Belasan PSK Asal Maroko Terjaring di Puncak

Kamis, 04 Desember 2014 - 22:10 WIB
Belasan PSK Asal Maroko Terjaring di Puncak
Belasan PSK Asal Maroko Terjaring di Puncak
A A A
BOGOR - Sebanyak 19 pekerja seks (PSK) asal Maroko yang biasa beroperasi di kawasan Puncak, Cisarua, Bogor, terjaring razia petugas Direktorat Jenderal (Dirjen) Kemenkum HAM dan Kantor Imigrasi Bogor, kemarin malam.

Mereka ditangkap dibeberapa titik di kawasan Puncak. Namun sebagian besar berhasil diamankan di Desa Tugu, Cisarua, Kabupaten Bogor.

Para PSK asal Timur Tengah (Timteng) yang rata-rata berusia 20-30 tahun itu langsung digiring petugas ke aula Kantor Imigrasi, Jalan Ahmad Yani, Tanah Sareal, Kota Bogor.

"Hasil pemeriksaan sementara, mereka umumnya mengantungi paspor dan visa kunjungan wisata," kata Kepala Kantor Imigrasi Bogor Herman Lukman di Bogor, Kamis (4/11/2014).

Operasi ini dilakukan, lantaran pihaknya kerap menerima keluhan dari warga setempat yang merasa risih dengan keberadaan PSK semakin banyak.

"Kita sempat mengamankan dua orang pada Selasa (2 DEsember). Kemudian kita kembangkan hasilnya, kita berhasil menjaring 17 wanita lainnya. Mereka ditangkap dari tempat yang berbeda-beda, baik di penginapan atau hotel yang berada di Desa Tugu, Cisarua," ungkapnya.

Hasil penyelidikan, para PSK asal Maroko ini berprofesi sebagai PSK dengan tarif Rp2,5 juta hingga Rp5 juta untuk sekali kencan.

"Peminatnya kebanyakan orang asing, dari keterangan dua orang yang pertama kami amankan. Untuk setiap transaksi, mereka menggunakan penduduk lokal untuk menjadi perantara," katanya.

Sementara itu, Kepala Sub Bidang Penyidikan Dirjen Imigrasi Kemenkum HAM Bambang Catur mengatakan, perempuan maroko tinggal di Puncak, Cisarua ini sekitar satu hingga dua bulan. Mereka masuk Indonesia melalui jalur resmi dengan dokumen paspor dan izin tinggal sebagai wisatawan.

"Di Puncak mereka tinggal secara berkelompok yang terdiri dari empat hingga lima orang untuk setiap kelompok," paparnya.

Meski demikian, pihaknya akan mendeportasi para PSK asal Timur Tengah ini, jika memang keberadaan mereka meresahkan dan menyalahi aturan.

"Saya menduga masih banyak, perempuan Maroko yang berprofesi sama di Puncak ini," katanya.

Pihaknya menduga keberadaan mereka karena banyaknya permintaan warga asal Timur Tengah yang tinggal di kawasan Puncak.

"Prinsipnya kan, dimana ada gula disitu juga ada semut. Pasti para pekerja itu hadir karena di Puncak sendiri banyak orang Timur Tengah," katanya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5975 seconds (0.1#10.140)