Kapolri Paparkan Profil Penyerang Pospol Tangerang
A
A
A
JAKARTA - Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian secara detail menjelaskan sosok Sultan Aziansyah pelaku penyerangan Pospol yang melukai sejumlah anggota polisi.
Tito mengatakan, dua orang kakak Sultan memang anggota Polri yang bertugas di Tangerang. Namun, keluarga menyatakan Sultan ini sering menghilang dari rumah karena sering main internet di warnet.
“Beberapa waktu lalu, Sultan ada di sebuah pesantren di Ciamis. Orangtua dan kakaknya mencari di sana. Setelah ketemu, baru didatangi eh, malah lari. Kemudian dikejar, dibawa ke Polsek setempat. Namun kemudian setelah dibawa ke rumah, hilang lagi Sultan ini,” kata Tito usai menjenguk Kapolsek Tangerang Kompol Efendi di RS Siloam Karawaci, Jumat (21/10/2016).
Perilaku Sultan, lanjut Tito, banyak berubah setelah dari Ciamis. Hal itu juga sempat menjadi kekhawatiran keluarga. Meski Sultan Aziansyah telah meninggal, kepolisian tetap akan menelusuri jejak Sultan belajar merakit bom.
“Siapa tersangka SA ini. Dia adalah rekrutan pemilik pesantren di Ciamis berinisial FA. Pemilik pesantren ini sudah meninggal dunia awal tahun ini,” katanya.
FA merupakan bagian dari jaringan lama Jamaah Islamiyah dan beberapa kali membesuk Abu Bakar Ba'asyir di Nusakambangan. "FA diketahuinya sejak adanya ISIS menjadi lebih pro-ISIS, sehingga kelompok Jamaah Islamiyah terpecah. Karena ada yang dukung ISIS, dan Al Qaeda,” terangnya.
Tito mengatakan, Sultan baru direkrut oleh FA selama setahun. Di samping itu, Sultan sering online dengan kelompok ISIS. Tak hanya itu Sultan sering membuka website-website yang dimiliki ISIS.
“Ada tiga orang Indonesia di Syiriah yang sangat berpengaruh pada kelompok di Indonesia, yakni Bahrun Naim, Bahruim Syah dan Abu Jal. Mereka terus merekrut dengan pola online,” ujarnya.
Tito mengatakan, dua orang kakak Sultan memang anggota Polri yang bertugas di Tangerang. Namun, keluarga menyatakan Sultan ini sering menghilang dari rumah karena sering main internet di warnet.
“Beberapa waktu lalu, Sultan ada di sebuah pesantren di Ciamis. Orangtua dan kakaknya mencari di sana. Setelah ketemu, baru didatangi eh, malah lari. Kemudian dikejar, dibawa ke Polsek setempat. Namun kemudian setelah dibawa ke rumah, hilang lagi Sultan ini,” kata Tito usai menjenguk Kapolsek Tangerang Kompol Efendi di RS Siloam Karawaci, Jumat (21/10/2016).
Perilaku Sultan, lanjut Tito, banyak berubah setelah dari Ciamis. Hal itu juga sempat menjadi kekhawatiran keluarga. Meski Sultan Aziansyah telah meninggal, kepolisian tetap akan menelusuri jejak Sultan belajar merakit bom.
“Siapa tersangka SA ini. Dia adalah rekrutan pemilik pesantren di Ciamis berinisial FA. Pemilik pesantren ini sudah meninggal dunia awal tahun ini,” katanya.
FA merupakan bagian dari jaringan lama Jamaah Islamiyah dan beberapa kali membesuk Abu Bakar Ba'asyir di Nusakambangan. "FA diketahuinya sejak adanya ISIS menjadi lebih pro-ISIS, sehingga kelompok Jamaah Islamiyah terpecah. Karena ada yang dukung ISIS, dan Al Qaeda,” terangnya.
Tito mengatakan, Sultan baru direkrut oleh FA selama setahun. Di samping itu, Sultan sering online dengan kelompok ISIS. Tak hanya itu Sultan sering membuka website-website yang dimiliki ISIS.
“Ada tiga orang Indonesia di Syiriah yang sangat berpengaruh pada kelompok di Indonesia, yakni Bahrun Naim, Bahruim Syah dan Abu Jal. Mereka terus merekrut dengan pola online,” ujarnya.
(whb)