PT Transjakarta Jamin Kualitas Bus Listrik yang Dibeli dari China
A
A
A
JAKARTA - PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) menjamin bus listrik yang dibeli dari China tidak akan bermasalah. Sebab 95 persen bus listrik yang beroperasi di dunia berasal dari Negeri Tirai Bambu.
Direktur Utama PT Transjakarta, Agung Wicaksono, mengatakan, saat ini berbagai negara di dunia tengah bergerak ke bus listrik untuk mewujudkan kota ramah lingkungan. Berdasarkan informasi, penyedia bus listrik terbesar dan hampir 95 persen bus listrik itu adalah China. Bahkan kota-kota besar di Eropa, seperti London (Inggris), Kopenhagen (Denmark), membeli bus listrik dari China.
Untuk itu, kata Agung, Transjakarta akan melihat pengadaan bus listrik bukan dari mananya, tapi soal kesiapannya dari teknis. Kebetulan yang sudah siap di Tanah Air saat ini ada tiga, dimana dua manufaktur ada di China. (Baca juga: DKI Menuju Kota Ramah Lingkungan, Anies Siapkan Roadmap Bus Listrik)
"Kita akan mulai tahun ini dengan uji coba, kenapa? karena kita ingin memastikan semunya lancar untuk kepentingan operasional Transjakarta. Kita ingin pastikan fasilitas pendukungnya juga tersedia dalam hal charging station-nya. Kita ingin pastikan untuk perawatan mekaniknya, servisnya juga harus ada," kata Agung di Balai Kota, Jumat (29/9/2019).
Agung menjelaskan, 46 persen emisi karbon di perkotaan datang dari transportasi. Artinya, apabila dilakukan bertahap mengurangi pengurangan yang berbasis fosil, emisi karbon dapat berkurang signifikan. Hal itu bisa terukur nantinya ketika uji coba dilakukan tahun ini.
Bus listrik yang nantinya akan beroperasi pun, kata Agung, bukanlah milik Transjakarta sepenuhnya. PT Transjakarta hanya memainkan peran yang memberikan kesempatan kepada mitra operatornya. Nantinya, Transjakarta hanya memberikan aturan supaya sesuai standar.
"Uji coba kita mentargetkan selama lamanya Juni. Kita targetkam Mei, selama lamanya Juni setelah bulan puasa. Ketika kita mengurangi yang berlebihan kita juga lakukan emosi dengan mencoba bis listrik," pungkasnya. (Baca juga: PT Transjakarta Bakal Uji Coba Bus Listrik Senayan-Monas)
Sementara itu, pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, menyarankan Pemprov DKI Jakarta agar menggunakan bus listrik produksi anak bangsa, seperti PT Mobil Anak Bangsa (MAB). Sehingga ketika dioperasikan, semua infrastrukturnya bisa disediakan dengan penuh.
Pada prinsipnya, kata dia, langkah Pemprov DKI Jakarta untuk menguji coba bus listrik merupakan langkah yang sangat baik dan harus didukung penuh. Sebab, kendaraan listrik terbukti ramah lingkungan serta biaya perawatan dan operasional lebih rendah. "Di Asmat Papua saja kendaraannya sudah listrik semua. Masa DKI tidak bisa," pungkasnya.
Direktur Utama PT Transjakarta, Agung Wicaksono, mengatakan, saat ini berbagai negara di dunia tengah bergerak ke bus listrik untuk mewujudkan kota ramah lingkungan. Berdasarkan informasi, penyedia bus listrik terbesar dan hampir 95 persen bus listrik itu adalah China. Bahkan kota-kota besar di Eropa, seperti London (Inggris), Kopenhagen (Denmark), membeli bus listrik dari China.
Untuk itu, kata Agung, Transjakarta akan melihat pengadaan bus listrik bukan dari mananya, tapi soal kesiapannya dari teknis. Kebetulan yang sudah siap di Tanah Air saat ini ada tiga, dimana dua manufaktur ada di China. (Baca juga: DKI Menuju Kota Ramah Lingkungan, Anies Siapkan Roadmap Bus Listrik)
"Kita akan mulai tahun ini dengan uji coba, kenapa? karena kita ingin memastikan semunya lancar untuk kepentingan operasional Transjakarta. Kita ingin pastikan fasilitas pendukungnya juga tersedia dalam hal charging station-nya. Kita ingin pastikan untuk perawatan mekaniknya, servisnya juga harus ada," kata Agung di Balai Kota, Jumat (29/9/2019).
Agung menjelaskan, 46 persen emisi karbon di perkotaan datang dari transportasi. Artinya, apabila dilakukan bertahap mengurangi pengurangan yang berbasis fosil, emisi karbon dapat berkurang signifikan. Hal itu bisa terukur nantinya ketika uji coba dilakukan tahun ini.
Bus listrik yang nantinya akan beroperasi pun, kata Agung, bukanlah milik Transjakarta sepenuhnya. PT Transjakarta hanya memainkan peran yang memberikan kesempatan kepada mitra operatornya. Nantinya, Transjakarta hanya memberikan aturan supaya sesuai standar.
"Uji coba kita mentargetkan selama lamanya Juni. Kita targetkam Mei, selama lamanya Juni setelah bulan puasa. Ketika kita mengurangi yang berlebihan kita juga lakukan emosi dengan mencoba bis listrik," pungkasnya. (Baca juga: PT Transjakarta Bakal Uji Coba Bus Listrik Senayan-Monas)
Sementara itu, pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, menyarankan Pemprov DKI Jakarta agar menggunakan bus listrik produksi anak bangsa, seperti PT Mobil Anak Bangsa (MAB). Sehingga ketika dioperasikan, semua infrastrukturnya bisa disediakan dengan penuh.
Pada prinsipnya, kata dia, langkah Pemprov DKI Jakarta untuk menguji coba bus listrik merupakan langkah yang sangat baik dan harus didukung penuh. Sebab, kendaraan listrik terbukti ramah lingkungan serta biaya perawatan dan operasional lebih rendah. "Di Asmat Papua saja kendaraannya sudah listrik semua. Masa DKI tidak bisa," pungkasnya.
(thm)