Miliki 208 Bank Sampah, Tangsel Bertekad Kendalikan Sampah
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Volume sampah di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) setiap harinya tergolong besar karena mencapai 880 ton. Pemkot Tangsel kian dihadapkan persoalan pelik karena saat ini baru memiliki satu Tempat Pemprosesan Akhir Sampah, yakni di Cipeucang, Serpong.
Di lokasi ini, ketinggian sampah pun sudah mencapai belasan meter.
Namun di tengah kondisi tersebut, tumbuh harapan persoalan sampah perlahan bisa teratasi karena animo warga untuk membuat bank sampah juga tinggi.
Kehadiran bank sampah sangat efektif karena ada pelibatan warga secara aktif sejak dini. Harapannya volume sampah yang sampai di Cipeucang berkurang dan sifatnya sudah tak bernilai ekonomis lagi.
Hingga kini, jumlah bank sampah di kota seluas 147,19 km persegi ini sudah mencapai 208. Nasabahnya pun telah mencapai 4.000 orang lebih. Tingginya kesadaran warga ini, diyakini mampu membantu mengatasi persoalan sampah.
“Kesadaran warga dalam mengelola sampah sudah semakin baik. Ini bisa membantu pemerintah mengatasi persoalan sampah,” ujar Ketua Forum Komunikasi Bank Sampah (Forkas) Tangsel Eka Meidya, Kamis, 1 Juani 2017 kemarin.
Bank sampah terakhir yang diluncurkan adalah berada di Cluster Sudimara Jombang (CSJ), Kelurahan Jombang, Ciputat. Di cluster ini, sampah-sampah yang telah dipilah warga kemudian langsung ditimbang untuk dijual.
Dengan bergabung di Forkas, sampah tak sulit dijual karena pembeli langsung datang ke lokasi. Warga pun sangat antusias karena sampah-sampah tak hanya dibuang di bak sampah, tapi bisa bernilai ekonomis. “Program ini selain bisa menciptakan lingkungan bersih juga membuat wargaguyub,” ujar Ketua Forum Warga CSJ Surono.
Koordinator Bank Sampah Kecamatan Ciputat Dimas Wiwoko mengatakan, kehadiran bank sampah adalah bentuk kearifan lokal. Sebab sejak dini warga memiliki kesadaran dan kepedulian tinggi untuk menciptakan lingkungan yang bersih. Selain mengubah sampah bernilai lebih ekonomis, bank sampah juga menjadi gerakan bersama mewujudkan kota yang bersih.
“Ini menjadi pintu sebagai akses untuk menyelaraskan dengan program Pemkot Tangsel mengatasi sampah,” ujar Dimas.
Di lokasi ini, ketinggian sampah pun sudah mencapai belasan meter.
Namun di tengah kondisi tersebut, tumbuh harapan persoalan sampah perlahan bisa teratasi karena animo warga untuk membuat bank sampah juga tinggi.
Kehadiran bank sampah sangat efektif karena ada pelibatan warga secara aktif sejak dini. Harapannya volume sampah yang sampai di Cipeucang berkurang dan sifatnya sudah tak bernilai ekonomis lagi.
Hingga kini, jumlah bank sampah di kota seluas 147,19 km persegi ini sudah mencapai 208. Nasabahnya pun telah mencapai 4.000 orang lebih. Tingginya kesadaran warga ini, diyakini mampu membantu mengatasi persoalan sampah.
“Kesadaran warga dalam mengelola sampah sudah semakin baik. Ini bisa membantu pemerintah mengatasi persoalan sampah,” ujar Ketua Forum Komunikasi Bank Sampah (Forkas) Tangsel Eka Meidya, Kamis, 1 Juani 2017 kemarin.
Bank sampah terakhir yang diluncurkan adalah berada di Cluster Sudimara Jombang (CSJ), Kelurahan Jombang, Ciputat. Di cluster ini, sampah-sampah yang telah dipilah warga kemudian langsung ditimbang untuk dijual.
Dengan bergabung di Forkas, sampah tak sulit dijual karena pembeli langsung datang ke lokasi. Warga pun sangat antusias karena sampah-sampah tak hanya dibuang di bak sampah, tapi bisa bernilai ekonomis. “Program ini selain bisa menciptakan lingkungan bersih juga membuat wargaguyub,” ujar Ketua Forum Warga CSJ Surono.
Koordinator Bank Sampah Kecamatan Ciputat Dimas Wiwoko mengatakan, kehadiran bank sampah adalah bentuk kearifan lokal. Sebab sejak dini warga memiliki kesadaran dan kepedulian tinggi untuk menciptakan lingkungan yang bersih. Selain mengubah sampah bernilai lebih ekonomis, bank sampah juga menjadi gerakan bersama mewujudkan kota yang bersih.
“Ini menjadi pintu sebagai akses untuk menyelaraskan dengan program Pemkot Tangsel mengatasi sampah,” ujar Dimas.
(whb)