Masjid dan Gereja Berdampingan di Jakarta, Nomor 4 Lebih dari 100 Tahun

Senin, 13 Desember 2021 - 13:56 WIB
loading...
Masjid dan Gereja Berdampingan di Jakarta, Nomor 4 Lebih dari 100 Tahun
Masjid Istiqlal berdampingan dengan Gereja Katedral yang berada di Jakarta Pusat. Foto: Dok/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Masjid dan gereja berdampingan merupakan salah satu potret toleransi di Indonesia. Di Jakarta dan sejumlah daerah lainnya kini tak asing menemukan bentuk bangunan termasuk masjid dan gereja yang sengaja dibangun berdampingan guna melambangkan keberagamaan yang beragam.

Dihimpun dari berbagai sumber pada Senin (13/12/2021), berikut 4 masjid dan gereja berdampingan di Jakarta:

1. Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral

Dibangunnya Masjid Istiqlal berdampingan dengan Gereja Katedral sudah mendapatkan perhatian khusus sejak Presiden Soekarno memimpin. Diambil dari reportase SINDOnews pada 2016, Kepala Bagian Protokol dan Pelayanan Wisata Masjid Istiqlal Abu Hurairah Abdul Salam menuturkan, alasan pembangunan Masjid Istiqlal persis di depan Gereja Katedral tak lain karena ingin mempererat keberagamaan.



“Bung Karno memaparkan alasannya membangun masjid di seberang Gereja Katedral di antaranya untuk mengobarkan semangat persaudaraan, persatuan dan toleransi beragama sesuai Pancasila. Selain menyimbolkan kemerdekaan (Istiqlal berarti kemerdekaan) Masjid Istiqlal juga simbol toleransi beragama di Indonesia,” terangnya.

Masjid dan Gereja Berdampingan di Jakarta, Nomor 4 Lebih dari 100 Tahun


Toleransi keberagamaan juga kian kental dengan dibangunnya terowongan bawah tanah yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Terowongan Silaturahmi ini akan menjadi ikon kebhinekaan melengkapi tempat ibadah Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral.

Di samping sebagai ikon kebhinekaan, pembangunan terowongan ini berfungsi memudahkan akses jamaah antar bangunan rumah ibadah untuk memenuhi kebutuhan ruang parkir tanpa mengganggu arus lalu lintas.

2. Masjid Al Muqarrabien dan Gereja GMIST Mahanaim

Kedua rumah ibadah yang berlokasi di Jalan Enggano, Tanjung Priok, Jakarta Utara, ini dibangun berdampingan di sebuah halaman dengan jarak yang sangat dekat dan hanya dibatasi tembok setebal 6-7 meter dan tinggi 2 meter.

Historis pembangunan berawal dari kakak beradik beragama kristen dan islam yang melihat sulitnya membangun tempat ibadah dan kebutuhan yang tinggi akan hal itu.

Melalui sebidang tanah dari hasil waris ayahnya, kakak beradik itu kemudian meminta izin pembangunan Masjid dan Gereja kepada Perum Pelabuhan dan terciptalah tempat yang menjadi simbol kedamaian.

Keeratan antar agama ini terlihat dari ditolaknya rencana relokasi pada 2012 karena lokasinya yang terkena pelebaran jalan menuju area pelabuhan.

3. Masjid Ar-Rahmat dan Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan)

Keberdampingan Masjid Ar-Rahmat dan Gereja HKBP yang dibatasi hanya oleh jalan buntu berlokasi di Jalan Anggrek Cendrawasih, Slipi, Jakarta Barat. Kedua tempat ibadah ini cukup megah di tengah perumahan penduduk dengan beberapa kali renovasi di masing-masing bangunan.

Disesuaikan dengan jumlah kebutuhan jamaah, masjid yang tadinya kecil kini berubah menjadi 2 lantai, dan gereja juga serupa. Keduanya dengan sukses berdiri tanpa terdengar adanya konflik.

Baca Juga: Berdiri Berdampingan, Masjid Dakwah Wanita dan Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Cerminkan Kedamaian
4. Masjid Al-Istikharah dan Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP)

Masjid Al-Istikharah sudah berdiri sejak tahun 1913 dan di tahun ini menginjak usia ke 108. Sementara itu, Gereja HKBP berdiri 5 tahun setelahnya, yaitu pada tahun 1919. Keduanya berdiri dan terletak di Kernolog, Senen, Jakarta Pusat.



Selama lebih dari 100 tahun Masjid Al-Istikharah dan Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) menjadi rumah kecil keberagamaan bagi warga di sekitarnya.

Mereka saling bahu membahu membantu kepentingan masing-masing rumah ibadah tanpa memandang bulu. Untuk masjid, tempat yang tadinya hanya langgar sederhana kemudian di sulap menjadi musala kecil dan berkembang sampai seperti saat ini.

Sedangkan berdirinya gereja secara belakangan disebabkan oleh inisiatif pemuda asal Tanupali yang merantau ke Jakarta dan aktif di GKI Kwitang.

MG08-Lorenza Ferary
(mhd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1202 seconds (0.1#10.140)