Kesulitan Biaya Bangun LRT, PT Jakpro Ajak Inggris untuk Berinvestasi
A
A
A
JAKARTA - PT Jakarta Propertindo (Jakpro) berharap Inggris ikut berinvestasi dalam pembangunan Light Rail Transit (LRT) di Jakarta. Pasalnya, pembangunan LRT membutuhkan anggaran yang sangat fantastis.
Direktur Utama PT Jakpro Satya Heragandhi mengatakan, dalam proyek transportasi berbasis rel LRT di Jakarta, Inggris berperan sebagai konsultan teknis. Negara yang memiliki finansial besar itu sangat sayang bila hanya bekerja sama di bidang konsultan.
Untuk itu, Satya berharap Inggris dapat bekerja sama dengan Pemprov DKI di bidang finansial."Inggris itu sedang banyak uang, jadi kita manfaatkan saja untuk berinvestasi proyek LRT tujuh koridor di Jakarta. Satu kilometer LRT itu butuh dana sekitar $38-41 juta dollar Amerika. Tujuh koridor itu jumlah totalnya 110 kilometer," kata Satya Gandhi usai mendampingi Duta Besar Inggris Moazzam Malik mengunjungi proyek pembangunan LRT di Velodrome, Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis, 6 April 2017 kemarin.
Satya menjelaskan, LRT fase A Velodrome-Kelapa Gading yang sedang dibangun saat ini memiliki panjang 6 kilometer dan menghabiskan dana Rp4-5 triliun. Untuk menutup biaya tersebut, tidak bisa sepenuhnya menggunakan penyertaan modal pemerintah (PMP) yang diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Dia mengaku perlu meminjam uang dari perbankan mengingat fase A tersebut harus selesai sebelum Asian Games pada Maret 2018. Sebagai transportasi massal, lanjut Satya, tidak mungkin LRT fase A didiamkan usai perhelatan Asian Games diselenggarakan.
Artinya, fase A harus diteruskan ke Dukuh Atas seperti yang direncanakan dalam koridor I Kelapa Gading- Dukuh Atas. "Untuk meneruskan ke Dukuh Atas yang panjang mencapai 40 kilometer itu diperlukan biaya $339 juta Dollar Amerika. Kami harap Inggris segera berinvestasi agar pengerjaan LRT fase A dapat langsung dilanjutkan. Kalau tunggu PMP itu bisa 10-11 tahun baru selesai LRT di Jakarta," ungkapnya.
Terkait pola kerjasa manya, lanjut Satya, yakni melalui bisnis to bisnis. Artinya, sarana dan operasional tetap milik DKI, termasuk operatornya. Dia pun kembali berharap agar PT Jakarta Propertindo ditunjuk oleh Gubernur DKI Jakarta sebagai operatornya.
Sementara itu, Duta Besar Inggris Moazzam Malik menyambut baik peluang kerja sama investasi dalam proyek LRT yang dibuka Pemprov DKI. Hal itupun sudah didiskusikan dalam perjalanannya mengunjungi proyek LRT fase A Velodrome-Kelapa Gading.
Untuk menindaklanjuti diskusi kerja sama tersebut, Moazzam bahkan berjanji akan mengundang pejabat senior finansial ke Indonesia pekan depan.
"Ini contoh yang baik kerja sama, kami membawa ahli, arsitek dan pimpinan proyek ke sini pekan depan. Ini merupakan simbol apa yang bisa kita peroleh bersama-sama," tegasnya.
Direktur Utama PT Jakpro Satya Heragandhi mengatakan, dalam proyek transportasi berbasis rel LRT di Jakarta, Inggris berperan sebagai konsultan teknis. Negara yang memiliki finansial besar itu sangat sayang bila hanya bekerja sama di bidang konsultan.
Untuk itu, Satya berharap Inggris dapat bekerja sama dengan Pemprov DKI di bidang finansial."Inggris itu sedang banyak uang, jadi kita manfaatkan saja untuk berinvestasi proyek LRT tujuh koridor di Jakarta. Satu kilometer LRT itu butuh dana sekitar $38-41 juta dollar Amerika. Tujuh koridor itu jumlah totalnya 110 kilometer," kata Satya Gandhi usai mendampingi Duta Besar Inggris Moazzam Malik mengunjungi proyek pembangunan LRT di Velodrome, Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis, 6 April 2017 kemarin.
Satya menjelaskan, LRT fase A Velodrome-Kelapa Gading yang sedang dibangun saat ini memiliki panjang 6 kilometer dan menghabiskan dana Rp4-5 triliun. Untuk menutup biaya tersebut, tidak bisa sepenuhnya menggunakan penyertaan modal pemerintah (PMP) yang diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Dia mengaku perlu meminjam uang dari perbankan mengingat fase A tersebut harus selesai sebelum Asian Games pada Maret 2018. Sebagai transportasi massal, lanjut Satya, tidak mungkin LRT fase A didiamkan usai perhelatan Asian Games diselenggarakan.
Artinya, fase A harus diteruskan ke Dukuh Atas seperti yang direncanakan dalam koridor I Kelapa Gading- Dukuh Atas. "Untuk meneruskan ke Dukuh Atas yang panjang mencapai 40 kilometer itu diperlukan biaya $339 juta Dollar Amerika. Kami harap Inggris segera berinvestasi agar pengerjaan LRT fase A dapat langsung dilanjutkan. Kalau tunggu PMP itu bisa 10-11 tahun baru selesai LRT di Jakarta," ungkapnya.
Terkait pola kerjasa manya, lanjut Satya, yakni melalui bisnis to bisnis. Artinya, sarana dan operasional tetap milik DKI, termasuk operatornya. Dia pun kembali berharap agar PT Jakarta Propertindo ditunjuk oleh Gubernur DKI Jakarta sebagai operatornya.
Sementara itu, Duta Besar Inggris Moazzam Malik menyambut baik peluang kerja sama investasi dalam proyek LRT yang dibuka Pemprov DKI. Hal itupun sudah didiskusikan dalam perjalanannya mengunjungi proyek LRT fase A Velodrome-Kelapa Gading.
Untuk menindaklanjuti diskusi kerja sama tersebut, Moazzam bahkan berjanji akan mengundang pejabat senior finansial ke Indonesia pekan depan.
"Ini contoh yang baik kerja sama, kami membawa ahli, arsitek dan pimpinan proyek ke sini pekan depan. Ini merupakan simbol apa yang bisa kita peroleh bersama-sama," tegasnya.
(whb)