Rumah Warga Jakarta Banjir Air, Hotel-hotel Banjir Tamu
A
A
A
JAKARTA - Okupansi sejumlah hotel di Jabodetabek mendadak meningkat. Banjir hebat yang melanda sejumlah titik membuat warga yang mempunyai uang lebih memilih mengungsi di hotel.
Seperti Hotel 88 Grogol, Kedoya, Jakarta Barat. Okupansi hotel ini tercatat penuh untuk tiga hari ke depan. Meski demikian, pihak menajeman tidak menambah pekerja, sekalipun beberapa diantara pekerja ada yang diliburkan karena korban banjir.
“Semuanya ada 54 kamar, dan semuanya penuh,” kata Corporate Direction of Marketing Waringin Hospitality Group, Metty Yan Harahap, ketika dikonfirmasi, Kamis (2/1/2020).
Selain di Kedoya, kata dia, okupansi juga penuh di beberapa lokasi lainnya. Seperti Hotel 88 Fatmawati yang menyediakan 115 kamar, serta Hotel 88 Bekasi yang menyediakan 70 kamar. Keduanya tercatat juga telah penuh untuk dua dan tiga hari ke depan.
Metty melanjutkan, beberapa penghuni yang berada di tiga hotel itu kebanyakan merupakan keluarga dengan lansia dan anak-anak. Mereka memilih tidur di hotel dibandingkan harus berdesakan di lokasi pengungsian.
Berbeda saat Tahun Baru, pengunjung hotel yang padat membuat manajeman menambah pekerja demi meningkatkan pelayanan. Metty menyebut musibah banjir tak membuat dirinya menambah pekerja. Sekalipun di beberapa hotel banyak pekerja tidak masuk karena menjadi korban banjir.
“Karena ada musibah, kami berikan kepada pegawai yang menjadi korban banjir dispensasi tidak masuk kerja,” tuturnya.
Sementara itu, Salsa (38), mengaku memilih mengungsi setelah rumahnya mengalami banjir di kawasan Kedoya. Bersama dengan dua anak, suami, serta orang tuanya, mereka memesan dua kamar bersebelahan. “Kayaknya sampai banjir surut,” ucap Salsa.
Hal serupa dilakukan Yosef Wijaya, salah satu korban banjir di kawsan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ia mengaku kalau rumahnya di kawasan Gading Kirana saat ini terendam banjir sehingga memilih mengungsi ke hotel. “Cukup dalam sih, sekitar 1-2 meteran, makanya kita ngungsi,” katanya.
Yosef dan keluarga sudah mengungsi sejak Rabu (1/1/2020) siang. "Rumah yang jaga pembantu dan satpam. Kami mengungsi ke hotel sampai air surut," tukasnya.
Yosef sengaja memilih mengungsi ke hotel karena masih memiliki anak yang berumur tiga tahun. Ia dan keluarga akan bertahan di hotel hingga rumahnya benar-benar bersih.
“Saya memang sudah memantau ke rumah, tapi sepertinya masih akan menginap hingga lima hari ke depan,” tuturnya.
Andi, warga RW 8 Kelapa Gading juga mengaku terpaksa menginap di sebuah hotel karena rumahnya terendam banjir. Dia membuka dua kamar untuk tempat mengungsi keluarga. “Saya kan ada orang tua, dan juga ada keluarga lainnya, jadi kita terpaksa buka dua kamar,” ucapnya.
Komplek peruhamannya memang membuka lokasi pengungsian, namun banyak warga yang memilih tinggal di hotel-hotel untuk mengungsi.
Untuk rumahnya sendiri ia mempercayakan kepada petugas keamanan wilayah dan juga ada pembantu yang tinggal di sana. “Saya dengar sudah surut, habis ini saya mau lihat kondisinya. Kalau memang sudah bersih baru kita pulang ke rumah,” tukasnya.(helmi syarif)
Seperti Hotel 88 Grogol, Kedoya, Jakarta Barat. Okupansi hotel ini tercatat penuh untuk tiga hari ke depan. Meski demikian, pihak menajeman tidak menambah pekerja, sekalipun beberapa diantara pekerja ada yang diliburkan karena korban banjir.
“Semuanya ada 54 kamar, dan semuanya penuh,” kata Corporate Direction of Marketing Waringin Hospitality Group, Metty Yan Harahap, ketika dikonfirmasi, Kamis (2/1/2020).
Selain di Kedoya, kata dia, okupansi juga penuh di beberapa lokasi lainnya. Seperti Hotel 88 Fatmawati yang menyediakan 115 kamar, serta Hotel 88 Bekasi yang menyediakan 70 kamar. Keduanya tercatat juga telah penuh untuk dua dan tiga hari ke depan.
Metty melanjutkan, beberapa penghuni yang berada di tiga hotel itu kebanyakan merupakan keluarga dengan lansia dan anak-anak. Mereka memilih tidur di hotel dibandingkan harus berdesakan di lokasi pengungsian.
Berbeda saat Tahun Baru, pengunjung hotel yang padat membuat manajeman menambah pekerja demi meningkatkan pelayanan. Metty menyebut musibah banjir tak membuat dirinya menambah pekerja. Sekalipun di beberapa hotel banyak pekerja tidak masuk karena menjadi korban banjir.
“Karena ada musibah, kami berikan kepada pegawai yang menjadi korban banjir dispensasi tidak masuk kerja,” tuturnya.
Sementara itu, Salsa (38), mengaku memilih mengungsi setelah rumahnya mengalami banjir di kawasan Kedoya. Bersama dengan dua anak, suami, serta orang tuanya, mereka memesan dua kamar bersebelahan. “Kayaknya sampai banjir surut,” ucap Salsa.
Hal serupa dilakukan Yosef Wijaya, salah satu korban banjir di kawsan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ia mengaku kalau rumahnya di kawasan Gading Kirana saat ini terendam banjir sehingga memilih mengungsi ke hotel. “Cukup dalam sih, sekitar 1-2 meteran, makanya kita ngungsi,” katanya.
Yosef dan keluarga sudah mengungsi sejak Rabu (1/1/2020) siang. "Rumah yang jaga pembantu dan satpam. Kami mengungsi ke hotel sampai air surut," tukasnya.
Yosef sengaja memilih mengungsi ke hotel karena masih memiliki anak yang berumur tiga tahun. Ia dan keluarga akan bertahan di hotel hingga rumahnya benar-benar bersih.
“Saya memang sudah memantau ke rumah, tapi sepertinya masih akan menginap hingga lima hari ke depan,” tuturnya.
Andi, warga RW 8 Kelapa Gading juga mengaku terpaksa menginap di sebuah hotel karena rumahnya terendam banjir. Dia membuka dua kamar untuk tempat mengungsi keluarga. “Saya kan ada orang tua, dan juga ada keluarga lainnya, jadi kita terpaksa buka dua kamar,” ucapnya.
Komplek peruhamannya memang membuka lokasi pengungsian, namun banyak warga yang memilih tinggal di hotel-hotel untuk mengungsi.
Untuk rumahnya sendiri ia mempercayakan kepada petugas keamanan wilayah dan juga ada pembantu yang tinggal di sana. “Saya dengar sudah surut, habis ini saya mau lihat kondisinya. Kalau memang sudah bersih baru kita pulang ke rumah,” tukasnya.(helmi syarif)
(thm)