Cerita Helmy Ketika Menemani Allya di Saat Terakhir
A
A
A
JAKARTA - Kepergian Allya Siska Nadya (33) untuk selama-selamanya masih menyisakan dukan bagi keluarga, kerabat wanita muda tersebut. Termasuk kedua orang tua wanita kelahiran 28 Desember 2016 tersebut.
Alfian Helmy Hasjim ayah Allya pun masih ingat bagaimana putri tercintanya itu merasakan sakit. Helmy menceritakan, pada 6 Agustus 2015 malam usai melakukan treatment di Klini Chiropractic First, Allya merasakan sakit luar biasa. Oleh keluarga, Allya pun dibawa ke RS Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Helmy bersama istrinya pun menemani sang buah hati di saat-saat terakhirnya. Saat ada di UGD, Helmy menyaksikan dengan matanya bagaimana putri bungsu kesayangannya itu menderita kesakitan yang amat dalam.
"Saya melihat bagaimana Allya merasakan sakit luar biasa pada seputar leher, lengan, lutut kaki, dan di punggung. Dia bereriak mengatakan sakit, sakit, sakit. Kemudian dia pegang erat tangan saya dan mama-nya," ujar Helmy pada wartawan, Jumat (8/1/2016).
Menurut Helmy, kondisi puterinya itu semakin menurun hingga mengembuskan napas terakhir pada 7 Agustus 2015 pukul 06.15 WIB. "Sebelum meninggal dunia, saya sudah melihat di monitor detak jantungnya sudah mendatar. Dokter minta izin pompa jantung. Itu dilakukan 30 menit hingga akhirnya dinyatakan meninggal," terangnya.
Helmy menuturkan, pada 11 Agustus 2015, istrinya beserta kakak Allya datang ke RSPI memberitahukan pada dokter Lutfi, yang biasa menangani Allya saat berkonsultasi tentang sakitnya itu. Dokter Lutfi, lanjut Helmy, saat itu, tersentak kaget saat mendengar kabar duka itu.
Dokter Lutfi pun menyarankan keluarga melalukan proses hukum jika memang Allya itu korban malapraktik. Selanjutnya, empat anaknya mendatangi Klinik Chiropractic First di PIM 1 untuk menanyakan langsung pada dokter Randall tentang izin dia sebagai dokter.
"Di situ, anak-anak saya melihat kejanggalan di klinik itu. Bertanya ke dokter Randall izin dokumennya dan dokter menjawab gelagapan, ditanya almamater pun dia tidak bisa menjawab. Sehingga anak saya menjawab dokter ini bermasalah. Begitu juga dengan kliniknya," paparnya.
Alfian Helmy Hasjim ayah Allya pun masih ingat bagaimana putri tercintanya itu merasakan sakit. Helmy menceritakan, pada 6 Agustus 2015 malam usai melakukan treatment di Klini Chiropractic First, Allya merasakan sakit luar biasa. Oleh keluarga, Allya pun dibawa ke RS Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Helmy bersama istrinya pun menemani sang buah hati di saat-saat terakhirnya. Saat ada di UGD, Helmy menyaksikan dengan matanya bagaimana putri bungsu kesayangannya itu menderita kesakitan yang amat dalam.
"Saya melihat bagaimana Allya merasakan sakit luar biasa pada seputar leher, lengan, lutut kaki, dan di punggung. Dia bereriak mengatakan sakit, sakit, sakit. Kemudian dia pegang erat tangan saya dan mama-nya," ujar Helmy pada wartawan, Jumat (8/1/2016).
Menurut Helmy, kondisi puterinya itu semakin menurun hingga mengembuskan napas terakhir pada 7 Agustus 2015 pukul 06.15 WIB. "Sebelum meninggal dunia, saya sudah melihat di monitor detak jantungnya sudah mendatar. Dokter minta izin pompa jantung. Itu dilakukan 30 menit hingga akhirnya dinyatakan meninggal," terangnya.
Helmy menuturkan, pada 11 Agustus 2015, istrinya beserta kakak Allya datang ke RSPI memberitahukan pada dokter Lutfi, yang biasa menangani Allya saat berkonsultasi tentang sakitnya itu. Dokter Lutfi, lanjut Helmy, saat itu, tersentak kaget saat mendengar kabar duka itu.
Dokter Lutfi pun menyarankan keluarga melalukan proses hukum jika memang Allya itu korban malapraktik. Selanjutnya, empat anaknya mendatangi Klinik Chiropractic First di PIM 1 untuk menanyakan langsung pada dokter Randall tentang izin dia sebagai dokter.
"Di situ, anak-anak saya melihat kejanggalan di klinik itu. Bertanya ke dokter Randall izin dokumennya dan dokter menjawab gelagapan, ditanya almamater pun dia tidak bisa menjawab. Sehingga anak saya menjawab dokter ini bermasalah. Begitu juga dengan kliniknya," paparnya.
(whb)