KPN: Konsep Kolaborasi Anies Persis Gotong Royong Soekarno
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gaya Anies Baswedan memimpin DKI Jakarta seperti mengikuti jejak Presiden Soekarno atau Bung Karno. Dari kolaborasi penyediaan beras di Cilacap, Jawa Tengah dan Ngawi, Jawa Timur hingga penolakan proyek reklamasi adalah bagian dari konsep Trisakti Presiden Soekarno.
Hal ini ditegaskan pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul di Jakarta, Minggu (30/5/2021).
Baca juga: Anies Ajak Warga Nyoba Sepeda Sewa, Warganet: Apa Gak Enak Diperhatiin Mulu Sama Gubernurnya
Menurut dia, kolaborasi melibatkan semua pihak yang dicanangkan Anies dalam membangun ibu kota adalah gaya Bung Karno dalam membangun republik ini. Bung Karno menolak bantuan asing dan dikenal dengan sebutan “Go to hell with your aid” dan saat Anies debat dan kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017 secara gamblang dan jelas menolak reklamasi.
"Hingga saat ini (2021) Anies menolak reklamasi. Anies tidak ingin ada perbedaan mencolok antara si kaya dan si miskin. Karena pastinya reklamasi akan merusak kekayaan laut dan penghasilan nelayan di pesisir Jakarta, apalagi ada dugaan pemodal asing," ujar Adib.
Belum lagi kolaborasi penyediaan beras di Cilacap dan Ngawi jika dikaitkan dengan gaya Bung Karno seperti Dekon (Deklarasi Ekonomi) sebagai perencanaan pembangunan ekonomi berdiri.
"Saat itu Bung Karno meletakkan kedudukan rakyat sebagai sumber daya sosial bagi pembangunan. Bung Karno tidak ingin rakyatnya mati di lumbung padi. Nah, Anies paham betul kalau petani Indonesia memiliki beras berkualitas dan harus dikembangkan dan dia melakukan kerja sama dengan petani di Jateng dan Jatim," ungkapnya.
Adib menebak Anies dalam memimpin mengidolakan Bung Karno lewat konsep Trisakti. Misalnya, soal politik, Anies membangun kolaborasi dengan DPRD dan hingga saat ini tidak ada lagi saling hujat antara Anies dan DPRD.
"Soal kebudayaan sebagai bentuk revolusi suatu bangsa yang dicanangkan Bung Karno juga dilakukan Anies dengan membangun TIM di mana tempat kumpul para pelaku seni," kata Adib.
Menurut dia, ada sejarah panjang dan nostalgia antara Anies dan Bung Karno di mana kakek Anies yakni AR Baswedan bersama Bung Karno sering berdiskusi soal bangsa ini.
Baca juga: Anies Apresiasi Klarifikasi Menkes Soal Penanganan Covid-19 di DKI Jakarta
Sejarah politik memperlihatkan bahwa hubungan Bung Karno dengan AR Baswedan sangat akrab. Beda usia tidak begitu jauh, Soekarno lahir tahun 1901, AR Baswedan tahun 1908. Di era revolusi AR Baswedan berhasil ke Mesir mendapatkan dukungan tertulis pemerintah Mesir atas kemerdekaan Indonesia dan dibawa ke Bung Karno.
Lalu, pada 1945-1949 saat Jakarta tidak aman, Bung Karno sering ke Yogyakarta dan menginap di rumah AR Baswedan. "Dalam beberapa kesempatan, Anies sering berkunjung ke rumah Mega. Itu ibarat nostalgia mereka berdua di kala mengenang perjuangan AR Baswedan dan Bung Karno," ucapnya.
Adib melanjutkan berdasarkan informasi kalau Anies saat kecil sering bertemu Mega di kala kakek atau orang tua Anies menemui Bung Karno. "Artinya Mega dan Anies itu punya catatan nostalgia. Apalagi gaya politik dan memimpin Anies itu meniru pola Bung Karno, tapi banyak orang bahkan PDIP tidak paham Anies itu mengidolakan Bung Karno," ujarnya.
Dalam konsep kolaborasi yang dicanangkan Anies sama dengan konsep Bung Karno soal gotong royong dalam membangun bangsa. "Artinya ada pelibatan semua pihak dan Anies melibatkan rakyat dalam perubahan Jakarta dengan kolaborasinya," ucapnya.
Hal ini ditegaskan pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul di Jakarta, Minggu (30/5/2021).
Baca juga: Anies Ajak Warga Nyoba Sepeda Sewa, Warganet: Apa Gak Enak Diperhatiin Mulu Sama Gubernurnya
Menurut dia, kolaborasi melibatkan semua pihak yang dicanangkan Anies dalam membangun ibu kota adalah gaya Bung Karno dalam membangun republik ini. Bung Karno menolak bantuan asing dan dikenal dengan sebutan “Go to hell with your aid” dan saat Anies debat dan kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017 secara gamblang dan jelas menolak reklamasi.
"Hingga saat ini (2021) Anies menolak reklamasi. Anies tidak ingin ada perbedaan mencolok antara si kaya dan si miskin. Karena pastinya reklamasi akan merusak kekayaan laut dan penghasilan nelayan di pesisir Jakarta, apalagi ada dugaan pemodal asing," ujar Adib.
Belum lagi kolaborasi penyediaan beras di Cilacap dan Ngawi jika dikaitkan dengan gaya Bung Karno seperti Dekon (Deklarasi Ekonomi) sebagai perencanaan pembangunan ekonomi berdiri.
"Saat itu Bung Karno meletakkan kedudukan rakyat sebagai sumber daya sosial bagi pembangunan. Bung Karno tidak ingin rakyatnya mati di lumbung padi. Nah, Anies paham betul kalau petani Indonesia memiliki beras berkualitas dan harus dikembangkan dan dia melakukan kerja sama dengan petani di Jateng dan Jatim," ungkapnya.
Adib menebak Anies dalam memimpin mengidolakan Bung Karno lewat konsep Trisakti. Misalnya, soal politik, Anies membangun kolaborasi dengan DPRD dan hingga saat ini tidak ada lagi saling hujat antara Anies dan DPRD.
"Soal kebudayaan sebagai bentuk revolusi suatu bangsa yang dicanangkan Bung Karno juga dilakukan Anies dengan membangun TIM di mana tempat kumpul para pelaku seni," kata Adib.
Menurut dia, ada sejarah panjang dan nostalgia antara Anies dan Bung Karno di mana kakek Anies yakni AR Baswedan bersama Bung Karno sering berdiskusi soal bangsa ini.
Baca juga: Anies Apresiasi Klarifikasi Menkes Soal Penanganan Covid-19 di DKI Jakarta
Sejarah politik memperlihatkan bahwa hubungan Bung Karno dengan AR Baswedan sangat akrab. Beda usia tidak begitu jauh, Soekarno lahir tahun 1901, AR Baswedan tahun 1908. Di era revolusi AR Baswedan berhasil ke Mesir mendapatkan dukungan tertulis pemerintah Mesir atas kemerdekaan Indonesia dan dibawa ke Bung Karno.
Lalu, pada 1945-1949 saat Jakarta tidak aman, Bung Karno sering ke Yogyakarta dan menginap di rumah AR Baswedan. "Dalam beberapa kesempatan, Anies sering berkunjung ke rumah Mega. Itu ibarat nostalgia mereka berdua di kala mengenang perjuangan AR Baswedan dan Bung Karno," ucapnya.
Adib melanjutkan berdasarkan informasi kalau Anies saat kecil sering bertemu Mega di kala kakek atau orang tua Anies menemui Bung Karno. "Artinya Mega dan Anies itu punya catatan nostalgia. Apalagi gaya politik dan memimpin Anies itu meniru pola Bung Karno, tapi banyak orang bahkan PDIP tidak paham Anies itu mengidolakan Bung Karno," ujarnya.
Dalam konsep kolaborasi yang dicanangkan Anies sama dengan konsep Bung Karno soal gotong royong dalam membangun bangsa. "Artinya ada pelibatan semua pihak dan Anies melibatkan rakyat dalam perubahan Jakarta dengan kolaborasinya," ucapnya.
(jon)