Simpang Susun Semanggi, DKI Bakal Gunakan Empat Lajur

Kamis, 14 Juli 2016 - 08:14 WIB
Simpang Susun Semanggi, DKI Bakal Gunakan Empat Lajur
Simpang Susun Semanggi, DKI Bakal Gunakan Empat Lajur
A A A
JAKARTA - Proyek Simpang Susun Semanggi masih dalam proses pembangunan. Perubahan jalur akan dilakukan untuk mengatasi kemacetan, enam jalur yang saat ini melintas akan dibuat menjadi empat jalur.

Meski demikian, perubahan empat jalur dipercaya tidak akan membuat dampak signifikan terhadap kemacetan. Adanya bottle neck (penyempitan jalur) malah akan menambah kemacetan, sementara jalur yang ada, tidak akan menampung jumlah kendaraan yang semakin tinggi.

Pantauan SINDO, sekalipun saat ini aktivitas dan mobilitas Jakarta belum kembali normal, namun indikasi kemacetan cukup terlihat, setidaknya perlintasan langsung dari jalan Kuningan ke arah Pintu Tol Semanggi 2 membuat kendaraan menjadi tersendat.

Kendaraan dari arah Slipi di Gatot Subroto seringkali terhambat dengan masuknya kendaraan dari arah Kuningan ke Jalan Gatot Subroto, kemacetan semakin tak terhindarkan, meskipun beberapa kepolisian seringkali melakukan pengalihan arus di kawasan itu.

Bila kemacetan semakin parah, buka tutup jalur terpaksa dilakukan dengan durasi beberapa menit, hal ini tidak lantas membuat kemacetan semakin berkurang, malahan sering kali upaya ini malah membuat kemacetan semakin panjang, bahkan hingga ke flyover arah Bendungan Hilir.

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tak menampik pembangunan Simpang Susun Semanggi telah membuat kemacetan semakin parah. Karena ia berupaya untuk melakukan penyempitan jalur kawasan itu, demi mengubah kebiasaan masyarakat jakarta.

"Semua orang juga tahu kalau jalan enam jalur diubah jadi empat jalur, jadi bottle neck," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu 13 Juli 2016.

Ahok berdalih, kemacetan yang terjadi di Semanggi tak sepenuhnya salah pemerintahannya. Pertambahan kendaraan yang semakin menjamur dalam beberapa tahun tanpa adanya antisipasi, membuat kemacetan tak terhindarkan.

Karenanya, ia menyakini, sekalipun pada akhirnya pembangunan nanti rampung, kemacetan dalam dua tahun akan kembali terjadi, kondisi demikian tak lepas karena adanya pertambahan mobil.

Seperti terjadi saat pembangunan enam ruas tol dalam kota beberapa tahun silam, kata Ahok, ini tak mengubah kemacetan yang ada, sekalipun diawal pembangunan banyak kendaraan yang enggan menggunakan jalan itu.

Termasuk di Semanggi, mantan Bupati Belitung Timur ini mengakui pihaknya akan konsisten menggunakan empat jalur yang ada. Sementara dua jalur yang tersisa akan ia manfaatkan untuk memperluas pedestarian atau pejalan kaki. Langkah ini diambil, demi membiasakan masyarakat untuk tetap menggunakan empat jalur tersebut.

"Kami lihat di HI, malah macet kan, padahal dari Monas, Sarinah, tetap menggunakan enam lajur, tapi karena ada penyimpatan lajur menjadi empat, jadi bikin macet," cetusnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta, Yusmada mengatakan saat ini pembangunan simpang susun semanggi telah memasuki tahap menyiapkan pondasi empat kuadran.

Rencana pembangunan di kawasan padat lalu lintas itu akan memakan waktu sekitar 18 bulan, karenanya sesuai dengan jadwal tersusun bukan tak mungkin pembangunan selesai pada Oktober 2017.

"Tapi kami berharap 17 Agustus tahun depan sudah bisa dioperasikan," tutur Yusmada. (Baca: Mulai 12 Juni, Jalur Cepat Simpang Semanggi Ditutup)

Yusmada yakin betul, setelah pembangunan tersebut akan membuat kemacetan semakin berkurang. Terlebih pembangunan yang ada telah terkaji oleh Kementrian Pembangunan Umum (Kemen PU) melalui JICA, kontraktor, yang merekomendasikan skenario terbaik kemacetan di semanggi.

Nantinyan di simpang susun itu, lanjut Yusmada, pemisahan arus akan dilakukan, weefing (pertemuan jalur lambat dan cepat) di minimalkan untuk tidak terjadi. Sehingga jalanan tak lagi terkena delay, antrian panjang tidak akan terjadi.

"Dengan memberikan yang belok ke kanan itu dengan jalur sendiri. Cukup dgn dua ramp itu, smua nanti jalur jalan sudah enggak ada benturan," jelas Yusmada.

Meski demikian, Yusmada berdalih penyempitan jalan yang terjadi di sejumlah kawasan hanya untuk mengubah pola masyarakat jakarta. Ia ingin di kawasan itu, tidak ada kendaraan yang di gerakan, fokusnya, saat ini penggerekan di lakukan oleh pejalan kaki.

Dengan memaksimalkan trotoar yang ada, Yusmada menyakini, akan membuat orang semakin beralih ke transportasi umum. Karena itu, demi mencapai hal ini, pihaknya telah mempersiapkan transportasi massal seperti Transjakarta, MRT, maupun IRT.

Pengamat perkotaan, Nirwono Jogo mengatakan, kondisi jalanan di jakarta sudah sangat parah, jalanan sudah tak mampu menampung kendaraan yang semakin hari semakin bertambah. Karenanya desakan untuk mempercepat transportasi umum harus dilakukan.

"Dorongan masyarakat ke transportasi umum harus dilakukan sesegera mungkin untuk memaksimalkan jalanan yang ada," tuturnya.

Termasuk menambah kantong parkir, Nirwono meminta agar dki melakukan hal itu. Dengan demikian, jalanan akan semakin renggang setelah masyarakat semakin berbondong tidak menggunakan kendaraan pribadinya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4302 seconds (0.1#10.140)