Asal Usul Warung Buncit dari Bun Tjit Pemilik Warung Kelontong Etnis Tionghoa
Minggu, 14 November 2021 - 05:00 WIB
JAKARTA - Anda pasti tahu Jalan Warung Buncit yang berada di Kelurahan Tegal Parang, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Ternyata nama Warung Buncit berasal dari Bun Tjit, pemilik warung kelontong etnis Tionghoa .
Dikutip dari buku “Robinhood Betawi: Kisah Betawi Tempo Doeloe” karya Sejarawan dan Wartawan Senior Alwi Shahab, Minggu (14/11/2021), Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi Haji Irwan Sjafi’ie mengatakan, di masa lalu Jalan Warung Buncit menjadi tempat berbaurnya masyarakat Betawi dengan Tionghoa. Mereka hidup berdampingan tanpa mempermasalahkan ras dan agama.
Baca juga: 7 Koleksi Barang Antik Ahmad Dhani, dari Meja Kayu Klasik sampai Ukiran Tulisan Tionghoa
Asal usul nama Jalan Warung Buncit dijelaskan Zaenuddin HM dalam bukunya yang berjudul “212 Asal Usul Djakarta Tempo Doeloe” di mana Warung Buncit di masa lalu merupakan kawasan pertanian yang mayoritas penduduknya orang Betawi. Sebenarnya nama asli kawasan ini yakni kampung Pulo Kalibata.
Di Pulo Kalibata terdapat sejumlah warung, salah satu yang terkenal adalah warung kelontong milik etnis Tionghoa bernama Bun Tjit yang menjual segala kebutuhan rumah tangga mulai dari pangan, minyak lampu, alat pertanian hingga perkakas pertukangan.
Usaha Bun Tjit berkembang pesat dan populer. Seiring perkembangan itu, kawasan sekitar warung Bun Tjit juga ikut berkembang. Lama kelamaan masyarakat menyebut kawasan itu menjadi Warung Buncit.
Menurut Zaenuddin HM, Bun Tjit menikah dengan perempuan Betawi dan punya dua anak serta beberapa cucu sehingga dari sinilah kerukunan antaretnis Tionghoa dan Betawi saling bergandengan.
Meski demikian, ada versi lain mengenai asal usul nama Jalan Warung Buncit yang beredar di masyarakat. Sumber lain menyebutkan bahwa para pedagang yang beretnis Tionghoa di kawasan tersebut berperut buncit sehingga lama kelamaan jalan itu dikenal sebagai Warung Buncit.
Kemudian, ada satu lagi versi yang menyebut Warung Buncit untuk menunjukkan kawasan yang lokasinya memang berada paling belakang alias buncit.
Dikutip dari buku “Robinhood Betawi: Kisah Betawi Tempo Doeloe” karya Sejarawan dan Wartawan Senior Alwi Shahab, Minggu (14/11/2021), Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi Haji Irwan Sjafi’ie mengatakan, di masa lalu Jalan Warung Buncit menjadi tempat berbaurnya masyarakat Betawi dengan Tionghoa. Mereka hidup berdampingan tanpa mempermasalahkan ras dan agama.
Baca juga: 7 Koleksi Barang Antik Ahmad Dhani, dari Meja Kayu Klasik sampai Ukiran Tulisan Tionghoa
Asal usul nama Jalan Warung Buncit dijelaskan Zaenuddin HM dalam bukunya yang berjudul “212 Asal Usul Djakarta Tempo Doeloe” di mana Warung Buncit di masa lalu merupakan kawasan pertanian yang mayoritas penduduknya orang Betawi. Sebenarnya nama asli kawasan ini yakni kampung Pulo Kalibata.
Di Pulo Kalibata terdapat sejumlah warung, salah satu yang terkenal adalah warung kelontong milik etnis Tionghoa bernama Bun Tjit yang menjual segala kebutuhan rumah tangga mulai dari pangan, minyak lampu, alat pertanian hingga perkakas pertukangan.
Usaha Bun Tjit berkembang pesat dan populer. Seiring perkembangan itu, kawasan sekitar warung Bun Tjit juga ikut berkembang. Lama kelamaan masyarakat menyebut kawasan itu menjadi Warung Buncit.
Menurut Zaenuddin HM, Bun Tjit menikah dengan perempuan Betawi dan punya dua anak serta beberapa cucu sehingga dari sinilah kerukunan antaretnis Tionghoa dan Betawi saling bergandengan.
Meski demikian, ada versi lain mengenai asal usul nama Jalan Warung Buncit yang beredar di masyarakat. Sumber lain menyebutkan bahwa para pedagang yang beretnis Tionghoa di kawasan tersebut berperut buncit sehingga lama kelamaan jalan itu dikenal sebagai Warung Buncit.
Kemudian, ada satu lagi versi yang menyebut Warung Buncit untuk menunjukkan kawasan yang lokasinya memang berada paling belakang alias buncit.
tulis komentar anda