mengganggu pedestarian.
Direktur Utama PT Transjakarta Budi Kaliwono berpendapat, belum sempurnanya integrasi lebih disebabkan lajur Transjakarta yang belum steril. Kondisi ini mengganggu jarak tempuh hingga ketepatan waktu Transjakarta. Padahal dari sisi armada, sekalipun hanya memiliki 1.400 armada, sudah cukup mengangkut penumpang commuter line.
Sementara itu Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Budi Setiadi mengaharapkan Ok Otrip bisa dilaksanakan pada 2018. DKI Jakarta sebagai kota megapolitan akan menjadi proyek percontohan nasional untuk diterapkan di daerah. “Kalau sukses di Jakarta kami akan mengembangkan di daerah lain,” tutur Budi.
Untuk mencapai itu, kata dia, pemerintah pusat siap membantu melalui dukungan armada serta bantuan dana puluhan miliar rupiah.
(thm)