Air Dome Pertama di Indonesia Resmi Diuji di Kawasan SCBD PIK 2
loading...
A
A
A
Maka itu, Shen Chao menekankan pentingnya memperkenalkan teknologi Air Dome secara luas melalui Asosiasi Air Dome Indonesia untuk menetapkan standar dan memperluas penggunaannya.
“Kami telah melakukan banyak promosi dan presentasi kepada BUMN maupun perusahaan swasta. Tahun ini, kami berencana membentuk Asosiasi Air Dome Indonesia untuk menciptakan komunitas penggemar dan praktisi Air Dome. Saat ini Indonesia belum memiliki standar SNI untuk Air Dome, sementara China dan Eropa sudah memilikinya. Melalui asosiasi ini, kami akan bekerja sama dengan pihak berwenang untuk menciptakan standar Air Dome di Indonesia,” ungkap Shen.
Dia juga mengungkapkan rencana proyek lainnya di Indonesia. “Kami telah mengajukan proposal untuk proyek-proyek tertentu kepada klien di berbagai wilayah Indonesia dan mendapatkan respons positif,” kata Shen.
“Kami berencana mempromosikan konsep Air Dome yang ramah lingkungan, sehat, dan ekonomis ke seluruh Indonesia, sehingga masyarakat Indonesia dapat menikmati kenyamanan dan manfaat yang ditawarkan Air Dome,” tambahnya.
Manajer Proyek PT Breesen Technology Indonesia Ricky F Nababan menambahkan banyak yang salah paham tentang Air Dome, terutama terkait risiko runtuh jika blower mati.
“Air Dome memiliki tekanan udara internal dan semuanya didukung genset cadangan, sehingga tidak akan terjadi kegagalan atau runtuh akibat masalah pasokan listrik dari PLN. Bahkan jika genset juga mati, Air Dome tidak langsung runtuh, tetapi akan mengempis secara perlahan dan dapat ditangani tanpa korban,” ujarnya.
Dengan hadirnya teknologi Air Dome, pembangunan di Indonesia dapat memanfaatkan solusi inovatif yang menggunakan teknologi membran udara. Air Dome menawarkan efisiensi ekonomi dan operasional yang tinggi.
Dengan berbagai keunggulan ini, Air Dome diharapkan dapat diterima secara luas oleh masyarakat Indonesia sebagai solusi ramah lingkungan dan efisien untuk berbagai kebutuhan bangunan.
“Kami telah melakukan banyak promosi dan presentasi kepada BUMN maupun perusahaan swasta. Tahun ini, kami berencana membentuk Asosiasi Air Dome Indonesia untuk menciptakan komunitas penggemar dan praktisi Air Dome. Saat ini Indonesia belum memiliki standar SNI untuk Air Dome, sementara China dan Eropa sudah memilikinya. Melalui asosiasi ini, kami akan bekerja sama dengan pihak berwenang untuk menciptakan standar Air Dome di Indonesia,” ungkap Shen.
Dia juga mengungkapkan rencana proyek lainnya di Indonesia. “Kami telah mengajukan proposal untuk proyek-proyek tertentu kepada klien di berbagai wilayah Indonesia dan mendapatkan respons positif,” kata Shen.
“Kami berencana mempromosikan konsep Air Dome yang ramah lingkungan, sehat, dan ekonomis ke seluruh Indonesia, sehingga masyarakat Indonesia dapat menikmati kenyamanan dan manfaat yang ditawarkan Air Dome,” tambahnya.
Manajer Proyek PT Breesen Technology Indonesia Ricky F Nababan menambahkan banyak yang salah paham tentang Air Dome, terutama terkait risiko runtuh jika blower mati.
“Air Dome memiliki tekanan udara internal dan semuanya didukung genset cadangan, sehingga tidak akan terjadi kegagalan atau runtuh akibat masalah pasokan listrik dari PLN. Bahkan jika genset juga mati, Air Dome tidak langsung runtuh, tetapi akan mengempis secara perlahan dan dapat ditangani tanpa korban,” ujarnya.
Dengan hadirnya teknologi Air Dome, pembangunan di Indonesia dapat memanfaatkan solusi inovatif yang menggunakan teknologi membran udara. Air Dome menawarkan efisiensi ekonomi dan operasional yang tinggi.
Dengan berbagai keunggulan ini, Air Dome diharapkan dapat diterima secara luas oleh masyarakat Indonesia sebagai solusi ramah lingkungan dan efisien untuk berbagai kebutuhan bangunan.
(jon)