Peredaran Beras Plastik Menyebar ke Bogor
A
A
A
BOGOR - Pemkab Bogor menerima laporan adanya temuan dugaan beras plastik di Desa Parung, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Saat ini Dinas Pertanian Kabupaten Bogor akan mengambil sample untuk melakukan pengujian.
Kepala Seksi Perlindungan Konsumen Disperindag Kabupaten Bogor Jaya Sanirin menjelaskan, temuan dugaan beras plastik ini berdasarkan laporan Desy yang mendapatkan beras tersebut dari warung kelontong di sekitar rumahnya. “Sampel dari warung juga sudah dibawa untuk diteliti," jelas Jaya, Jumat (22/5/2015).
Selain di Parung, Disperindag Kabupaten Bogor juga mengambil sampel-sampel di beberapa wilayah Kabupaten Bogor seperti di Pasar Ciseeng, Gunungsindur, Leuwiliang, Cileungsi, dan Cisarua. Jaya mengimbau peran serta masyarakat untuk segera melaporkan kepada kantor desa atau kecamatan jika menemukan beras mencurigakan.
"Kami sendiri kesulitan jika harus melakukan monitoring ke 40 kecamatan untuk itu diimbau kepada masyarakat agar melapor bila ada temuan terkait beras yang dirasakan berbeda," tambahnya.
Ahli pangan IPB Sutrisno Mardja menambahkan, terungkapnya beras plastik dijadikan momentum untuk mengedukasi masyarakat agar tidak mengonsumsi beras, hal itu guna menjaga ketersediaan beras dan mengurangi impor. "Pemahaman namanya makan harus pakai nasi itu keliru. Beras bisa digantikan jagung, singkong, atau umbian lainnya. Justru sumber makanan itu, melimpah di indonesia," katanya.
Kepala Seksi Perlindungan Konsumen Disperindag Kabupaten Bogor Jaya Sanirin menjelaskan, temuan dugaan beras plastik ini berdasarkan laporan Desy yang mendapatkan beras tersebut dari warung kelontong di sekitar rumahnya. “Sampel dari warung juga sudah dibawa untuk diteliti," jelas Jaya, Jumat (22/5/2015).
Selain di Parung, Disperindag Kabupaten Bogor juga mengambil sampel-sampel di beberapa wilayah Kabupaten Bogor seperti di Pasar Ciseeng, Gunungsindur, Leuwiliang, Cileungsi, dan Cisarua. Jaya mengimbau peran serta masyarakat untuk segera melaporkan kepada kantor desa atau kecamatan jika menemukan beras mencurigakan.
"Kami sendiri kesulitan jika harus melakukan monitoring ke 40 kecamatan untuk itu diimbau kepada masyarakat agar melapor bila ada temuan terkait beras yang dirasakan berbeda," tambahnya.
Ahli pangan IPB Sutrisno Mardja menambahkan, terungkapnya beras plastik dijadikan momentum untuk mengedukasi masyarakat agar tidak mengonsumsi beras, hal itu guna menjaga ketersediaan beras dan mengurangi impor. "Pemahaman namanya makan harus pakai nasi itu keliru. Beras bisa digantikan jagung, singkong, atau umbian lainnya. Justru sumber makanan itu, melimpah di indonesia," katanya.
(whb)