Empat Jurus RIDO untuk Ubah Wajah Transportasi Jakarta
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menghadapi peliknya persoalan macet di Jakarta, calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta nomor urut 1, Ridwan Kamil dan Suswono, menawarkan solusi berbeda. Pasangan ini memprioritaskan empat langkah strategis yang dirancang untuk menciptakan keadilan di jalan dan menempatkan manusia sebagai pusat perhatian pembangunan.
Langkah pertama adalah menghitung kapasitas jalan secara akurat dan mengelola volume kendaraan agar tidak melampaui batas kemampuan infrastruktur. “Jadi, pembatasannya bukan dari usia kendaraan. Tapi, volume kendaraannya diatur,” ujar Ridwan Kamil, Kamis (21/11/2024).
Dengan panjang jalan yang tersedia saat ini, pemerintah harus memastikan penggunaannya sesuai kapasitas tanpa memicu kepadatan berlebih.
Kedua, pasangan yang akrab disapa RIDO ini menempatkan perluasan akses dan peningkatan kualitas transportasi publik sebagai prioritas. Ridwan Kamil menekankan pentingnya memberikan lebih banyak opsi transportasi umum yang berkualitas, terjangkau, dan mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.
“Memperluas Jak Lingko, memperluas Transjakarta dan Transjabodetabek. Saya dengar curhat ibu-ibu agar Jak Lingko lebih diperluas. Iya, nanti Jak Lingko sampai kampung-kampung karena yang sekarang belum maksimal,” katanya.
Langkah ketiga adalah penerapan Electronic Road Pricing (ERP), sebuah teknologi pengelolaan jalan yang memungkinkan pengguna membayar saat melintasi jalur tertentu. Bagi Ridwan Kamil, ERP bukan sekadar upaya membatasi mobilitas, melainkan langkah untuk memastikan jalan digunakan secara optimal demi kepentingan masyarakat luas.
“Maka setiap orang yang ingin masuk ke jalan-jalan kota harus membayar lebih. Maka ERP menjadi penting. Sebuah teknologi ala jalan tol yang bisa diterapkan di Jakarta,” jelasnya.
Langkah terakhir menempatkan manusia sebagai prioritas utama dalam pembangunan jalan. Pasangan RIDO ingin mengubah pola pikir bahwa membangun jalan tak hanya soal aspal, tetapi juga melibatkan pembangunan fasilitas pejalan kaki.
“Kalau membuat jalan raya itu harus satu paket dengan jalur pejalan kaki. Jangan membayangkan mobilitas itu hanya kendaraan bermesin. Jalan kaki itu, lari-lari itu adalah mobilitas. Kalau tidak disediakan di jalan raya, nggak ada pilihan, dia larinya ke motor. Ujungnya beli lagi, macet lagi,” papar Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil bahkan memberikan apresiasi kepada Anies Baswedan yang sukses menyulap kawasan Sudirman-Thamrin menjadi ramah bagi pejalan kaki. Namun, Ridwan Kamil menegaskan transformasi serupa harus diperluas ke banyak wilayah lain di Jakarta.
“Makanya pasangan RIDO akan mengubah mindset tadi, dalam anggaran pembangunan jalan harus satu paket dengan trotoar. Kalau sekarang seperti dua proyek berbeda, aspal duluan nanti tahun depan trotoar nyusul, berantakan, dan sebagainya. Jadi, penambahan trotoar empat kali lipat dari saat ini, dalam skala jabatan lima tahun saya rasa realistis,” pungkas Ridwan Kamil.
Dengan empat langkah ini, pasangan RIDO menawarkan visi baru untuk Jakarta, yang tidak hanya fokus pada mengurai kemacetan, tetapi juga memastikan kota ini lebih manusiawi dan nyaman bagi semua warganya.
Langkah pertama adalah menghitung kapasitas jalan secara akurat dan mengelola volume kendaraan agar tidak melampaui batas kemampuan infrastruktur. “Jadi, pembatasannya bukan dari usia kendaraan. Tapi, volume kendaraannya diatur,” ujar Ridwan Kamil, Kamis (21/11/2024).
Dengan panjang jalan yang tersedia saat ini, pemerintah harus memastikan penggunaannya sesuai kapasitas tanpa memicu kepadatan berlebih.
Baca Juga
Kedua, pasangan yang akrab disapa RIDO ini menempatkan perluasan akses dan peningkatan kualitas transportasi publik sebagai prioritas. Ridwan Kamil menekankan pentingnya memberikan lebih banyak opsi transportasi umum yang berkualitas, terjangkau, dan mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.
“Memperluas Jak Lingko, memperluas Transjakarta dan Transjabodetabek. Saya dengar curhat ibu-ibu agar Jak Lingko lebih diperluas. Iya, nanti Jak Lingko sampai kampung-kampung karena yang sekarang belum maksimal,” katanya.
Langkah ketiga adalah penerapan Electronic Road Pricing (ERP), sebuah teknologi pengelolaan jalan yang memungkinkan pengguna membayar saat melintasi jalur tertentu. Bagi Ridwan Kamil, ERP bukan sekadar upaya membatasi mobilitas, melainkan langkah untuk memastikan jalan digunakan secara optimal demi kepentingan masyarakat luas.
“Maka setiap orang yang ingin masuk ke jalan-jalan kota harus membayar lebih. Maka ERP menjadi penting. Sebuah teknologi ala jalan tol yang bisa diterapkan di Jakarta,” jelasnya.
Langkah terakhir menempatkan manusia sebagai prioritas utama dalam pembangunan jalan. Pasangan RIDO ingin mengubah pola pikir bahwa membangun jalan tak hanya soal aspal, tetapi juga melibatkan pembangunan fasilitas pejalan kaki.
“Kalau membuat jalan raya itu harus satu paket dengan jalur pejalan kaki. Jangan membayangkan mobilitas itu hanya kendaraan bermesin. Jalan kaki itu, lari-lari itu adalah mobilitas. Kalau tidak disediakan di jalan raya, nggak ada pilihan, dia larinya ke motor. Ujungnya beli lagi, macet lagi,” papar Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil bahkan memberikan apresiasi kepada Anies Baswedan yang sukses menyulap kawasan Sudirman-Thamrin menjadi ramah bagi pejalan kaki. Namun, Ridwan Kamil menegaskan transformasi serupa harus diperluas ke banyak wilayah lain di Jakarta.
“Makanya pasangan RIDO akan mengubah mindset tadi, dalam anggaran pembangunan jalan harus satu paket dengan trotoar. Kalau sekarang seperti dua proyek berbeda, aspal duluan nanti tahun depan trotoar nyusul, berantakan, dan sebagainya. Jadi, penambahan trotoar empat kali lipat dari saat ini, dalam skala jabatan lima tahun saya rasa realistis,” pungkas Ridwan Kamil.
Dengan empat langkah ini, pasangan RIDO menawarkan visi baru untuk Jakarta, yang tidak hanya fokus pada mengurai kemacetan, tetapi juga memastikan kota ini lebih manusiawi dan nyaman bagi semua warganya.
(cip)