Musim Penghujan, Ruas Jalan di Jakarta Rawan Rusak akibat Genangan Air
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah jalan di seluruh wilayah DKI Jakarta mengalami kerusakan pasca-diguyur hujan belakangan ini. Sistem tambal sulam jalan berlubang menjadi penanganan sementara untuk hindari kecelakaan.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Hari Nugroho mengatakan, pasca-hujan yang terjadi belakangan ini di Jakarta, hampir sebagian besar jalan mengalami kerusakan berupa lubang. Namun, kerusakan tersebut langsung diperbaiki dengan sistem tambal sulam menggunakan cool mix untuk menjaga keamanan dan keselamatan pengguna jalan.
Nantinya, jalan tersebut akan dihotmix setelah musim hujan selesai. "Kami tidak memetakan titik per titik. Penanganannya bersifat langsung, seluruh wilayah rata-rata ada jalan berlubang pasca-hujan," kata Hari Nugroho saat dihubungi pada Kamis, 7 Februari 2019 kemarin.
Hari menjelaskan, untuk menangani jalan berlubang pasca-diguyur hujan, pihaknya telah mengerahkan seluruh tim satuan petugas dan kepala satuan pelaksana (Kasatpel) di masing-masing kelurahan untuk berkeliling mengecek kondisi jalan. Apabila, ditemukan jalan berlubang, tim langsung melakukan penanganan.
Selain itu, lanjut Hari, penanganan juga dilakukan melalui aduan masyarakat mengingat ruang lingkup wilayah yang besar tidak memungkinkan petugas mengcover semuanya. "Begitu ada aduan, ya kita tindaklanjuti. Kami menghimbau pengguna jalan berhati-hati ketika hujan tiba, karena jalan berlubang tidak terlihat," ungkapnya.
Terkait jalan yang masih tergenang saat diguyur hujan, Hari menuturkan, kedepan pihaknya akan membetonisasi ruas jalan tersebut. Menurutnya, ruas jalan yang akan ditinggikan tersebut masih dalam inventarisasi.
Berdasarkan data yang dihimpun, hampir setiap tahun Dinas Bina Marga DKI Jakarta mendapatkan angaran perbaikan jalan rusak sekitar Rp300-400 miliar. Penangananya pun hampir sama, untuk yang sifatnya sementara penangan dilakukan tambal sulam.
Sedangkan untuk yang permanen penanganan dilakukan secara menyeluruh dengan menggunakan aspal kembali ataupun betonisasi bagi tempat yang dinyatakan kerap tergenang. Pada 2018 lalu, penanganan permanen dilakukan dengan sistem recycling atau mengupas lapisan aspal hingga bagian pondasi dan kembali menatanya. Namun, hasilnya pada awal 2019 banyak jalan yang sudah ditangani kembali tergenang dan mengalami kerusakan.
Pengamat perkotaan dari Universitas trisakti, Nirwono Joga mengatakan, perbaikan jalan yang dilakukan setiap tahun di Jakarta tidak akan bertahan lama. Sebab, ketahanan jalan itu tergantung pada baiknya saluran air yang ada di sekitar jalan.
Artinya, apapun sistem dan kualita aspal yang dipilih untuk memperbaiki jalan apabila tidak dibarengi dengan perbaikan saluran, jalan di Jakarta tidak akan bertahan hinga lima-tujuh tahun seperti yang terdapat dalam konsep jalan sebenarnya.
"Sifat alami aspal ataupun betonisasi akan rusak bila masih digenangi air. Apalagi kalau terdapat lubang setitik dan dilintasi kendaraan bernotase berat. Jadi perbaiki dulu salurannya agar air yang ada di jalan cepat mengering," ujarnya.
Untuk menambah kekuatan aspal dan menghemat biaya pemeliharaanya, lanjut Nirwono, DKI harus mempertegas kelas-kelas jalan. Dimana, kendaraan bernotase berat hanya boleh melintas di jalan tertentu.
Nirwono juga menyarankan agar konsep daur ulang aspal yang dikelupas bawahnya digunakan kembali untuk memperbaiki jalan tersebut. Terpenting, bahan campur daur ulang aspal dibuat sebaik mungkin. Sehingga, kekuatan aspal bisa mencapai lima hingg tujuh tahun seperti apa yang dilakukan di Eropa.
"Konsep penghematan murni yaitu dengan mendaur ulang aspal yang dikelupas dari dasar itu. Memang usianya berbeda dengan aspal baru. Tapi Penelitian terakhir menyebutkan bila kekuatanya bisa sampai tujuh tahun kalau campuranya dibuat sebaik mungkin. Yang terjadi saat ini, setelah aspal dikelupas, DKI membuangnya dan menggantinya dengan beli di e-katalog. Padahal konsep ini bisa hemat 30%," ucapnya.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Hari Nugroho mengatakan, pasca-hujan yang terjadi belakangan ini di Jakarta, hampir sebagian besar jalan mengalami kerusakan berupa lubang. Namun, kerusakan tersebut langsung diperbaiki dengan sistem tambal sulam menggunakan cool mix untuk menjaga keamanan dan keselamatan pengguna jalan.
Nantinya, jalan tersebut akan dihotmix setelah musim hujan selesai. "Kami tidak memetakan titik per titik. Penanganannya bersifat langsung, seluruh wilayah rata-rata ada jalan berlubang pasca-hujan," kata Hari Nugroho saat dihubungi pada Kamis, 7 Februari 2019 kemarin.
Hari menjelaskan, untuk menangani jalan berlubang pasca-diguyur hujan, pihaknya telah mengerahkan seluruh tim satuan petugas dan kepala satuan pelaksana (Kasatpel) di masing-masing kelurahan untuk berkeliling mengecek kondisi jalan. Apabila, ditemukan jalan berlubang, tim langsung melakukan penanganan.
Selain itu, lanjut Hari, penanganan juga dilakukan melalui aduan masyarakat mengingat ruang lingkup wilayah yang besar tidak memungkinkan petugas mengcover semuanya. "Begitu ada aduan, ya kita tindaklanjuti. Kami menghimbau pengguna jalan berhati-hati ketika hujan tiba, karena jalan berlubang tidak terlihat," ungkapnya.
Terkait jalan yang masih tergenang saat diguyur hujan, Hari menuturkan, kedepan pihaknya akan membetonisasi ruas jalan tersebut. Menurutnya, ruas jalan yang akan ditinggikan tersebut masih dalam inventarisasi.
Berdasarkan data yang dihimpun, hampir setiap tahun Dinas Bina Marga DKI Jakarta mendapatkan angaran perbaikan jalan rusak sekitar Rp300-400 miliar. Penangananya pun hampir sama, untuk yang sifatnya sementara penangan dilakukan tambal sulam.
Sedangkan untuk yang permanen penanganan dilakukan secara menyeluruh dengan menggunakan aspal kembali ataupun betonisasi bagi tempat yang dinyatakan kerap tergenang. Pada 2018 lalu, penanganan permanen dilakukan dengan sistem recycling atau mengupas lapisan aspal hingga bagian pondasi dan kembali menatanya. Namun, hasilnya pada awal 2019 banyak jalan yang sudah ditangani kembali tergenang dan mengalami kerusakan.
Pengamat perkotaan dari Universitas trisakti, Nirwono Joga mengatakan, perbaikan jalan yang dilakukan setiap tahun di Jakarta tidak akan bertahan lama. Sebab, ketahanan jalan itu tergantung pada baiknya saluran air yang ada di sekitar jalan.
Artinya, apapun sistem dan kualita aspal yang dipilih untuk memperbaiki jalan apabila tidak dibarengi dengan perbaikan saluran, jalan di Jakarta tidak akan bertahan hinga lima-tujuh tahun seperti yang terdapat dalam konsep jalan sebenarnya.
"Sifat alami aspal ataupun betonisasi akan rusak bila masih digenangi air. Apalagi kalau terdapat lubang setitik dan dilintasi kendaraan bernotase berat. Jadi perbaiki dulu salurannya agar air yang ada di jalan cepat mengering," ujarnya.
Untuk menambah kekuatan aspal dan menghemat biaya pemeliharaanya, lanjut Nirwono, DKI harus mempertegas kelas-kelas jalan. Dimana, kendaraan bernotase berat hanya boleh melintas di jalan tertentu.
Nirwono juga menyarankan agar konsep daur ulang aspal yang dikelupas bawahnya digunakan kembali untuk memperbaiki jalan tersebut. Terpenting, bahan campur daur ulang aspal dibuat sebaik mungkin. Sehingga, kekuatan aspal bisa mencapai lima hingg tujuh tahun seperti apa yang dilakukan di Eropa.
"Konsep penghematan murni yaitu dengan mendaur ulang aspal yang dikelupas dari dasar itu. Memang usianya berbeda dengan aspal baru. Tapi Penelitian terakhir menyebutkan bila kekuatanya bisa sampai tujuh tahun kalau campuranya dibuat sebaik mungkin. Yang terjadi saat ini, setelah aspal dikelupas, DKI membuangnya dan menggantinya dengan beli di e-katalog. Padahal konsep ini bisa hemat 30%," ucapnya.
(whb)