Macet Sulit Terurai Selama Proyek Berjalan
A
A
A
JAKARTA - Kemacetan di DKI Jakarta akan sulit terurai selama proyek infrastruktur belum selesai. Kepadatan di sekitar pembangunan tetap terjadi hingga tiga terowongan/underpass dan tiga jembatan/flyover tuntas pada Februari 2018.
Tiga flyover berada di Pancoran, Cipinang Lontar, Bintaro. Sedangkan underpass di Mampang-Kuningan, Kartini, dan Matraman. Enam proyek itu akan mengantongi analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) lalu lintas pada pertengahan bulan ini. Sementara, tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu), Depok-Antasari, enam ruas jalan tol dalam kota, dan light rail transit (LRT) diperkirakan amdal lalinnya terbit akhir Desember nanti.
Kepala Bidang Rekayasa Lalu Lintas Dinas Perhubungan DKI Jakarta Priyanto mengatakan, meski keluar amdal lalin kemacetan di sekitar pembangunan tak bisa dihindarkan. Sebab, kondisi jalan dan beban kendaraan yang ada tidak dapat dibendung lagi. Dishub hanya bisa memberlakukan rekayasa lalu lintas sesuai tahapan pengerjaan pembangunan.
“Amdal lalin sudah final dan akan dikeluarkan pada pertengahan November ini. Sayangnya kemacetan tak akan terurai selama pembangunan berjalan. Apalagi informasinya pembangunan molor hingga Februari 2018," ujar Priyanto di Tanah Abang, Jakarta Pusat, kemarin.
Idealnya amdal lalin dikerjakan sebelum pelaksanaan proyek. Tahapannya kajian studi dan amdal lalin selama pelaksanaan dan setelah pembangunan, kemudian pengerjaan. Hal tersebut dilakukan Dinas Bina Marga yang umumnya dikerjakan satu tahun sebelum pembangunan. Namun, dinamika lapangan yang fluktuatif amdal lalin akhirnya harus disesuaikan.
Misalnya, pembangunan A yang pelaksanaannya ditargetkan enam bulan dengan amdal lalin A ternyata berbeda saat proses pengerjaan di lapangan, dimana ada spot pembangunan yang berbenturan dengan sempitnya jalan dan padatnya mobilitas kendaraan. Akhirnya mau tidak mau ada perubahan lalu lintas.
"Pengerjaan pembangunan itu kan per spot. Nah, di spot-spot tertentu banyak ditemukan kendala jalan sempit, kendaraan banyak. Mau melebarkan ada bangunan permanen. Dibebaskan butuh waktu. Jadi rekayasa lalin akan berubah mengikuti tahapan pengerjaan dan kondisi jalan," ungkapnya.
Adapun rekayasa lalu lintas di kawasan pembangunan akan dimaksimalkan dengan tidak menutup arus lalu lintas. Kalau ditutup 100% pengalihan harus dilakukan. Sementara kalau masih bisa dilintasi satu lajur, pengalihan tidak sampai 100%.
Menurut Priyanto, rekayasa lalu lintas lebih banyak menggunakan sistem satu arah dan pengalihan arus tidak sampai 100%. Setiap kali rekayasa berdasarkan evaluasi dan kondisi di lapangan kemudian dikoordinasikan dengan Polda Metro Jaya dan Dinas Bina Marga. "Kami juga mengimbau pelaksana proyek agar pelaksanaan tidak berbarengan seperti di flyover Pancoran yang berdekatan dengan LRT pemerintah pusat. Proyek LRT dekat Pancoran ditunda dulu dengan mengerjakan spot lain agar tidak terjadi penumpukan kendaraan," ujarnya.
Kepala Seksi Pengendalian Simpang Tak Sebidang Bidang Simpang dan Jalan Tidak Sebidang Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hananto Krishna menilai kendala lalu lintas di Jakarta menyebabkan proyek pembangunan molor. Kemacetan di kawasan pembangunan juga bukan lantaran tidak adanya amdal lalin melainkan padatnya kendaraan.
Menurut dia, nyaris tak mungkin amdal lalin tak ada pada sebuah proyek pembangunan yang berdampak terhadap arus lalu lintas. Dinas Bina Marga juga terus berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan maupun kepolisian selama proses pengerjaan. "Amdal lalin itu berisi pengaturan traffic management baik selama konstruksi maupun setelah flyover atau underpass dioperasikan," ungkapnya.
Pengamat perkotaan Universitas Trisakti Nirwono Joga mengatakan, amdal lalin merupakan acuan untuk mengantisipasi dampak yang telah dan akan ditimbulkan akibat proyek pembangunan terhadap area sekitarnya. Artinya, setiap titik pengerjaan dan dampaknya sudah terlihat dalam amdal lalin, sehingga rekayasa lalu lintas bisa mengikutinya.
Dia berharap amdal lalin yang segera selesai disesuaikan dengan kondisi terkini yang mencakup masalah sosial, ekonomi, serta lingkungan termasuk rekayasa lalu lintas selama dan sesudah proyek pembangunan. "Optimalisasi transportasi massal yang sudah ada. Penambahan bus Transjakarta juga harus dipercepat," katanya. (Bima Setiyadi)
Tiga flyover berada di Pancoran, Cipinang Lontar, Bintaro. Sedangkan underpass di Mampang-Kuningan, Kartini, dan Matraman. Enam proyek itu akan mengantongi analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) lalu lintas pada pertengahan bulan ini. Sementara, tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu), Depok-Antasari, enam ruas jalan tol dalam kota, dan light rail transit (LRT) diperkirakan amdal lalinnya terbit akhir Desember nanti.
Kepala Bidang Rekayasa Lalu Lintas Dinas Perhubungan DKI Jakarta Priyanto mengatakan, meski keluar amdal lalin kemacetan di sekitar pembangunan tak bisa dihindarkan. Sebab, kondisi jalan dan beban kendaraan yang ada tidak dapat dibendung lagi. Dishub hanya bisa memberlakukan rekayasa lalu lintas sesuai tahapan pengerjaan pembangunan.
“Amdal lalin sudah final dan akan dikeluarkan pada pertengahan November ini. Sayangnya kemacetan tak akan terurai selama pembangunan berjalan. Apalagi informasinya pembangunan molor hingga Februari 2018," ujar Priyanto di Tanah Abang, Jakarta Pusat, kemarin.
Idealnya amdal lalin dikerjakan sebelum pelaksanaan proyek. Tahapannya kajian studi dan amdal lalin selama pelaksanaan dan setelah pembangunan, kemudian pengerjaan. Hal tersebut dilakukan Dinas Bina Marga yang umumnya dikerjakan satu tahun sebelum pembangunan. Namun, dinamika lapangan yang fluktuatif amdal lalin akhirnya harus disesuaikan.
Misalnya, pembangunan A yang pelaksanaannya ditargetkan enam bulan dengan amdal lalin A ternyata berbeda saat proses pengerjaan di lapangan, dimana ada spot pembangunan yang berbenturan dengan sempitnya jalan dan padatnya mobilitas kendaraan. Akhirnya mau tidak mau ada perubahan lalu lintas.
"Pengerjaan pembangunan itu kan per spot. Nah, di spot-spot tertentu banyak ditemukan kendala jalan sempit, kendaraan banyak. Mau melebarkan ada bangunan permanen. Dibebaskan butuh waktu. Jadi rekayasa lalin akan berubah mengikuti tahapan pengerjaan dan kondisi jalan," ungkapnya.
Adapun rekayasa lalu lintas di kawasan pembangunan akan dimaksimalkan dengan tidak menutup arus lalu lintas. Kalau ditutup 100% pengalihan harus dilakukan. Sementara kalau masih bisa dilintasi satu lajur, pengalihan tidak sampai 100%.
Menurut Priyanto, rekayasa lalu lintas lebih banyak menggunakan sistem satu arah dan pengalihan arus tidak sampai 100%. Setiap kali rekayasa berdasarkan evaluasi dan kondisi di lapangan kemudian dikoordinasikan dengan Polda Metro Jaya dan Dinas Bina Marga. "Kami juga mengimbau pelaksana proyek agar pelaksanaan tidak berbarengan seperti di flyover Pancoran yang berdekatan dengan LRT pemerintah pusat. Proyek LRT dekat Pancoran ditunda dulu dengan mengerjakan spot lain agar tidak terjadi penumpukan kendaraan," ujarnya.
Kepala Seksi Pengendalian Simpang Tak Sebidang Bidang Simpang dan Jalan Tidak Sebidang Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hananto Krishna menilai kendala lalu lintas di Jakarta menyebabkan proyek pembangunan molor. Kemacetan di kawasan pembangunan juga bukan lantaran tidak adanya amdal lalin melainkan padatnya kendaraan.
Menurut dia, nyaris tak mungkin amdal lalin tak ada pada sebuah proyek pembangunan yang berdampak terhadap arus lalu lintas. Dinas Bina Marga juga terus berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan maupun kepolisian selama proses pengerjaan. "Amdal lalin itu berisi pengaturan traffic management baik selama konstruksi maupun setelah flyover atau underpass dioperasikan," ungkapnya.
Pengamat perkotaan Universitas Trisakti Nirwono Joga mengatakan, amdal lalin merupakan acuan untuk mengantisipasi dampak yang telah dan akan ditimbulkan akibat proyek pembangunan terhadap area sekitarnya. Artinya, setiap titik pengerjaan dan dampaknya sudah terlihat dalam amdal lalin, sehingga rekayasa lalu lintas bisa mengikutinya.
Dia berharap amdal lalin yang segera selesai disesuaikan dengan kondisi terkini yang mencakup masalah sosial, ekonomi, serta lingkungan termasuk rekayasa lalu lintas selama dan sesudah proyek pembangunan. "Optimalisasi transportasi massal yang sudah ada. Penambahan bus Transjakarta juga harus dipercepat," katanya. (Bima Setiyadi)
(nfl)