Profil Rumiah Kartoredjo, Polwan Pertama Jabat Kapolda yang Meredam Kegaduhan Eksekusi Imam Samudra

Selasa, 22 Maret 2022 - 05:45 WIB
loading...
Profil Rumiah Kartoredjo, Polwan Pertama Jabat Kapolda yang Meredam Kegaduhan Eksekusi Imam Samudra
Brigjen Pol (Purn) Hj Rumiah Kartoredjo, Polwan pertama yang diangkat menjadi Kapolda di Indonesia. Foto: Ist
A A A
JAKARTA - Jabatan Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) di Indonesia umumnya dijabat oleh pria. Bahkan sangat jarang p olisi wanita (Polwan) bisa menembus pangkat jenderal. Brigjen Rumiah Kartoredjo merupakan polwan pertama yang pernah menjabat Kapolda di Indonesia, yakni sebagai Kapolda Banten.

Rumiah Kartoredjo boleh dibilang pelopor perkembangan karier Polwan di Indonesia. Diangkat sebagai Kapolda Banten, Rumiah telah mendobrak jalan bagi Polwan untuk mengembangkan karier struktural. Sebelumnya Polwan hanya mendapat tugas-tugas administratif. Selain jabatan struktural sebagai Kapolda, Rumiah merupakan Polwan pertama lulusan Seskoad dan Sespati.

Rumiah membuka jalan bagi Polwan untuk mengikuti pendidikan Sespati hingga ada yang mendapat promosi menjadi jenderal polisi. Seperti Irjen Pol Basaria Pandjaitan, Irjen Pol Sri Handayani, Brigjen Apriastini Bakti Bugiansri, Brigjen Pol Juansih, dan Brigjen Pol Ida Oetari.



Rumiah diangkat menjadi Kapolda Banten pada tahun 2008 menggantikan Brigjen Pol Timur Pradopo yang kala itu dimutasi menjadi Kepala Selapa Polri. Sebelumnya, Rumiah lama bertugas di bagian Humas Polri. Pada tahun 2004, Rumiah menjabat Kepala Bagian Produksi dan Dokumentasi Devisi Humas Polir hingga tahun 2006. Ia kumudian dipindah menjadi Sekretaris Lembaga Pendidikan Polri.

Selama menjabat Kapolda Banten, Rumiah menerapkan konsep KASEP (Komunikatif, Aktif, Simpatik, Empati, dan Proaktif). Untuk mewujudkan konsep tersebut, Rumiah aktif berkomunikasi dengan seluruh unsur di Banten, aktif dalam mengamankan Pemilu 2009, penambahan personel dan Polsek, membangun Mako Brimob di Lebak, penanggulangan berbagai bentuk kejahatan, dan pembinaan internal lainnya. Hasilnya, Rumiah berhasil mengamankan Pemilu 2009 dan menurunkan angka pelanggaran anggota.

Salah satu tugasnya sebagai Kapolda yang penuh tantangan adalah meredam ketegangan dan kegaduhan menjelang eksekusi terpidana mati kasus bom Bali Imam Samudra alias Abdul Azis, yang merupakan warga Banten. Situasinya saat itu memang lumayan rumit karena beberapa kali eksekusi mengalami penundaan dan keamanan Banten menjadi sorotan.



Namun, Rumiah kala berhasil meredamnya sekaligus menampik segala isu tidak sedap yang berkaitan dengan pemakaman Imam Samudra. Rumiah pun mengakui pengalaman pengamanan pemakaman Imam Samudra itu sangat membekas bagi dirinya.

Rumiah memegang jabatan sebagai Kapolda Banten sampai dengan tahun 2010. Rumiah termasuk salah satu Kapolda terlama di Banten. Rumiah pernah meraih 5 tanda bintang jasa sepanjang kariernya, yaitu Satya Lencana Kesetiaan 8 tahun, Karya Bakti, Dwidya Sistha, Kesetiaan 16 tahun, dan Bintang Bhayangkara Nadya.

Rumiah merupakan anak keluarga anak petani kelahiran Tulungagung, 19 Maret 1953. Anak ke 5 dari 7 bersaudara menghabiskan masa kecil di Tulungagung mulai dari SD hingga SMP. Pada tahun 1968, Rumiah pindah ke Batu untuk melanjutkan pendidikan di SMA Malang hingga 1971. Setelah itu, ia melanjutkan studinya di STO Surabaya (sekarang Unesa) hingga lulus pada tahun 1975 sebagai sarjana muda olahraga.

Rumiah berkesempatan melanjutkan pendidikan doktoral, namun ia lebih memilih untuk menjadi seorang Polwan. Ia bertekad menjadi Polwan karena pengalaman sering ditilang lantaran berkendara tidak memiliki SIM. Ia lalu mengikuti pendidikan Sepamilsukwan dan lulus sebagai perwira pertama pada tahun 1978.

Penempatan pertama Rumiah di Dodidklat 007 Ciputat sebagai pembina siswa bintars Polwan hingga tahun 1990. Rumiah kemudian dimutasi ke Polda Metro Jaya sebagai Kasubbag Ops Ditbinmas Polda Metro Jaya hingga tahun 1992. Lalu pindah tugas sebagai kepala tata usaha Direktorat Pendidikan Polri dan meniti karier di Sepolwan sejak tahun 1993 hingga 1998.



Rumiah juga pernah menjabat Wakil Kepal Sekolah Polwan pada tahun 1999 dan puncakny ia dipercaya menjadi Kepala Sekolah Polwan pada tahun 1999 hingga 2004. Rumiah lalu mengikuti pendidikan Seskoad tahun 1995 dan Sespati tahun 2003. Rumiah merupakan Polwan pertama yang mengikuti pendidikan Seskoad dan Sespati setelah ia sempat mengikuti pendidikan di Selapa Polri pada tahun 1990 dengan predikat baik.

Sebelum menjadi Polwan, Rumiah merupakan atlet yang aktif dalam mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON). Ia pernah mengikuti PON IX di Jakarta pada tahun 1977 sebagai atlet softball mewakili Jawa Timur. Saat ia mengikuti PON IX, ia sedang mengikuti seleksi penerimaan anggota Polri. Ia pun mendapatkan prioritas mengingat olahraga merupakan kebutuhan pokok bagi Polri dan mendapatkan dispensasi baik dari panitia penerimaan maupun dari panitia penyelenggara PON.

Setelah masuk Polri, Rumiah tetap mengikuti kejuaraan olahraga, Pada tahun 1981, Rumiah juga menjadi atlet softball perwakilan DKI Jakarta di PON X Jakarta. Kemudian kesamaptaan Jasmani ABRI tahun 1979 dengan juara pertama tingkat Garnisun DKI Jakarta, Tribrata Cup tahun 1981 di Jakarta dengan juara pertama, sebagai atlet tolak peluru dan juara kedua, sebagai atlet lompat jauh, kejuaraan atletik Polri Tribrata Cup tahun 1982 dengan juara pertama pada lomba lari putri, kejuaraan menambak Polri tingkat DKI Jakarta tahun 1982 dengan juara pertama, dan kejuaraan atletik Polri Tribrata Cup tahun 1984 dengan juara kedua lompat jarah jauh putri.

Selain nasional, Rumiah juga banyak mengukir prestasi pada tingkat internasional sebagai atlet softball. Rumiah berpartisipasi saat mengikuti South East Asia Games (SEA Games) mewakili Indonesia beberapa kali, seperti, SEA Games X tahun 1979, SEA Games XI tahun 1981, SEA Games XII tahun 1983, dan SEA Games XIV tahun 1987.

Rumiah merupakan pemain yang unggul baik dalam memukul, menangkap, maupun melempar bola sehingga, ia sempat diberi predikat sebagai the best hitter. Hal tersebut dibuktikan dengan peartisipasinya Rumiah pada kejuaraan 5th World Women’s Softball Championship tahun 1982 di Taipei, Taiwan.

Setelah berpangkat Kapten, ia tidak pernah mengikuti kejuaraan sebagai atlet, melainkan sebagai panitia penyelenggara baik Tribrata Cup maupun Kapolri Cup. Selain itu, Rumiah juga aktif sebagai pembina atletik Polri ,sekretaris Persatuan Bola Voli Indonesia (PBVI) , dan Sekretaris Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI). Saat ini Rumiah menjabat sebagai Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Banten.
(thm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1942 seconds (0.1#10.140)