Pasar Senen, 3 Abad Tak Lekang Dilindas Zaman
loading...
A
A
A
Ketua Umum Persatuan Pedagang Pasar Senen Nedi Setiadi membenarkan penurunan penjualan itu, Nedi sendiri merupakan pedagang yang berjualan alat tulis kantor (ATK), plakat, dan reklame. Padahal, usaha ini merupakan primadona di Pasar Senen sejak lama.
“Kebutuhan primer saja, orang enggak beli atau nahan-nahan apalagi kebutuhan sekunder. Usaha saya drop 80 persen. Kenapa? Saya berhubungan dengan kantor. Dia sekarang kegiatan di rumah. Dia enggak produksi kertas, buat plakat untuk seminar. Abis sudah,” terangnya.
Dia mencontohkan penjualan daging sebelum pagebluk Covid-19 itu mencapai 1 ton per hari. Para pedagang di Pasar Senen sudah punya pelanggan tetap, yakni hotel dan catering. Sekarang, dua bidang usaha itu banyak yang tutup. Sementara itu, pembeli dari kalangan rumah tangga tidak besar. “Yang bertahan di situ pedagang pakaian impor. Kenapa? Pakaian impor itu murah,” ungkapnya.
Nedi mulai berjualan di Pasar Senen sejak 1995. Dia menuturkan, ada 25% pedagang lama yang masih berjualan. Sisanya, usahanya dilanjutkan oleh keturunannya dan 50% pedagang baru. selama 25 tahun berjualan, Nedi menyebut sejak kali berjualan di Senen, sudah mengalami delapan kali kebakaran besar dan kecil. “Kalau korsleting listrik sering ditemui,” ucapnya.
Dia mengatakan pasar ini layaknya one stop market. Blok IV Pasar Senen itu pusat elektronik seperti Glodok. Barang lain yang dijual di blok itu adalah kacamata, jam tangan, dan berbagai pernak-pernik. Warga ibu kota yang mencari sayur-mayur tinggal menuju blok VI. Bahkan, para pecinta buku kerap berburu di kawasan ini. Sekarang letaknya di samping terminal. (Lihat videonya: Inilah Kriteria Wanita Muslimah yang Dirindukan Surga)
Pasar ini punya kelebihan kemudahan akses transportasi dari wilayah mana pun. Pasar Senen terhubung dengan terminal dan stasiun kereta api jarak jauh dan jabodetabek. “Begitu dari stasiun (Senen) loncat selesai. Itu yang membuat Senen gampang dijangkau orang,” ujarnya. Tahun 1990-an, orang-orang daerah membuat reklame atau ATK ke Pasar Senen. Mereka sering menginap di kawasan Kwitang yang berdiri hotel dengan tarif terjangkau atau balik ke daerah dengan kereta api lagi.
Salah satu pedagang online, Dandy Darman, mengatakan dia membeli buku anak sekolah untuk dijual lagi dari Pasar Senen karena murah dan lengkap. Setiap pekan, dia belanja sebanyak dua kali. Sekali belanja bisa menghabiskan uang Rp10 juta. “Sekarang pasarnya nyaman. Istilahnya aman, enggak ada yang rese,” terangnya. (FW Bahtiar)
“Kebutuhan primer saja, orang enggak beli atau nahan-nahan apalagi kebutuhan sekunder. Usaha saya drop 80 persen. Kenapa? Saya berhubungan dengan kantor. Dia sekarang kegiatan di rumah. Dia enggak produksi kertas, buat plakat untuk seminar. Abis sudah,” terangnya.
Dia mencontohkan penjualan daging sebelum pagebluk Covid-19 itu mencapai 1 ton per hari. Para pedagang di Pasar Senen sudah punya pelanggan tetap, yakni hotel dan catering. Sekarang, dua bidang usaha itu banyak yang tutup. Sementara itu, pembeli dari kalangan rumah tangga tidak besar. “Yang bertahan di situ pedagang pakaian impor. Kenapa? Pakaian impor itu murah,” ungkapnya.
Nedi mulai berjualan di Pasar Senen sejak 1995. Dia menuturkan, ada 25% pedagang lama yang masih berjualan. Sisanya, usahanya dilanjutkan oleh keturunannya dan 50% pedagang baru. selama 25 tahun berjualan, Nedi menyebut sejak kali berjualan di Senen, sudah mengalami delapan kali kebakaran besar dan kecil. “Kalau korsleting listrik sering ditemui,” ucapnya.
Dia mengatakan pasar ini layaknya one stop market. Blok IV Pasar Senen itu pusat elektronik seperti Glodok. Barang lain yang dijual di blok itu adalah kacamata, jam tangan, dan berbagai pernak-pernik. Warga ibu kota yang mencari sayur-mayur tinggal menuju blok VI. Bahkan, para pecinta buku kerap berburu di kawasan ini. Sekarang letaknya di samping terminal. (Lihat videonya: Inilah Kriteria Wanita Muslimah yang Dirindukan Surga)
Pasar ini punya kelebihan kemudahan akses transportasi dari wilayah mana pun. Pasar Senen terhubung dengan terminal dan stasiun kereta api jarak jauh dan jabodetabek. “Begitu dari stasiun (Senen) loncat selesai. Itu yang membuat Senen gampang dijangkau orang,” ujarnya. Tahun 1990-an, orang-orang daerah membuat reklame atau ATK ke Pasar Senen. Mereka sering menginap di kawasan Kwitang yang berdiri hotel dengan tarif terjangkau atau balik ke daerah dengan kereta api lagi.
Salah satu pedagang online, Dandy Darman, mengatakan dia membeli buku anak sekolah untuk dijual lagi dari Pasar Senen karena murah dan lengkap. Setiap pekan, dia belanja sebanyak dua kali. Sekali belanja bisa menghabiskan uang Rp10 juta. “Sekarang pasarnya nyaman. Istilahnya aman, enggak ada yang rese,” terangnya. (FW Bahtiar)
(ysw)