Sudah Sepekan Desa Malasari Bogor Terisolir Akibat 20 Titik Longsor
A
A
A
BOGOR - Tepat sepekan bencana banjir bandang dan longsor menerjang wilayah Bogor bagian barat, bahkan beberapa desa yang sempat terisolir perlahan sudah mulai terbuka. Namun sebagian lagi masih belum dapat diakses baik oleh kendaraan roda dua maupun roda empat hingga Selasa (07/01/2020) ini.
Seperti di Desa Malasari, satu dari enam desa di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor yang diterjang longsor Rabu, 1 Januari 2020 lalu, hingga saat ini bisa dibilang sebagai daerah paling terisolir karena letaknya persis berada di perbatasan Kabupaten Bogor dengan Lebak, Banten. Kepala Desa Malasari Andi Jaelani Firdaus menjelaskan, akses jalan utama menuju pusat desa dari Kantor Kecamatan Nanggung via Desa Curug Bitung masih tertutup puluhan titik longsor. Bahkan, kata dia, untuk membuka akses jalan tersebut dibutuhkan dua alat berat.
"Itupun membutuhkan waktu sekitar tiga hari lebih. Enggak bisa cepat seperti desa lain yang hanya satu hari. Sebab ada 20 titik longsor yang menutup badan jalan, bahkan menggerus jalan menuju Desa Malasari. Sekarang sudah seminggu ini sedang dikerjakan alat berat belum bisa ditembus," ujar Andi kepada SINDOnews, Selasa (07/01/2020).
Dia menuturkan, saat ini untuk menuju Desa Malasari hanya satu jalan yaitu melalui Kampung Pabangbon, itupun jalannya kurang memadai dan harus berputar."Kalau melalui Kampung Cisangku (jalan utama) itu sudah jelas tidak akan bisa dilalui hingga beberapa hari kedepan. Karena banyak longsoran yang menutup badan jalan dan saat ini masih dalam pengerjaan (pembersihan/penyingkiran tumbuhan tanah) oleh dua alat berat," ujarnya.
Selain Cisangku, yang saat ini tengah dalam proses pengerjaan pembersihan atau membuka akses jalan oleh beckhoe adalah jalan menuju Kampung Nyungcung, Desa Malasari via Kampung Parigi, Desa Cisarua. "Di lokasi tersebut (jalan menuju Kampung Nyungcung, Malasari) masih tak bisa diakses karena bukan hanya longsor ada jembatan terputus," ujarnya.
Tak hanya membuat puluhan ribu warga yang tak terdampak langsung longsor terisolasi, tapi hingga saat ini, kata dia, ada sekitar 1.789 warga mengungsi. "Itu dari masing-masing kampung yang ada di Malasari. Paling banyak mengungsi ke Kampung Legok Kiara, Desa Cisarua. Serta Kampung Jengkol dan Sirna juga mengungsi ke posko Cisangku," ujarnya.
Pihaknya mengaku masih kesulitan untuk menyalurkan bantuan logistik (sembako, selimut, obat-obatan maupun pakaian) dikarenakan akses jalan hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua. "Seperti yang ke Cisangku, itu bantuan logistik didrop mengunakan motor secara bergantian. Kita di sini membuka dua posko pengungsian, dikarenakan di Legok Kiara yang banyak pengungsinya akses jalannya kurang memadai. Maka kita buka posko di Cibeber (sebagai tempat transit) kemudian untuk mengirim ke masing-masing pengungsian menggunakan ojek," ujarnya.
Berdasarkan pantauan SINDO, Selasa (06/01/2020) dari dua desa yang terisolir di Kecamatan Nanggung, hingga pukul 17.30 WIB, baru Desa Cisarua yang sudah bisa diakses. Puluhan masyarakat dibantu alat berat terus menyingkirkan tumpukan tanah yang menutup jalan utama penghubung antar desa maupun kecamatan.
Meski belum efektif dilintasi kendaraan roda dua maupun roda empat secara normal, setidaknya 1.860 warga dari Desa Cisarua dan Malasari yang mengungsi sudah bisa menikmati bantuan logistik (makanan maupun pakaian)."Iya terhitung mulai hari ini setelah jalan terbuka, bantuan sembako dan pakaian yang selama ini menumpuk di Posko Bencana Polsek Nanggung sudah bisa tersalurkan ke para pengungsi. Yang kita butuhkan saat ini adalah sembako," ujar Eli (45), warga Kampung Nyungcung, Desa Malasari, Nanggung, Kabupaten Bogor.
Seperti di Desa Malasari, satu dari enam desa di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor yang diterjang longsor Rabu, 1 Januari 2020 lalu, hingga saat ini bisa dibilang sebagai daerah paling terisolir karena letaknya persis berada di perbatasan Kabupaten Bogor dengan Lebak, Banten. Kepala Desa Malasari Andi Jaelani Firdaus menjelaskan, akses jalan utama menuju pusat desa dari Kantor Kecamatan Nanggung via Desa Curug Bitung masih tertutup puluhan titik longsor. Bahkan, kata dia, untuk membuka akses jalan tersebut dibutuhkan dua alat berat.
"Itupun membutuhkan waktu sekitar tiga hari lebih. Enggak bisa cepat seperti desa lain yang hanya satu hari. Sebab ada 20 titik longsor yang menutup badan jalan, bahkan menggerus jalan menuju Desa Malasari. Sekarang sudah seminggu ini sedang dikerjakan alat berat belum bisa ditembus," ujar Andi kepada SINDOnews, Selasa (07/01/2020).
Dia menuturkan, saat ini untuk menuju Desa Malasari hanya satu jalan yaitu melalui Kampung Pabangbon, itupun jalannya kurang memadai dan harus berputar."Kalau melalui Kampung Cisangku (jalan utama) itu sudah jelas tidak akan bisa dilalui hingga beberapa hari kedepan. Karena banyak longsoran yang menutup badan jalan dan saat ini masih dalam pengerjaan (pembersihan/penyingkiran tumbuhan tanah) oleh dua alat berat," ujarnya.
Selain Cisangku, yang saat ini tengah dalam proses pengerjaan pembersihan atau membuka akses jalan oleh beckhoe adalah jalan menuju Kampung Nyungcung, Desa Malasari via Kampung Parigi, Desa Cisarua. "Di lokasi tersebut (jalan menuju Kampung Nyungcung, Malasari) masih tak bisa diakses karena bukan hanya longsor ada jembatan terputus," ujarnya.
Tak hanya membuat puluhan ribu warga yang tak terdampak langsung longsor terisolasi, tapi hingga saat ini, kata dia, ada sekitar 1.789 warga mengungsi. "Itu dari masing-masing kampung yang ada di Malasari. Paling banyak mengungsi ke Kampung Legok Kiara, Desa Cisarua. Serta Kampung Jengkol dan Sirna juga mengungsi ke posko Cisangku," ujarnya.
Pihaknya mengaku masih kesulitan untuk menyalurkan bantuan logistik (sembako, selimut, obat-obatan maupun pakaian) dikarenakan akses jalan hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua. "Seperti yang ke Cisangku, itu bantuan logistik didrop mengunakan motor secara bergantian. Kita di sini membuka dua posko pengungsian, dikarenakan di Legok Kiara yang banyak pengungsinya akses jalannya kurang memadai. Maka kita buka posko di Cibeber (sebagai tempat transit) kemudian untuk mengirim ke masing-masing pengungsian menggunakan ojek," ujarnya.
Berdasarkan pantauan SINDO, Selasa (06/01/2020) dari dua desa yang terisolir di Kecamatan Nanggung, hingga pukul 17.30 WIB, baru Desa Cisarua yang sudah bisa diakses. Puluhan masyarakat dibantu alat berat terus menyingkirkan tumpukan tanah yang menutup jalan utama penghubung antar desa maupun kecamatan.
Meski belum efektif dilintasi kendaraan roda dua maupun roda empat secara normal, setidaknya 1.860 warga dari Desa Cisarua dan Malasari yang mengungsi sudah bisa menikmati bantuan logistik (makanan maupun pakaian)."Iya terhitung mulai hari ini setelah jalan terbuka, bantuan sembako dan pakaian yang selama ini menumpuk di Posko Bencana Polsek Nanggung sudah bisa tersalurkan ke para pengungsi. Yang kita butuhkan saat ini adalah sembako," ujar Eli (45), warga Kampung Nyungcung, Desa Malasari, Nanggung, Kabupaten Bogor.
(whb)