Ortu Siswa SMPN 8 Depok Pertanyakan Pungutan Perpisahan Rp1,5 Juta
A
A
A
DEPOK - Puluhan orangtua siswa SMPN 8 di Jalan Timah, Cimanggis, Depok mendatangi sekolah untuk menanyakan besaran uang perpisahan yang mencapai Rp1,5 juta per siswa. Mereka kesal karena selama ini tidak pernah mendapat edaran resmi soal pungutan Rp1,5 juta tersebut.
Dana tersebut dinilai para orangtua terlalu besar apalagi dipungut secara lisan, tanpa surat edaran, dan tidak transparan.
"Kami dipungut sejak November 2014 sampai April tetapi siswa atau anak - anak kami selalu ditagih setiap belajar di dalam kelas. Diingatkan kalau belum lunas harus segera dilunasi. Tidak ada surat edaran juga, memang alasannya bentuknya lewat tabungan siswa. Tapi kami menuntut transparansi," ungkap salah satu orang tua kelas IX, Fera di sekolah, Kamis (7/5/2015).
Para orangtua yang kesal pun langsung menuju ruang kepala sekolah dan berbicara dengan nada tinggi kepada komite sekolah. Pasalnya para orangtua merasa siswa diintimidasi dengan tagihan uang tersebut yang selalu diminta sejak siswa belum ujian.
"Sekolah yang bilang kalau keluarin edaran takut disalahgunakan. Lho kok bisa begitu, kami hanya butuh keterbukaan dan rincian. Memang katanya lewat buku tabungan siswa lalu sistem potong dari tabungan. Tapi anak kami dikejar - kejar," ungkap orangtua lainnya, Endang.
Menurut para orangtua pungutan tersebut mulai dicatat oleh pihak sekolah sejak 8 November 2014. Sistemnya dicicil melalui buku tabungan siswa dalam periode tertentu hingga Rp1,5 juta.
"Saya sempat tanya buat apa saja tapi jawaban sekolah kurang memuaskan. Katanya untuk pendalaman materi, try out, uang perpisahan, serta lainnya. Ada bahasa dari pihak sekolah katanya sudah sekolah gratis masa mau gratisan mulu kayak pengemis saja," jelasnya.
Para siswa mengaku belum mengetahui tujuan uang perpisahan tersebut untuk digunakan ke lokasi manapun, dalam kota ataupun luar kota. Namun para siswa memang disuruh mencicil hingga Rp 1,5 juta salah satunya Kayla yang sudah mencicil hingga Rp 1 juta.
"Untuk perpisahan, uang try out, dan PM. Orangtua sih merasa keberatan juga karena terlalu besar, sekolah - sekolah lain perpisahan enggak terlalu mahal. Saya sudah nabung nyicil dua kali sebsar Rp500 ribu masing - masing, jadi sudah Rp 1 juta setor. Kalau tujuan perpisahannya kemana sih belum ditentukan," ungkapnya.
Dana tersebut dinilai para orangtua terlalu besar apalagi dipungut secara lisan, tanpa surat edaran, dan tidak transparan.
"Kami dipungut sejak November 2014 sampai April tetapi siswa atau anak - anak kami selalu ditagih setiap belajar di dalam kelas. Diingatkan kalau belum lunas harus segera dilunasi. Tidak ada surat edaran juga, memang alasannya bentuknya lewat tabungan siswa. Tapi kami menuntut transparansi," ungkap salah satu orang tua kelas IX, Fera di sekolah, Kamis (7/5/2015).
Para orangtua yang kesal pun langsung menuju ruang kepala sekolah dan berbicara dengan nada tinggi kepada komite sekolah. Pasalnya para orangtua merasa siswa diintimidasi dengan tagihan uang tersebut yang selalu diminta sejak siswa belum ujian.
"Sekolah yang bilang kalau keluarin edaran takut disalahgunakan. Lho kok bisa begitu, kami hanya butuh keterbukaan dan rincian. Memang katanya lewat buku tabungan siswa lalu sistem potong dari tabungan. Tapi anak kami dikejar - kejar," ungkap orangtua lainnya, Endang.
Menurut para orangtua pungutan tersebut mulai dicatat oleh pihak sekolah sejak 8 November 2014. Sistemnya dicicil melalui buku tabungan siswa dalam periode tertentu hingga Rp1,5 juta.
"Saya sempat tanya buat apa saja tapi jawaban sekolah kurang memuaskan. Katanya untuk pendalaman materi, try out, uang perpisahan, serta lainnya. Ada bahasa dari pihak sekolah katanya sudah sekolah gratis masa mau gratisan mulu kayak pengemis saja," jelasnya.
Para siswa mengaku belum mengetahui tujuan uang perpisahan tersebut untuk digunakan ke lokasi manapun, dalam kota ataupun luar kota. Namun para siswa memang disuruh mencicil hingga Rp 1,5 juta salah satunya Kayla yang sudah mencicil hingga Rp 1 juta.
"Untuk perpisahan, uang try out, dan PM. Orangtua sih merasa keberatan juga karena terlalu besar, sekolah - sekolah lain perpisahan enggak terlalu mahal. Saya sudah nabung nyicil dua kali sebsar Rp500 ribu masing - masing, jadi sudah Rp 1 juta setor. Kalau tujuan perpisahannya kemana sih belum ditentukan," ungkapnya.
(ysw)