Penggusuran Kampung Pulo Tinggalkan Trauma Bagi Anak-anak

Selasa, 25 Agustus 2015 - 01:31 WIB
Penggusuran Kampung...
Penggusuran Kampung Pulo Tinggalkan Trauma Bagi Anak-anak
A A A
JAKARTA - Penggusuran ratusan rumah di Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, masih meninggalkan trauma bagi anak-anak kampung tersebut. Pasalnya, penggusuran disertai bentrokan itu memakan korban dari warga maupun aparat keamanan.

I (13), siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP) itu mengaku trauma. Bagaimana rumahnya diratakan dengan tanah.

"Sedih om enggak nyangka sekarang saya enggak punya rumah," kata I kepada Sindonews di Rusun Jatinegara Barat, Senin (28/8/2015).

Belum cukup melihat rumahnya luluh lantak, I harus melihat aksi anarkis petugas Satpol PP yang bertindak represif kepada warga yang masih diduga sebagai provokator. I pun mengaku syok berat pada Kamis 20 Agustus 2015. Hingga akhirnya dia enggan masuk sekolah.

"Takut, bingung, sedih lihat orang-orang digebukin. Kalau sudah besar saya mau jadi presiden untuk rakyat miskin biar mereka enggak mengalami kayak saya begini om," tambahnya.

I masih menyimpan dendam dan amarah kepada petugas yang bersifat anarkis kepada warga. Ketika ditanya apakah dirinya senang menempati unit rusun, I malah mengatakan masih lebih enak rumah di Kampung Pulo.

Saat mencoba mengamati perpustakaan keliling di depan lobi lantai satu rusunawa, Sindonews mencoba bertanya pada anak berumur tujuh tahun yang sedang melihat buku-buku yang penuh gambar apakah dirinya senang dengan adanya hiburan berupa unit perpustakaan keliling. Ia menjawab tidak suka dama sekali.

"Enggak suka. Pinginnya di rumah yang dahulu bisa main, tidur, sekarang enggak bisa. Ganti rugi juga belum dibayar," ujar bocah tersebut.

Sementara itu, Andi (40) warga Kampung Kampung Pulo yang menjadi korban gusuran mengatakan, tindakan Pemprov DKI yang mengerahkan ribuan personel tidaklah tepat.

"Seharusnya yang ada di sini itu Komnas HAM dan Komnas PA atau KPAI. Selain orang dewasa, anak kecil juga jadi korban trauma neh. Harusnya kan lebih manusiawilah cara menggusurnya," tuturnya.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0746 seconds (0.1#10.140)