Penyebab Mahalnya Ongkos Kampanye di Jakarta
A
A
A
JAKARTA - Banyak masyarakat yang bertanya mahalnya biaya kampanye di Jakarta dibandingkan Banten yang berdekatan dengan Jakarta. Pengamat politik UIN Jakarta Adi Prayitno menganalisa dari berbagai hal mengenai pandangan tersebut.
Adi menjelaskan, sebagai Ibu Kota, segala sesuatu di Jakarta memang mahal. Jadi wajar jika biaya kampanye juga mahal karena pemesanan atribut kampanye, iklan di media, biaya konsolidasi, sewa konsultan dan tim pemenangan, dan lain sebaginya.
Kedua, mahalnya biaya kampanye sangat terkait dengan ketatnya persaingan di Ibu Kota. "Hampir semua kandidat menggelontorkan uang di atas Rp50 miliar. Angka yang cukup fantantastis," kata Adi kepada wartawan, Senin, 13 Februari 2017 kemarin.
Angka itu, lanjut Adi, tidak termasuk biaya saksi saat pemungutan suara. Bisa dicek, sebaran logistik masing-masing kandidat yang begitu massif, lihat juga kebutuhan konsolidasi, termasuk sewa konsultan pemenangan plus lembaga survei kenamaan juga berbiaya mahal.
"Ini menunjukkan masing-masing kandidat mengerahkan segala sumber daya ekonominya untuk menang," ungkapnya. Ketiga, Jakarta sebagai barometer politik nasional. Sangat wajar jika setiap calon menjadikan Pilgub Jakarta sebagai pemangan Pemilu 2019 nanti.
Semua kandidat menggunakan formasi terbaiknya untuk menang dan ketua umum parpol turun gunung semua. Bahkan semua caleg masing-masing partai pengusung yang dari luar Jakarta pun diminta ikut terlibat memenangkan calon. "Fakta inilah yang membuat ongkos politik Jakarta berbiaya mahal," ucapnya.
Adi menjelaskan, sebagai Ibu Kota, segala sesuatu di Jakarta memang mahal. Jadi wajar jika biaya kampanye juga mahal karena pemesanan atribut kampanye, iklan di media, biaya konsolidasi, sewa konsultan dan tim pemenangan, dan lain sebaginya.
Kedua, mahalnya biaya kampanye sangat terkait dengan ketatnya persaingan di Ibu Kota. "Hampir semua kandidat menggelontorkan uang di atas Rp50 miliar. Angka yang cukup fantantastis," kata Adi kepada wartawan, Senin, 13 Februari 2017 kemarin.
Angka itu, lanjut Adi, tidak termasuk biaya saksi saat pemungutan suara. Bisa dicek, sebaran logistik masing-masing kandidat yang begitu massif, lihat juga kebutuhan konsolidasi, termasuk sewa konsultan pemenangan plus lembaga survei kenamaan juga berbiaya mahal.
"Ini menunjukkan masing-masing kandidat mengerahkan segala sumber daya ekonominya untuk menang," ungkapnya. Ketiga, Jakarta sebagai barometer politik nasional. Sangat wajar jika setiap calon menjadikan Pilgub Jakarta sebagai pemangan Pemilu 2019 nanti.
Semua kandidat menggunakan formasi terbaiknya untuk menang dan ketua umum parpol turun gunung semua. Bahkan semua caleg masing-masing partai pengusung yang dari luar Jakarta pun diminta ikut terlibat memenangkan calon. "Fakta inilah yang membuat ongkos politik Jakarta berbiaya mahal," ucapnya.
(whb)