Pasar Jadi Kluster Baru Covid-19, DKI Tutup Belasan Pasar Tradisional

Jum'at, 12 Juni 2020 - 07:45 WIB
loading...
Pasar Jadi Kluster Baru Covid-19, DKI Tutup Belasan Pasar Tradisional
Petugas Puskesmas dengan alat pelindung diri (APD) melakukan rapid test pengunjung dan pedagang di Pasar Palmerah, Jakarta Barat, kemarin. Foto/Koran SINDO/Yan Yusuf
A A A
JAKARTA - Pasar tradisional menjadi klaster baru penularan virus corona di DKI Jakarta. Perumda Pasar Jaya mencatat sebanyak 51 pedagang terinfeksi wabah corona berdasarkan hasil rapid test dan swab yang digelar di 19 pasar tradisional.

Dirut Perumda Pasar Jaya Arief Nasruddin menegaskan 19 pasar tersebut ditutup selama tiga hari setelah diketahui 51 pedagangnya positif corona. “Ini sebagai langkah memutus rantai penyebaran pandemi. Mereka yang positif diisolasi mandiri. Selama pasar tutup, kami lakukan penyemprotan," kata Arief, kemarin.

Menurut dia, pihaknya akan menerapkan traffic flow untuk akses masuk ke setiap pasar yang ada di Ibu Kota. Selain itu, pasar juga akan disiapkan tempat pencuci tangan, hingga hand sanitizer. Bagi para pengunjung dan pedagang juga akan diawasi secara ketat khususnya bagi mereka yang tidak menggunakan masker. "Bagi konsumen yang melanggar terpaksa kita keluarkan dari pasar. Misalnya yang tidak memakai masker," pungkasnya. (Baca: Pedagang Positif Covid19, Pasar Kupang Gunung Ditutup)

Rabu (10/6/2020) lalu, petugas Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat menggelar rapid test di Pasar Palmerah. Total ada sebanyak 80 orang yang mengikuti tes kesehatan tersebut terdiri dari pedagang, staf pengelola pasar, petugas kebersihan dan keamanan.

Kepala Pasar Slipi Ahmad Subhan menyebut langkah ini dilakukan untuk memutus penularan virus corona baik kepada pelanggan maupun pedagang. Sebab, beberapa kasus di daerah lain mencuat banyak pedagang yang dinyatakan positif Covid-19 dan mereka masih nekad berjualan. “Pasar menjadi klaster baru penyebaran baru corona karena itu kami langsung menggelar rapid test," kata Ahmad.

Hingga kemarin jumlah kasus positif Covid-19 di Jakarta bertambah sebanyak 129 sehingga akumulatif kasus positif di Ibu Kota sebanyak 8.552 kasus. Dari jumlah tersebut, 3.664 orang diantaranya dinyatakan telah sembuh. (Baca: Jalani Swab Test, Seorang Pedagang di Pasar Obor Cijantung Positif Covid-19)

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Fify Mulyani memaparkan, terdapat penambahan jumlah kasus positif sebanyak 129 kasus sehingga jumlah keseluruhan kasus positif menjadi 8.552 kasus. Dari jumlah tersebut, 3.664 orang dinyatakan sembuh, sedangkan 555 orang meninggal dunia. “Sampai hari ini (kemarin) 1.446 pasien masih menjalani perawatan di rumah sakit dan 2.887 orang melakukan self isolation di rumah," kata Fify.

Dia menjelaskan, hingga saat ini sudah 173.558 orang yang telah menjalani rapid test, dengan persentase positif 4%. Rinciannya 6.432 orang dinyatakan reaktif dan 167.126 orang non-reaktif. Untuk kasus positif ditindaklanjuti dengan pemeriksaan swab secara PCR dan apabila hasilnya positif dilakukan rujukan ke Wisma Atlet atau RS atau dilakukan isolasi secara mandiri di rumah.

"Bagi masyarakat kami imbau untuk selalu memperhatikan protokol kesehatan, yaitu menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer, dan menjaga jarak antarorang minimal 1,5 - 2 meter," imbaunya.

Tenaga Medis Diusir

Puluhan pedagang Pasar Cileungsi, Kabupaten Bogor mengusir rombongan petugas medis yang hendak melakukan rapid test. Bahkan aksi penolakan pedagang terhadap petugas medis itu diabadikan hingga viral di media sosial. (Baca: Positif Covid-19 Meningkat, Klaster Pasar Cileungsi Jadi 16 Orang)

Dalam video tersebut terlihat rombongan mobil petugas medis dihadang dan didesak mundu untuk pergi. Tampak juga sejumlah petugas TNI dan Polisi ikut mengawal rombongan mobil saat hendak keluar di tengah-tengah aksi protes pedagang.

Menurut Staf Humas dan Keamanan PD Tohaga Unit Pasar Rakyat Cileungsi, Ujang Rasmadi mengungkapkan pengusiran tim medis karena Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Bogor tak transparan dalam mengumumkan hasil rapid dan swab test. "Intinya mereka menolak rapid test atau swab," kata Ujang.

Dia menjelaskan bahwa sangat wajar para pedagang bereaksi dan menolak rapid test massal karena hasil rapid tersebut sangat rancu. "Jadi kemarin ada 4 mobil datang pagi-pagi lalu kita suruh pulang. Ini sudah yang ketiga kalinya terjadi penolakan karena penjelasannya rancu ditambah data hasilnya tidak akurat," ungkapnya.

Berdasarkan hasil monitoring harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Bogor hingga Rabu (10/6/2020) untuk klaster Pasar Cileungsi terdapat 26 orang yang positif. Sedangkan penambahan kasus baru pasien terkonfirmasi positif Covid-19 hingga pukul 14.00 WIB, total berjumlah 262 orang. (Baca juga: Pemkot Cimahi Antisipasi Perpindahan Aktivitas Warga ke Pasar Atas dan Cimindi)

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Bogor Syarifah Sofiah mengatakan penolakan rapid test yang dilakukan pedagang menunjukan kurangnya pemahaman terkait bahaya Covid-19. "Akhirnya kami putuskan akan melakukan sosialisasi masif didukung dengan fakta sejumlah pedagang yang tertular Covid-19. Bahkan ada beberapa yang meninggal di Pasar Cileungsi," ungkapnya.

Menurut dia, upaya memerangi Covid-19 harus dilakukan secara bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat. Tapi faktanya jika tim mesid diusir malah membuat antipati terhadap upaya pemerintah untuk memutus mata rantai corona.

"Gugus Tugas menyampaikan jika tidak ingin pasar ditutup harus menerapkan protokol kesehatan. Memakai masker, mengatur alur masuk dan keluar, membatasi antara satu pedagang dgn lainnya, jaga kebersihan dan sebagainya," kata dia. (Bima Setiyadi/Yan Yusuf/Haryudi)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1057 seconds (0.1#10.140)