Tanggul Raksasa, Selamatkan Jakarta atau Selubung Proyek Real Estate ?
A
A
A
AKHIR tahun ini pemerintah akan segera membangun tanggul raksasa sepanjang 20 km. Giant Sea Wall itu dimaksudkan menyelamatkan Jakarta dari terjangan banjir dari laut yang kerap menerpa saban tahun. Tapi, ada komentar miring, jika proyek tersebut hanya selubung proyek real estate di pulau reklamasi.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bambang Brodjonegoro, bilang semakin lama kondisi tanah Jakarta terus menurun. Pembangunan tanggul laut bukan lagi hal yang harus ditunda-tunda. "Kita bicara tanggul laut atau Giant Sea Wall itu bicara soal menyelamatkan Jakarta, "tegasnya. Menurut Bambang, abrasi dan penurunan permukaan tanah bukan hanya di Jakarta, tapi juga seluruh pantai utara Jawa.
Area di utara Jakarta, termasuk tanggul yang didesain untuk melindungi daerah itu, tenggelam dengan kecepatan 25 cm per tahun. Jakarta memang terus tenggelam karena penurunan muka tanah. Pengalihfungsian lahan menjadi daerah bangunan beton dan semen membuat tanah di Jakarta dan sekitarnya tidak bisa menyerap air untuk menggantikan air tanah yang tersedot. Menurunnya permukaan tanah pada kecepatan tinggi, bahaya banjir terus meningkat.
Sayangnya proyek besar tersebut mendapatkan kritikan. Sebab, itu tanggul raksasa bukan jawaban untuk mengatasi banjir di Jakarta, sebaliknya malah mendatangkan masalah baru. Dalam salah satu kajian kritis peneliti asing, yang tergabung dalam lembaga riset independen The Center for Research on Multinational Corporations atau Stichting Multinationale Ondernemingen (SOMO) mengatakan pembangunan tanggul raksasa akan tetap membuat Jakarta terendam banjir laut.
Menurut mereka, solusi mencegah Jakarta tenggelam harus mulai dari hulu, yakni menghentikan eksploitasi air bawah tanah Jakarta. Pakar Kelautan Institut Pertanian Bogor, M Karim, juga berpendapat Indonesia keliru jika merujuk pada Singapura dan Abu Dhabi terkait tanggul laut maupun reklamasi.
Lalu bagaimana tanggul raksasa untuk melindung proyek real estate di pulai hasil reklamasi pantai Jakarta? Simak selengkapnya di Majalah SINDO Weekly Edisi 10/VI/2017 yang terbit Senin (8/4/2017).
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bambang Brodjonegoro, bilang semakin lama kondisi tanah Jakarta terus menurun. Pembangunan tanggul laut bukan lagi hal yang harus ditunda-tunda. "Kita bicara tanggul laut atau Giant Sea Wall itu bicara soal menyelamatkan Jakarta, "tegasnya. Menurut Bambang, abrasi dan penurunan permukaan tanah bukan hanya di Jakarta, tapi juga seluruh pantai utara Jawa.
Area di utara Jakarta, termasuk tanggul yang didesain untuk melindungi daerah itu, tenggelam dengan kecepatan 25 cm per tahun. Jakarta memang terus tenggelam karena penurunan muka tanah. Pengalihfungsian lahan menjadi daerah bangunan beton dan semen membuat tanah di Jakarta dan sekitarnya tidak bisa menyerap air untuk menggantikan air tanah yang tersedot. Menurunnya permukaan tanah pada kecepatan tinggi, bahaya banjir terus meningkat.
Sayangnya proyek besar tersebut mendapatkan kritikan. Sebab, itu tanggul raksasa bukan jawaban untuk mengatasi banjir di Jakarta, sebaliknya malah mendatangkan masalah baru. Dalam salah satu kajian kritis peneliti asing, yang tergabung dalam lembaga riset independen The Center for Research on Multinational Corporations atau Stichting Multinationale Ondernemingen (SOMO) mengatakan pembangunan tanggul raksasa akan tetap membuat Jakarta terendam banjir laut.
Menurut mereka, solusi mencegah Jakarta tenggelam harus mulai dari hulu, yakni menghentikan eksploitasi air bawah tanah Jakarta. Pakar Kelautan Institut Pertanian Bogor, M Karim, juga berpendapat Indonesia keliru jika merujuk pada Singapura dan Abu Dhabi terkait tanggul laut maupun reklamasi.
Lalu bagaimana tanggul raksasa untuk melindung proyek real estate di pulai hasil reklamasi pantai Jakarta? Simak selengkapnya di Majalah SINDO Weekly Edisi 10/VI/2017 yang terbit Senin (8/4/2017).
(bbk)