Pengguna Kendaraan Masih Banyak Lakukan Pelanggaran
A
A
A
JAKARTA - Operasi Patuh Jaya 2015 yang dilakukan Polda Metro Jaya sejak tanggal 27 Mei 2015 hingga 9 Juni 2015 tidak serta merta membuat masyarakat tertib berlalu lintas, khususnya angkutan kota. Hingga saat ini pelanggaran kendaraan bermotor masih ditemui di sejumlah titik jalan.
Seperti yang terjadi di Jakarta Barat, sekalipun petugas dari kepolisian lalu lintas wilayah Jakarta Barat telah melakukan operasinya di sejumlah titik hingga pemasangan spanduk. Namun upaya itu masih belum efektif.
Berdasarkan pantauan, ada beberapa kawasan dan Jalan di Jakarta Barat yang masih dijadikan tempat ngetemnya angkutan perkotaan. Mulai dari Angkot, Kopaja, Mikrolet, Mikromini, hingga bus antara kota dan Provinsi.
Beberapa titik jalan dan kawasan itu di antaranya, depan terminal Kalideres, perempatan Cengkareng (bawah kolong tol Prof Soedatmo), sepanjang Jalan Tanjung Duren Raya, perempatan Grogol baik di Jalan Latumeten dan Daan Mogot, perempatan Kebon Jeruk, kawasan Kota Tua, hingga sepanjang Jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk (khususnya di depan Glodok).
Kondisi demikian juga diperparah dengan banyak pelanggaran lalu lintas seperti pengguna kendaraan yang masuk busway, menerobos lampu merah, hingga tidak menggunakan atribut keselamatan. Beberapa pelanggaran itu banyak ditemukan di beberapa jalan khususnya seperti jalan JORR di Cengkareng, Jalan Raya Panjang Kedoya, hingga seputaran kawasan Kalideres dan kapuk-Cengkareng.
Ditemui di depan Terminal Kalideres, sopir angkot jurusan Kalideres - Kotabumi, Angga (25), mengatakan dirinya lebih memilih menunggu penumpang di luar terminal. Karena lebih mudah mengangkut penumpang dibandingkan di dalam.
"Habisnya penumpang pada banyak nunggu disini di bandingkan di dalam," ujarnya saat ditemui SINDO, Selasa 2 Juni 2015.
Selain itu, pria asal Palembang itu mengatakan, dengan menunggunya di luar terminal akan memudahkan dirinya untuk berangkat pergi setelah angkot telah dipenuhi oleh para penumpang. Cukup terbalik bila harus menunggu di dalam, karena menunggu antrean angkot yang datang lebih awal dahulu.
Akibatnya tak aneh, bila kebiasaan Angga dan sejumlah temannya mengetem di depan terminal ini telah membuat jalan itu menjadi macet. Kemacetan sendiri menjadi parah ketika menjelang pukul 17.00 WIB hingga pukul 19.00 WIB. Para kendaraan angkutan disana kerapa kali berhenti hingga ketengah jalan.
"Ini kalau malam parah macetnya, sampe lama. Padahal sudah ada petugas lho," ujar Rahmat (34), salah satu pengendara motor yang mengaku sering kali lewat di jalan itu.
Kondisi tak jauh beda juga terjadi di kawasan kota tua, khususnya di sekitar Stasiun Kota. Kebiasaan angkutan seperti mikrolet yang ada disana membuat jalanan menjadi macet cukup parah.
Upaya petugas seperti kepolisian dan Dinas Perhubungan (Dishub) dengan berjaga di kawasan itu, hingga mengusir sejumlah angkutan yang ngetem belum mampu mengurangi kemacetan di kawasan itu.
"Ah pecuma ada polisi dan dishub, angkot disini (stasiun kota) tetap ngetem," ucap Darman (35), pkl yang biasa berjualan di kawasan itu.
Bersamaan, salah seorang sopir Mikrolet 39 jurusan Senen-Kota, Rojak (32), mengakui punya trik jitu untuk menghindari tilangan petugas yang kerap berjaga di kawasan kota. Pria yang tinggal di Pademangan, Jakarta Utara mengakui dengan cara berjalan pelan di lokasi akan membuat dirinya luput dari petugas.
"Jalan pelan sambil nyari penumpang, itu lebih aman dibanding kami berhenti lama," ujarnya.
Terpisah, Kasat Lantas Wilayah Jakarta Barat AKBP Ipung Purnomo mencatat hingga Selasa 2 Juni 2015 sore, pihaknya sudah menilang sedikitnya 2.933 pengendara yang terdiri dari penahanan SIM sebanyak 1.161 dan STNK sebanyak 1.753, dan sisanya 19 kendaraan sepeda motor ditahan.
"Semua yang ditilang bermacam, mulai dari mobil, motor, hingga angkutan perkotaan yang ngetem," ujarnya Ipung.
Seperti yang terjadi di Jakarta Barat, sekalipun petugas dari kepolisian lalu lintas wilayah Jakarta Barat telah melakukan operasinya di sejumlah titik hingga pemasangan spanduk. Namun upaya itu masih belum efektif.
Berdasarkan pantauan, ada beberapa kawasan dan Jalan di Jakarta Barat yang masih dijadikan tempat ngetemnya angkutan perkotaan. Mulai dari Angkot, Kopaja, Mikrolet, Mikromini, hingga bus antara kota dan Provinsi.
Beberapa titik jalan dan kawasan itu di antaranya, depan terminal Kalideres, perempatan Cengkareng (bawah kolong tol Prof Soedatmo), sepanjang Jalan Tanjung Duren Raya, perempatan Grogol baik di Jalan Latumeten dan Daan Mogot, perempatan Kebon Jeruk, kawasan Kota Tua, hingga sepanjang Jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk (khususnya di depan Glodok).
Kondisi demikian juga diperparah dengan banyak pelanggaran lalu lintas seperti pengguna kendaraan yang masuk busway, menerobos lampu merah, hingga tidak menggunakan atribut keselamatan. Beberapa pelanggaran itu banyak ditemukan di beberapa jalan khususnya seperti jalan JORR di Cengkareng, Jalan Raya Panjang Kedoya, hingga seputaran kawasan Kalideres dan kapuk-Cengkareng.
Ditemui di depan Terminal Kalideres, sopir angkot jurusan Kalideres - Kotabumi, Angga (25), mengatakan dirinya lebih memilih menunggu penumpang di luar terminal. Karena lebih mudah mengangkut penumpang dibandingkan di dalam.
"Habisnya penumpang pada banyak nunggu disini di bandingkan di dalam," ujarnya saat ditemui SINDO, Selasa 2 Juni 2015.
Selain itu, pria asal Palembang itu mengatakan, dengan menunggunya di luar terminal akan memudahkan dirinya untuk berangkat pergi setelah angkot telah dipenuhi oleh para penumpang. Cukup terbalik bila harus menunggu di dalam, karena menunggu antrean angkot yang datang lebih awal dahulu.
Akibatnya tak aneh, bila kebiasaan Angga dan sejumlah temannya mengetem di depan terminal ini telah membuat jalan itu menjadi macet. Kemacetan sendiri menjadi parah ketika menjelang pukul 17.00 WIB hingga pukul 19.00 WIB. Para kendaraan angkutan disana kerapa kali berhenti hingga ketengah jalan.
"Ini kalau malam parah macetnya, sampe lama. Padahal sudah ada petugas lho," ujar Rahmat (34), salah satu pengendara motor yang mengaku sering kali lewat di jalan itu.
Kondisi tak jauh beda juga terjadi di kawasan kota tua, khususnya di sekitar Stasiun Kota. Kebiasaan angkutan seperti mikrolet yang ada disana membuat jalanan menjadi macet cukup parah.
Upaya petugas seperti kepolisian dan Dinas Perhubungan (Dishub) dengan berjaga di kawasan itu, hingga mengusir sejumlah angkutan yang ngetem belum mampu mengurangi kemacetan di kawasan itu.
"Ah pecuma ada polisi dan dishub, angkot disini (stasiun kota) tetap ngetem," ucap Darman (35), pkl yang biasa berjualan di kawasan itu.
Bersamaan, salah seorang sopir Mikrolet 39 jurusan Senen-Kota, Rojak (32), mengakui punya trik jitu untuk menghindari tilangan petugas yang kerap berjaga di kawasan kota. Pria yang tinggal di Pademangan, Jakarta Utara mengakui dengan cara berjalan pelan di lokasi akan membuat dirinya luput dari petugas.
"Jalan pelan sambil nyari penumpang, itu lebih aman dibanding kami berhenti lama," ujarnya.
Terpisah, Kasat Lantas Wilayah Jakarta Barat AKBP Ipung Purnomo mencatat hingga Selasa 2 Juni 2015 sore, pihaknya sudah menilang sedikitnya 2.933 pengendara yang terdiri dari penahanan SIM sebanyak 1.161 dan STNK sebanyak 1.753, dan sisanya 19 kendaraan sepeda motor ditahan.
"Semua yang ditilang bermacam, mulai dari mobil, motor, hingga angkutan perkotaan yang ngetem," ujarnya Ipung.
(mhd)