Penulisan Lengkap Nama Korban JIS Buat Masa Depan Buram
A
A
A
JAKARTA - Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) menyayangkan masih adanya media massa yang menulis secara jelas identitas korban kekerasan seksual di Jakarta International School (JIS). Pasalnya hal ini akan berimbas kepada masa depan para korban.
Wakil Ketua LPSK Hasto Atmojo Suryo mengungkapkan, ada sejumlah media massa yang menyebutkan identitas asli korban pelecehan seksual di JIS secara gamblang. Padahal akibat dari itu sangat berpengaruh dengan masa depan korban.
"Salah satu korban, tidak diterima di beberapa sekolah internasional. Mereka mengatakan, ini anak yang korban pelecehan itu ya," ungkap Hasto Atmojo Suroyo kepada wartawan di Gedung Perintis Kemerdekaan, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (6/4/2015).
Menurut Hasto, penyebutan identitas korban secara gamblang, termasuk memajang foto maupun keluarga korban itu menimbulkan efek tekanan yang dahsyat pada diri korban dan keluarganya.
"Dari segi psikologis saja, korban mengalami trauma. Terlebih keluarga korban, yakni ibu korban sendiri. Masa depan anak pun menjadi terancam jadinya," terangnya.
Maka itu, Hasto meminta kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) serta Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memperhatikan nasib anak malang yang menjadi korban pelecehan di JIS tersebut.
"Anak itu korban. Karena menjadi korban itu dia jadi ditolak di sekolah-sekolah. Biar bagaimana pun, dia masih anak dan masih panjang masa depannya. Dan masa depan itulah yang perlu diperjuangkan dan diperhatikan," ucapnya.
Wakil Ketua LPSK Hasto Atmojo Suryo mengungkapkan, ada sejumlah media massa yang menyebutkan identitas asli korban pelecehan seksual di JIS secara gamblang. Padahal akibat dari itu sangat berpengaruh dengan masa depan korban.
"Salah satu korban, tidak diterima di beberapa sekolah internasional. Mereka mengatakan, ini anak yang korban pelecehan itu ya," ungkap Hasto Atmojo Suroyo kepada wartawan di Gedung Perintis Kemerdekaan, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (6/4/2015).
Menurut Hasto, penyebutan identitas korban secara gamblang, termasuk memajang foto maupun keluarga korban itu menimbulkan efek tekanan yang dahsyat pada diri korban dan keluarganya.
"Dari segi psikologis saja, korban mengalami trauma. Terlebih keluarga korban, yakni ibu korban sendiri. Masa depan anak pun menjadi terancam jadinya," terangnya.
Maka itu, Hasto meminta kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) serta Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memperhatikan nasib anak malang yang menjadi korban pelecehan di JIS tersebut.
"Anak itu korban. Karena menjadi korban itu dia jadi ditolak di sekolah-sekolah. Biar bagaimana pun, dia masih anak dan masih panjang masa depannya. Dan masa depan itulah yang perlu diperjuangkan dan diperhatikan," ucapnya.
(whb)