Sistem Tiket Masih Bermasalah, MRT Disarankan Belajar ke Commuter Line
A
A
A
JAKARTA - Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) meminata PT MRT Jakarta belajar kepada PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) selaku pengelola Commuter Line dalam sistem tiket. Pasalnya, antrean tiket MRT masih belum optimal sehingga mebuat antrean panjang.
Wakil Ketua MTI, Djoko Setijowarno menyayangkan langkah Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta yang membuka satu loket hingga membuat penumpukan penumpang terjadi.“Bagaimana penumpang mau nyaman. Kalau dia saja terhambat untuk masuk dan keluar,” kata Djoko, Senin (8/4/2019).
Djoko melihat sebagai transportasi berbasis rel baru, MRT harus belajar dari PT KCI. Pengalaman bertahun tahun membuat KCI mengenal betul perilaku masyarakat dalam kereta. Termasuk mengantisipasi antrean yang terjadi, KCI telah melakukan beragam sistem membantu mengatur manusia, salah satunya antrean.
Djoko teringat saat mencoba sistem tapping KCI di awal periode 2013 lalu. Kala itu sistem dan mesin terkendala menyebabkan antrean mengular di beberapa stasiun. KCI kemudian membuka secara manual, hingga akhirnya antrean itu bisa di kendalikan.
Djoko melihat, dalam sistem mesin yang eror sangatlah wajar bila terjadi di MRT. Sebagai transportasi baru, MRT rentan terhadap masalah ini. Hanya saja ia menyangkan sistem loket yang dibuka hanya satu.
“Ini jadi pelajaran. Harus ada petugas di sana. Apakah ini MRT kekurangan orang? Saya rasa tidak, mereka tidak mau belajar,” ujarnya. Djoko mengingatkan agar MRT harus bisa mendorong orang beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum karena kenyamanan diperlukan.
Wakil Ketua MTI, Djoko Setijowarno menyayangkan langkah Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta yang membuka satu loket hingga membuat penumpukan penumpang terjadi.“Bagaimana penumpang mau nyaman. Kalau dia saja terhambat untuk masuk dan keluar,” kata Djoko, Senin (8/4/2019).
Djoko melihat sebagai transportasi berbasis rel baru, MRT harus belajar dari PT KCI. Pengalaman bertahun tahun membuat KCI mengenal betul perilaku masyarakat dalam kereta. Termasuk mengantisipasi antrean yang terjadi, KCI telah melakukan beragam sistem membantu mengatur manusia, salah satunya antrean.
Djoko teringat saat mencoba sistem tapping KCI di awal periode 2013 lalu. Kala itu sistem dan mesin terkendala menyebabkan antrean mengular di beberapa stasiun. KCI kemudian membuka secara manual, hingga akhirnya antrean itu bisa di kendalikan.
Djoko melihat, dalam sistem mesin yang eror sangatlah wajar bila terjadi di MRT. Sebagai transportasi baru, MRT rentan terhadap masalah ini. Hanya saja ia menyangkan sistem loket yang dibuka hanya satu.
“Ini jadi pelajaran. Harus ada petugas di sana. Apakah ini MRT kekurangan orang? Saya rasa tidak, mereka tidak mau belajar,” ujarnya. Djoko mengingatkan agar MRT harus bisa mendorong orang beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum karena kenyamanan diperlukan.
(whb)