Pengamat Puji Tindakan Anies Angkat Keranda Korban Kerusuhan 22 Mei
A
A
A
JAKARTA - Pemerhati sosial M Chozin Amirullah menilai tindakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang ikut langsung takziyah dan mengangkat keranda jenazah korban kerusuhan 22 Mei, sebagai bentuk tindakan terpuji.
Dalam pandangan Chozin, ada beberapa faktor kunci penentu apakah sebuah kerusuhan dapat berkembang meluas atau tidak. Mengutip pendapat sosiolog NJ Smelser, tahap kelima yang menentukan kerusuhan dapat berkembang meluas atau tidak adalah kontrol sosial. Artinya, apakah aparatur negara dan para petugas mampu mengendalikan situasi dan meredam kemarahan serta kekacauan yang terjadi.
"Langkah Anies sudah tepat. Bukan sekadar ikut-ikutan angkat keranda dan takziyah, tapi inilah bentuk kontrol sosial untuk mengendalikan dan meredam kemarahan warga," jelas Chozin kepada wartawan di Jakarta, Jumat (24/5/2019). (Baca juga: Sambangi Bawaslu, Anies Baswedan Lakukan Konsolidasi dengan TNI-Polri)
Diketahui, kritikan atau tepatnya ejekan dari netizen ramai di jejaring sosial yang menyebut Anies cuma bisa mengusung keranda. Anies Baswedan memang datang takziah ke korban aksi 22 Mei dan ikut mengangkat keranda jenazah yang bersangkutan.
"Kehadiran negara atau gubernur mengeliminasi skenario martir yang dapat menciptakan eskalasi. Tanpa kehadirannya sangat mungkin situasinya dapat tereskalasi dengan luas," tambah Chozin. (Baca juga: Petugas PPSU Tewas Ditabrak Motor, Anies Gotong Keranda)
Seorang korban, anak muda, warga kampung padat di Tambora meninggal karena kejadian 22 Mei. Total sebanyak 8 orang meninggal dunia dalam kerusuhan yang terjadi di Jakarta pada 21-22 Mei lalu.
Anies lalu hadir dengan seragam gubernur mewakili negara dan mewakili aparatur lainnya di tengah massa. Ia mendinginkan amarah dan mengembalikan akal warga untuk tenang kembali. "Ini bukan soal mengangkat keranda, tapi Ini soal menyejukkan kota,” tandas Chozin.
Dalam pandangan Chozin, ada beberapa faktor kunci penentu apakah sebuah kerusuhan dapat berkembang meluas atau tidak. Mengutip pendapat sosiolog NJ Smelser, tahap kelima yang menentukan kerusuhan dapat berkembang meluas atau tidak adalah kontrol sosial. Artinya, apakah aparatur negara dan para petugas mampu mengendalikan situasi dan meredam kemarahan serta kekacauan yang terjadi.
"Langkah Anies sudah tepat. Bukan sekadar ikut-ikutan angkat keranda dan takziyah, tapi inilah bentuk kontrol sosial untuk mengendalikan dan meredam kemarahan warga," jelas Chozin kepada wartawan di Jakarta, Jumat (24/5/2019). (Baca juga: Sambangi Bawaslu, Anies Baswedan Lakukan Konsolidasi dengan TNI-Polri)
Diketahui, kritikan atau tepatnya ejekan dari netizen ramai di jejaring sosial yang menyebut Anies cuma bisa mengusung keranda. Anies Baswedan memang datang takziah ke korban aksi 22 Mei dan ikut mengangkat keranda jenazah yang bersangkutan.
"Kehadiran negara atau gubernur mengeliminasi skenario martir yang dapat menciptakan eskalasi. Tanpa kehadirannya sangat mungkin situasinya dapat tereskalasi dengan luas," tambah Chozin. (Baca juga: Petugas PPSU Tewas Ditabrak Motor, Anies Gotong Keranda)
Seorang korban, anak muda, warga kampung padat di Tambora meninggal karena kejadian 22 Mei. Total sebanyak 8 orang meninggal dunia dalam kerusuhan yang terjadi di Jakarta pada 21-22 Mei lalu.
Anies lalu hadir dengan seragam gubernur mewakili negara dan mewakili aparatur lainnya di tengah massa. Ia mendinginkan amarah dan mengembalikan akal warga untuk tenang kembali. "Ini bukan soal mengangkat keranda, tapi Ini soal menyejukkan kota,” tandas Chozin.
(thm)