Kawasan PKL Pisangan Raya Ditata Jadi Elite
Kawasan PKL Pisangan Raya Ditata Jadi Elite
A
A
A
JAKARTA - Pemkot Jakarta Timur menyulap kawasan kumuh pedagang kaki lima (PKL) di Jalan Pisangan Raya, Pulogadung menjadi lokasi elite bagi para PKL. Di lokasi ini penataan PKL telah dilakukan sperti Lenggang Jakarta di IRT Monas.
Kasudin Koperasi, UKM dan Perdagangan Jakarta Timur Arfian mengatakan, penataan kawasan kumuh ini sesuai dengan Pergub DKI No 10/2015 tentang Penataan PKL. Hanya saja, penataan di alan Pisangan Raya itu dilakukan swadaya oleh masyarakat. Sehingga kawasan ini tidak lagi kumuh dan semrawut seperti sebelumnya.
"Dulunya memang kawasan ini kumuh dan sering terjadi kemacetan lalulintas. Namun setelah kita bina dan pedagang mau menata secara swadaya, kawasan menjadi rapi. Kawasan ini juga nantinya akan dijadikan objek retribusi autodebet," ujar Arfian kepada wartawan, Kamis (21/5/2015).
Menurut Arfian, kios milik pedagang dibangun semi permanen, memanjang di pinggir tembok rel kereta api. Rata-rata kios berukuran 1,8x2,5 meter persegi, menggunakan atap seng dan pintu besi. Kios ini seluruhnya dibangun secara swadaya oleh pedagang.
Mereka berjualan aneka ragam, mulai dari makanan, minuman, spare part motor, roda gerobak, mainan anak-anak, bengkel motor dan lainnya. Agar terbebas dari pungutan liar, para pedagang juga membayar retribusi dengan cara autodebet di Bank DKI sebesar Rp3.000/hari.
Sementara itu menurut Otong Surotong (50), seorang pemilik kios spare part sepeda motor mengaku sangat senang adanya Lokasi sementara (loksem) tersebut. Sebab tempat berjualannya tertata rapih. Dia juga mengaku sudah memiliki rekening Bank DKI dan membayar retribusi secara autodebet.
"Dulu saya berjualan menggunakan tenda kemudian berubah pakai bangunan kayu. Sekarang semi permanen, ada rolling door besi, jadi nyaman untuk simpan barang-barang dagangan," ujar Otong Surotong.
Kasudin Koperasi, UKM dan Perdagangan Jakarta Timur Arfian mengatakan, penataan kawasan kumuh ini sesuai dengan Pergub DKI No 10/2015 tentang Penataan PKL. Hanya saja, penataan di alan Pisangan Raya itu dilakukan swadaya oleh masyarakat. Sehingga kawasan ini tidak lagi kumuh dan semrawut seperti sebelumnya.
"Dulunya memang kawasan ini kumuh dan sering terjadi kemacetan lalulintas. Namun setelah kita bina dan pedagang mau menata secara swadaya, kawasan menjadi rapi. Kawasan ini juga nantinya akan dijadikan objek retribusi autodebet," ujar Arfian kepada wartawan, Kamis (21/5/2015).
Menurut Arfian, kios milik pedagang dibangun semi permanen, memanjang di pinggir tembok rel kereta api. Rata-rata kios berukuran 1,8x2,5 meter persegi, menggunakan atap seng dan pintu besi. Kios ini seluruhnya dibangun secara swadaya oleh pedagang.
Mereka berjualan aneka ragam, mulai dari makanan, minuman, spare part motor, roda gerobak, mainan anak-anak, bengkel motor dan lainnya. Agar terbebas dari pungutan liar, para pedagang juga membayar retribusi dengan cara autodebet di Bank DKI sebesar Rp3.000/hari.
Sementara itu menurut Otong Surotong (50), seorang pemilik kios spare part sepeda motor mengaku sangat senang adanya Lokasi sementara (loksem) tersebut. Sebab tempat berjualannya tertata rapih. Dia juga mengaku sudah memiliki rekening Bank DKI dan membayar retribusi secara autodebet.
"Dulu saya berjualan menggunakan tenda kemudian berubah pakai bangunan kayu. Sekarang semi permanen, ada rolling door besi, jadi nyaman untuk simpan barang-barang dagangan," ujar Otong Surotong.
(whb)
Explore More