Ini Kata Pengamat Soal Pejabat DKI Mundur
A
A
A
JAKARTA - Mundurnya sejumlah pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta lantaran koordinasi Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ke anak buahnya buruk. Hal itu juga yang diduga pemicu mundurnya Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi.
"Secara umum elektabilitas Ahok tidak banyak berpengaruh. Namun secara umum, kinerja Pemda DKI dan komunikasi antara Gubernur (Ahok) dan bawahannya tidak berjalan baik," kata Pengamat Tata Kota dan Kebijakan Publik dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga saat berbincang dengan Sindonews.
Kemunduran Rustam dari jabatannya itu, sambung Joga, membuat tampak jelas kalau koordinasi Ahok dengan bawahannya sangat buruk. Padahal, hal itu dapat diselesaikan dengan baik manakala Ahok sebagai pemimpin merubah cara komunikasinya.
"Terlihat dari pengunduran beberapa stafnya yang semestinya bisa diselesaikan dengan baik dengan mereka. Terbukti juga kan penyerapan anggaran APBD rendah," tuturnya.
Joga melanjutkan, komunikasi gubernur kepada bawahan kurang baik, bukan sebagai pemimpin yang mdorong atau mendukung bawahan untuk bekerja dengan baik.
"Tetapi atas dasar ketidakpercayaan sehingga selalu bawaannya mencurigai bawahan dan mudah menuduh atau menghakimi bawahan. Kurang ada komunikasi yang baik dua sampai tiga arah untuk berdiskusi tetapi lebih pada satu arah perintah langsung jika tidak menurut, diancam pemecatan. Ini membuat suasana kerja jadi tidak kondusif, tidak bersemangat, pada mau cari aman sendiri-sendiri, sehingga tidak heran penyerapan APBD rendah terus," bebernya.
Sebelumnya diberitakan Rustam mengemukakan alasannya mengundurkan diri dari kursi Wali Kota Jakarta Utara lantaran dirinya menilai kinerjanya selama ini masih belum maksimal.
"Secara umum elektabilitas Ahok tidak banyak berpengaruh. Namun secara umum, kinerja Pemda DKI dan komunikasi antara Gubernur (Ahok) dan bawahannya tidak berjalan baik," kata Pengamat Tata Kota dan Kebijakan Publik dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga saat berbincang dengan Sindonews.
Kemunduran Rustam dari jabatannya itu, sambung Joga, membuat tampak jelas kalau koordinasi Ahok dengan bawahannya sangat buruk. Padahal, hal itu dapat diselesaikan dengan baik manakala Ahok sebagai pemimpin merubah cara komunikasinya.
"Terlihat dari pengunduran beberapa stafnya yang semestinya bisa diselesaikan dengan baik dengan mereka. Terbukti juga kan penyerapan anggaran APBD rendah," tuturnya.
Joga melanjutkan, komunikasi gubernur kepada bawahan kurang baik, bukan sebagai pemimpin yang mdorong atau mendukung bawahan untuk bekerja dengan baik.
"Tetapi atas dasar ketidakpercayaan sehingga selalu bawaannya mencurigai bawahan dan mudah menuduh atau menghakimi bawahan. Kurang ada komunikasi yang baik dua sampai tiga arah untuk berdiskusi tetapi lebih pada satu arah perintah langsung jika tidak menurut, diancam pemecatan. Ini membuat suasana kerja jadi tidak kondusif, tidak bersemangat, pada mau cari aman sendiri-sendiri, sehingga tidak heran penyerapan APBD rendah terus," bebernya.
Sebelumnya diberitakan Rustam mengemukakan alasannya mengundurkan diri dari kursi Wali Kota Jakarta Utara lantaran dirinya menilai kinerjanya selama ini masih belum maksimal.
(mhd)