Anies Blak-blakan Kerja Keras yang Dilakukan Jakarta Bisa Keluar dari Kemacetan

Sabtu, 12 Maret 2022 - 23:36 WIB
loading...
Anies Blak-blakan Kerja Keras yang Dilakukan Jakarta Bisa Keluar dari Kemacetan
Gubernur Anies Baswedan blak-blakan bagaimana kerja keras Pemprov DKI berkolaborasi dengan masyarakat, bisa membuat transportasi di Ibu Kota semakin lebih baik. Foto: YouTube
A A A
JAKARTA - Gubernur Anies Baswedan blak-blakan bagaimana kerja keras Pemprov DKI Jakarta berkolaborasi dengan masyarakat, bisa membuat transportasi di Ibu Kota semakin lebih baik. Kerja keras bersama ini membuahkan hasil dimana tingkat kemacetan di Jakarta menurun drastis.

Tomtom Traffic Index 2021 menyatakan tingkat kemacetan Jakarta berada di peringkat ke-46. Angka tersebut jauh membaik dari tahun 2017 di peringkat 4 kota termacet di dunia.



"Jakarta semula adalah salah satu penghuni daftar TomTom Index paling atas, dan di tahun 2022 ini, pada bulan Februari keluar laporannya yang menyatakan Jakarta berada di ranking 46 kota termacet di dunia. Congnestion levelnya 34 persen," jelas Anies dalam kanal YouTube-nya bertajuk #DariPendopo, Sabtu (12/3/2022).

Anies membeberkan, tahun 2017 ranking Jakarta di dalam tingkat kemacetan dunia adalah nomor 4 dengan congestion level 67 persen. Lalu tahun 2018 turun menjadi nomor 7, tahun 2019 turun menjadi nomor 10.

"Kita sudah senang nomor 10, tapi kita masih 10 besar. Tahun 2020 kita turun lebih jauh lagi menjadi nomo 31 di dunia. Tahun 2021 turun menjadi nomor 46. Banyangkan Jakarta tahun 2017 nomor 4 di tahun 2021 menjadi nomor 46 dalam rangking kemacetan kota-kota dunia," kata Anies.



Lantas apakah rangking penurunan kemacetan Jakarta ini lantaran Covid-19? "Yang mengalami pandemi bukan hanya Jakarta, seluruh dunia mengalami pandemi. Seluruh dunia mengalami penurunan kegiatan mobilitas penduduk. Tetapi apa yang terjadi di kota kita ini?" kata Anies.

Menurut Anies, banyak hal yang sudah dilakukan Pemprov DKI selama 4 tahun terakhir. Hasil yang diperolah saat ini bukan semata-mata prestasi Pemprov DKI, karena kemacetan adalah kegiatan semua aspek.

"Jadi ketika Jakarta menjadi kota yang diakui dunia telah keluar dari daftar kota paling macet, ini adalah hasil kerja kita semua, hasil kerja keras semua masyarakat di Jakarta. Karena kita melakukan pilihan-pilihan strategis yang dampaknya pada penurunan kemacetan. Kita syukuri ini sambil kita tengok apa faktor-faktor yang menjadi penyebabnya," beber Anies.

Anies mengungkapkan bahwa kunci keberhasilan Jakarta bebas dari kemacetan adalah berkat program-program yang telah dijalankan. Pertama, pada awal tahun 2018 Jakarta memulai program yang namanya JakLingko. Dimana kendaraan umum di Jakarta diintegrasikan dalam satu sistem dengan JakLingko. Integrasi tiketnya, integrasi rutenya, dan integrasi manajemennya.



"Ini adalah sebuah ikhtiar kita untuk bisa membuat kendaraan umum terjangkau secara harga, terjangkau secara jarak, dan memberikan kenyamanan. Kerena penduduk Jakarta dan dimana pun di dunia tidak akan pindah dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum jika kendaraan umum tidak memberikan kenyamanan dan keterjangkauan, itu kata kunci. Itu dimulai tahun 2018 dan apa yang terjadi kemudian?" kata Anies.

Berdasarkan data, kata Anies, tahun 2017 jumlah pengguna kendaraan umum di Jakarta selama satu tahun hanya 144 juta. Tahun 2019, dalam waktu dua tahun meningkat menjadi 288 juta, naik 2 kali lipat. Lalu pengguna hariannya yang semula sekitar 350 ribu penumpang per hari, pada 4 Fabruari 2022 sudah mencapai angka 1 juta per hari.

"Bayangkan, dalam waktu kira-kira 1,5 hingga 3 tahun jumlah penumpang angkutan umum meningkat 3 kali lipat. Jadi yang muncul adalah masyarakat berpindah dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum," jelas Anies.

Beralihnya masyarakat dari kendaraan pribadi juga tak lepas dari keterjangkauannya. Keterjangkauan kendaraan umum pada tahun 2017 hanya 42 persen dari wilayah Jakarta. Pada tahun 2019 berubah menjadi 82 persen, dan akhir tahun 2022 ditargetkan di atas 95 persen.

"Lalu rutenya, di tahun 2017 hanya 109 rute, dan tahun 2021 menjadi 248 rute. Jadi lompat 2 kali lipat. Kemudian jumlah armadanya semula hanya 2.300 dan kini armadanya sudah 4.100. Ada lompatan dua kali lipatm" beber Anies.

Ketika moda transportasi ini sudah dilakukan secara terintegrasi, maka pengalaman menggunakan kendaraan umum membuat warga memilih untuk meneruskan penggunaan kendaraan umum dan punya dampak pada masyarakat sekitarnya. Sebab promotor yang paling baik atau marketer yang paling baik adalah cerita dan pengalaman orang lain.

"Ditambah lagi stasiun kerata api di Jakarta kita integrasikan. Jadi stasiun kereta api dengan kendaraan angkutan darat itu disiapkan fasilitasnya untuk menjadi satu kesatuan. Saat ini sudah ada 8 stasiun KRL yang tuntas direvitalisasi," kata Anies.

DKI juga fokus pada pembangunan trotoar. Selama ini pembangunan akes transportasi di Jakarta hanya berorientasi pada kendaraan pribadi. Dimana jalan dibangun hanya untuk roda, tidak dibangun untuk kaki.

"Sekarang yang kita lakukan di Jakarta adalah complete street. Artinya, jalan itu disiapkan untuk roda dan disiapkan untuk pejalan kaki. Jika kita naik kendaraan pribadi tidak perlu trotoar. Tapi kalau kita menggunakan kendaraan umum maka dari rumah dia harus berjalan kaki sampai di halte. Ketika sampai di halte tujuan dia harus berjalan kaki ke tempat kerja, atau ke tempat sekolah, atau tempat tujuan lainnya. Jadi trotoar itu adalah pasangannya kendaraan umum," beber Anies.

Dengan cara seperti itu maka massyarakat mulai menggunakan kendaraan umum, karena bisa jalan nyaman di trotoar. Saat ini telah terbangun 364 km trotoar di Jakarta.

"Jadi bukan hanya di kawasan Sudirman saja, mungkin yang paling banyak di foto adalah jalan itu, tetapi sesungguhnya ada 364 km trotoar yang terbangun. Disiapkan juga jalur khusus sepeda, sekarang ada 12 km lebih dari 50 km jalur sepeda yang bersamaan dengan kendaraan-kendaraan umum lain. Lalu ada 63 spot untuk bike sharing atau tempat berbagi sepeda di kawasan transit yang ada di Jakarta," tukasnya.

"Tetapi itu semua tidak akan berdampak bila warga Jakarta tidak menggunakannya. Kita bersyukur bahwa warga Jakarta merespons dengan baik, berbondong-bondong menggunakan kendaraan umum, beramai-ramai menggunakan trotoar, beramai-ramai menggunakan sepeda. Maka terjadilah perubahan di kota ini. Jadi ini adalah prestasi bersama, kerja bersama. Tanggung jawab kami di pemerintahan menyiapkan infrastrukturnya, tanggung jawab dari masyarakat adalah memanfaatkannya," pungkasnya.
(thm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1250 seconds (0.1#10.140)