Kerap Makan Korban, Perlintasan Sebidang Perlu Penanganan Khusus
A
A
A
JAKARTA - Perlintasan sebidang baik liar maupun resmi butuh penanganan khusus. Tak hanya untuk dijaga tapi perlintasan semacam ini harus dihilangkan demi meminimalisir kecelakan.
Di sisi lain, penanganan perlintasan sebidang cukup lemah. Koordinasi antara KAI dan Pemprov DKI tak berjalan baik, sebab itulah banyak perlintasan liar membahayakan.
Seperti di kawasan Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat. Perlintasan liar di sini sangat membahayakan, terutama pada saat jam sibuk, pagi-sore di hari kerja.
Kondisi jalanan yang krodit dan macet membuat banyak masyarakat menjadi korban kecelakaan lalu lintas kereta. "Setiap minggu ada saja yang kena," tutur Widi (39), salah seorang pak ogah di kawasan itu, Jumat 10 Maret 2017.
Widi mengatakan, untuk menjaga perlintasan di kawasan ini. Pihaknya melakukan penjagaan secara sukarela. Dengan membagi sejumlah karang taruna di kawasan itu menjadi tiga waktu setiap malamnya, penjagaan dilakukan secara menyeluruh. "Setiap jaga dilakukan tiga orang, satu di tengah, dua lainnya di utara dan barat," tutur Widi.
Untuk operasional dan makan minum di perlintasan itu, Widi mengaku pihaknya meminta belas kasih sejumlah pengendara yang melintas. Uang itu setiap hari dikumpulkan oleh pihak karang taruna kemudian dibagikan ke petugas jaga perlintasan.
Sebenarnya menjaga perlintasan sebidang di kawasan itu, Pemprov dki dan KAI telah melakukan penutupan terhadap jalur JORR W 2 yang lokasinya tak kurang 50 meter di kawasan itu.
Kemudian, dengan menggunakan flyover kendaraan tak bisa berjalan di perlintasan KA, sebab pagar setinggi dua meter di bawah flyover telah terbentang.
"Karena harus muter jauh, mau tak mau kita lewat jalur ini," ucap Akmal (25), pengendara sepeda motor.
Lain halnya di kawasan Kampung Klingkit, pinggir kali Cengkareng drain, Cengkareng, Jakarta Barat. Di kawasan itu kecelakaan akibat perlintasan liar kerap terjadi. Kejadian dua minggu lalu, sebuah mobil Ayla ditabrak kereta api akibat menghiraukan perlintasan di kawasan itu. "Padahal kami sudah memperingatkan," tutur Jajang (38), pak ogah di kawasan itu.
Di sisi lain, penanganan perlintasan sebidang cukup lemah. Koordinasi antara KAI dan Pemprov DKI tak berjalan baik, sebab itulah banyak perlintasan liar membahayakan.
Seperti di kawasan Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat. Perlintasan liar di sini sangat membahayakan, terutama pada saat jam sibuk, pagi-sore di hari kerja.
Kondisi jalanan yang krodit dan macet membuat banyak masyarakat menjadi korban kecelakaan lalu lintas kereta. "Setiap minggu ada saja yang kena," tutur Widi (39), salah seorang pak ogah di kawasan itu, Jumat 10 Maret 2017.
Widi mengatakan, untuk menjaga perlintasan di kawasan ini. Pihaknya melakukan penjagaan secara sukarela. Dengan membagi sejumlah karang taruna di kawasan itu menjadi tiga waktu setiap malamnya, penjagaan dilakukan secara menyeluruh. "Setiap jaga dilakukan tiga orang, satu di tengah, dua lainnya di utara dan barat," tutur Widi.
Untuk operasional dan makan minum di perlintasan itu, Widi mengaku pihaknya meminta belas kasih sejumlah pengendara yang melintas. Uang itu setiap hari dikumpulkan oleh pihak karang taruna kemudian dibagikan ke petugas jaga perlintasan.
Sebenarnya menjaga perlintasan sebidang di kawasan itu, Pemprov dki dan KAI telah melakukan penutupan terhadap jalur JORR W 2 yang lokasinya tak kurang 50 meter di kawasan itu.
Kemudian, dengan menggunakan flyover kendaraan tak bisa berjalan di perlintasan KA, sebab pagar setinggi dua meter di bawah flyover telah terbentang.
"Karena harus muter jauh, mau tak mau kita lewat jalur ini," ucap Akmal (25), pengendara sepeda motor.
Lain halnya di kawasan Kampung Klingkit, pinggir kali Cengkareng drain, Cengkareng, Jakarta Barat. Di kawasan itu kecelakaan akibat perlintasan liar kerap terjadi. Kejadian dua minggu lalu, sebuah mobil Ayla ditabrak kereta api akibat menghiraukan perlintasan di kawasan itu. "Padahal kami sudah memperingatkan," tutur Jajang (38), pak ogah di kawasan itu.
(mhd)