Rawan Kriminalitas, IPW Minta Polisi Manfaatkan Teknologi
A
A
A
JAKARTA - Memasuki awal tahun 2017 sejumlah kasus pembunuhan di ibu kota mulai marak. Pertama kasus pembunuhan enam orang yang disekap dalam kamar mandi berukuran 1,5x1,5 meter di rumah Dodi Triono, Pulomas, Jakarta Timur.
Kedua, kasus pembunuhan Tri Ari Yani Puspo Arum, mahasiswi Esa Unggul di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Terakhir, Murniati mahasiswi Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) yang tewas di rumahnya di Pondok Ranggon, Jakarta Timur.
Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan, Jakarta sebagai kota metropolitan dan ibu kota negara masih rawan kriminalitas. Maka itu, dia mendesak, polisi agar lebih keras lagi dalam menekan ancaman kriminalitas di Jakarta.
"Termasuk kasus-kasus pembunuhan. Meski demikian Polda Metro Jaya sebagai pengemban keamanan harus terus menerus berupaya maksimal menekan ancaman kriminalitas itu," kata Neta ketika dihubungi SINDOnews, Senin (16/1/2017).
Selain deteksi dan antisipasi dini, lanjut Neta, polisi perlu berkreasi tinggi agar pelaku kriminalitas tidak punya peluang untuk beraksi dan ruang geraknya makin sempit.
"Di banyak kota metropolitan di dunia kepolisiannya sudah mengandalkan CCTV dan call center untuk mempersempit ruang gerak para kriminal. Sebab jika hanya mengandalkan rasio polisi dengan masyarakat kondisinya sudah tidak realistis tidak efektif dan memakan biaya tinggi. Solusinya polda harus memanfaatkan teknologi untuk mengantisipasi kejahatan," tuturnya.
Kedua, kasus pembunuhan Tri Ari Yani Puspo Arum, mahasiswi Esa Unggul di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Terakhir, Murniati mahasiswi Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) yang tewas di rumahnya di Pondok Ranggon, Jakarta Timur.
Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan, Jakarta sebagai kota metropolitan dan ibu kota negara masih rawan kriminalitas. Maka itu, dia mendesak, polisi agar lebih keras lagi dalam menekan ancaman kriminalitas di Jakarta.
"Termasuk kasus-kasus pembunuhan. Meski demikian Polda Metro Jaya sebagai pengemban keamanan harus terus menerus berupaya maksimal menekan ancaman kriminalitas itu," kata Neta ketika dihubungi SINDOnews, Senin (16/1/2017).
Selain deteksi dan antisipasi dini, lanjut Neta, polisi perlu berkreasi tinggi agar pelaku kriminalitas tidak punya peluang untuk beraksi dan ruang geraknya makin sempit.
"Di banyak kota metropolitan di dunia kepolisiannya sudah mengandalkan CCTV dan call center untuk mempersempit ruang gerak para kriminal. Sebab jika hanya mengandalkan rasio polisi dengan masyarakat kondisinya sudah tidak realistis tidak efektif dan memakan biaya tinggi. Solusinya polda harus memanfaatkan teknologi untuk mengantisipasi kejahatan," tuturnya.
(mhd)