RSUD Cengkareng Kebanjiran Pasien DBD
A
A
A
JAKARTA - Pasien demam berdarah dengue (DBD) di RSUD Cengkarang terus mengalami peningkatan sejak Desember 2015 hingga Februari 2016. Desember 2015 pasien DBD hanya 18 orang, kini pasien DBD sudah mencapai 85 orang.
Wakil Direktur Utama RSUD Cengkareng Dwi Yani Mahastuti mengatakan, antrean di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) menjadi meningkat. Bahkan dalam beberapa hari kemarin, puluhan warga yang terkena di DBD harus menunggu di kursi roda dengan kondisi tangan dipasangin selang infus.
Dari sekian banyak masyarakat yang dirawat, Dwi mengakui wilayah Kecamatan Cengkareng menjadi penyumbang kasus DBD yang terbanyak di Jakarta Barat, yakni 50 kasus, atau sekitar 52%.
Secara spesifik, RSUD Cengkareng juga menjabarkan dari sekian banyak pasien yang dirawat 44 di antara merupakan orang dewasa yakni di atas 17 tahun, 25 kasus merupakan laki-laki dan 19 kasus lainnya merupakan perempuan. Sementara sisanya 41 orang diketahui merupakan anak, dengan penjabaran 21 orang merupakan anak laki-laki, 20 orang lainnya merupakan anak perempuan.
Sebenarnya, terkait soal kasus DBD yang terjadi di Kecamatan Cengkareng juga cukup terasa pada tahun lalu. Dari 921 pasien yang dirawat, 359 pasien berasal dari Kecamatan Cengkareng, 346 berasal dari Kecamatan Kalideres, 67 orang berasal dari Kecamatan Kembangan, 53 orang berasal dari kawasan Jakarta Utara, 26 orang berasal dari Kebon Jeruk, sementara sisanya berasal dari kecamatan lain dan di luar Jakarta Barat.
"Paling kalau tahun lalu, hanya kecamatan Palmerah saja yang enggak dirawat," tuturnya di Jakarta, Jumat 5 Februari 2016.
Namun, melonjaknya pasien DBD di rawat RSUD Cengkareng kembali menimbulkan masalah. Selain mengalami antrean di ruang IGD lantaran kasur perawatan mengalami penuh, beberapa orang pasien bahkan sempat menolak saat hendak dirujuk di rumah sakit yang bekerja sama dengan RSUD Cengkareng, di antaranya RSU Tipe D Kalideres, RS Buddha Tzu Chi, RS Pelni, RSUD Tarakan.
"Pasien itu butuh ditangani segera, tapi kalau kami rujuk mereka tetap menolak sekalipun kami telah melakukan edukasi," tuturnya.
Sekalipun demikian, Dwi memastikan hingga tahun lalu dan saat ini belum ada warga yang tewas akibat DBD. "Mereka terkena kasus DBD dengan kategori berat (shock)," jelasnya.
PILIHAN:
Adik Mirna Akan Beberkan Alasan sang Kakak Takut Bertemu Jessica
Wakil Direktur Utama RSUD Cengkareng Dwi Yani Mahastuti mengatakan, antrean di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) menjadi meningkat. Bahkan dalam beberapa hari kemarin, puluhan warga yang terkena di DBD harus menunggu di kursi roda dengan kondisi tangan dipasangin selang infus.
Dari sekian banyak masyarakat yang dirawat, Dwi mengakui wilayah Kecamatan Cengkareng menjadi penyumbang kasus DBD yang terbanyak di Jakarta Barat, yakni 50 kasus, atau sekitar 52%.
Secara spesifik, RSUD Cengkareng juga menjabarkan dari sekian banyak pasien yang dirawat 44 di antara merupakan orang dewasa yakni di atas 17 tahun, 25 kasus merupakan laki-laki dan 19 kasus lainnya merupakan perempuan. Sementara sisanya 41 orang diketahui merupakan anak, dengan penjabaran 21 orang merupakan anak laki-laki, 20 orang lainnya merupakan anak perempuan.
Sebenarnya, terkait soal kasus DBD yang terjadi di Kecamatan Cengkareng juga cukup terasa pada tahun lalu. Dari 921 pasien yang dirawat, 359 pasien berasal dari Kecamatan Cengkareng, 346 berasal dari Kecamatan Kalideres, 67 orang berasal dari Kecamatan Kembangan, 53 orang berasal dari kawasan Jakarta Utara, 26 orang berasal dari Kebon Jeruk, sementara sisanya berasal dari kecamatan lain dan di luar Jakarta Barat.
"Paling kalau tahun lalu, hanya kecamatan Palmerah saja yang enggak dirawat," tuturnya di Jakarta, Jumat 5 Februari 2016.
Namun, melonjaknya pasien DBD di rawat RSUD Cengkareng kembali menimbulkan masalah. Selain mengalami antrean di ruang IGD lantaran kasur perawatan mengalami penuh, beberapa orang pasien bahkan sempat menolak saat hendak dirujuk di rumah sakit yang bekerja sama dengan RSUD Cengkareng, di antaranya RSU Tipe D Kalideres, RS Buddha Tzu Chi, RS Pelni, RSUD Tarakan.
"Pasien itu butuh ditangani segera, tapi kalau kami rujuk mereka tetap menolak sekalipun kami telah melakukan edukasi," tuturnya.
Sekalipun demikian, Dwi memastikan hingga tahun lalu dan saat ini belum ada warga yang tewas akibat DBD. "Mereka terkena kasus DBD dengan kategori berat (shock)," jelasnya.
PILIHAN:
Adik Mirna Akan Beberkan Alasan sang Kakak Takut Bertemu Jessica
(mhd)