Mengintip Pusat Batu Akik Terbesar di Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Batu akik kini menjadi daya tarik bagi masyarakat Indonesia, tak peduli tua ataupun muda. Bagi para penggemar batu akik, kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, mungkin menjadi salah satu lokasi yang wajib didatangi oleh penggemar batu akik tersebut.
Ya, di Jalan Raya Bekasi Barat, Rawa Bening, Jatinegara, Jakarta Timur ini berada sebuah bangunan megah yakni Jakarta Gems Center (JGC). Di sini lah pusatnya batu mulia dan batu aji yang akan menjadi surga bagi penggemar batu akik untuk menambah koleksi mereka.
Sindonews pun mendatangi lokasi JGC untuk mencari tahu sejak kapan pusat batu mulia dan batu aji ini berdiri hingga akhirnya populer di kalangan masyarakat. Di tempat ini, Sindonews berkesempatan berbincang dengan kepala Pusat Informasi dan Promosi Batu Mulia dan Batu Aji Indonesia Junaidi pada 30 Maret 2015 lalu.
"Lokasi Jakarta Gems Center ini sudah ada sejak 41 tahun lalu," ungkap Junaidi. Menurut dia, pada awal berdiri pada tahun 1974 pusat batu akik ini bukan bernama JGC, melainkan bernama Pasar Rawa Bening.
Saat itu, Pasar Rawa Bening sama seperti pasar-pasar tradisional lainnya terdapat 21 jenis usaha. Seperti sembako, tekstil, obat, batu mulia dan lainnya.
Setelah 12 tahun, lanjut Junaidi, tepatnya tahun 1986, lambat lau para pedagang batu mulia semakin banyak berkumpul di area parkir Pasar Rawa Bening untuk membuka lapak dagangannya. "Mereka itu buka lapak di depan-depan pinggir jalan hampir sama kayak sekarang cuma tidak terlalu banyak jumlahnya," ujarnya.
Pengelola pasar kemudian melakukan penataan dengan memindahkan pedagang batu akik ke dalam. Tujuannya agar semakin tertata, apalagi pada masa itu masih sangat sepi peminat batu akik.
"Di sinilah menjadi konsep awal bursa batu. Pedagangnya saat itu 500-an orang dengan 30 orang perajin batu," jelasnya. Memasuki tahun 1989 hingga 2003, pasar batu mulia di Rawa Bening ini sudah mulai berkembang.
Dari 21 jenis usaha setelah dievaluasi, maka disusutkan menjadi enam jenis usaha. Di antaranya batu aji, logam mulia, pengasahan, penggosokan batu, obat-obatan, ikan hias, makanan dan minuman.
Junaidi menerangkan, evaluasi terus berjalan pada tahun 2007, pengelola pasar didampingi Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo saat itu memberikan maket pembangunan Pasar Rawa Bening kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Setelah disetujui, proses renovasi dimulai. Bangunan lama pun dihancurkan dan dibuat bangunan baru yang lebih modern. Pembangunan selesai pada tahun 2010, gedung baru Pasar Rawa Bening pun memiliki nama baru Jakarta Gems Center.
"Sekarang ini jumlah pedagangnya mencapai ribuan. Sedangkan perajin batu mencapai 300 orang," terangnya. Jakarta Gems Center kini menjadi pusat batu mulia dan batu aji kedua terbesar di Asia Tenggara di bawah Thailand.
Ya, di Jalan Raya Bekasi Barat, Rawa Bening, Jatinegara, Jakarta Timur ini berada sebuah bangunan megah yakni Jakarta Gems Center (JGC). Di sini lah pusatnya batu mulia dan batu aji yang akan menjadi surga bagi penggemar batu akik untuk menambah koleksi mereka.
Sindonews pun mendatangi lokasi JGC untuk mencari tahu sejak kapan pusat batu mulia dan batu aji ini berdiri hingga akhirnya populer di kalangan masyarakat. Di tempat ini, Sindonews berkesempatan berbincang dengan kepala Pusat Informasi dan Promosi Batu Mulia dan Batu Aji Indonesia Junaidi pada 30 Maret 2015 lalu.
"Lokasi Jakarta Gems Center ini sudah ada sejak 41 tahun lalu," ungkap Junaidi. Menurut dia, pada awal berdiri pada tahun 1974 pusat batu akik ini bukan bernama JGC, melainkan bernama Pasar Rawa Bening.
Saat itu, Pasar Rawa Bening sama seperti pasar-pasar tradisional lainnya terdapat 21 jenis usaha. Seperti sembako, tekstil, obat, batu mulia dan lainnya.
Setelah 12 tahun, lanjut Junaidi, tepatnya tahun 1986, lambat lau para pedagang batu mulia semakin banyak berkumpul di area parkir Pasar Rawa Bening untuk membuka lapak dagangannya. "Mereka itu buka lapak di depan-depan pinggir jalan hampir sama kayak sekarang cuma tidak terlalu banyak jumlahnya," ujarnya.
Pengelola pasar kemudian melakukan penataan dengan memindahkan pedagang batu akik ke dalam. Tujuannya agar semakin tertata, apalagi pada masa itu masih sangat sepi peminat batu akik.
"Di sinilah menjadi konsep awal bursa batu. Pedagangnya saat itu 500-an orang dengan 30 orang perajin batu," jelasnya. Memasuki tahun 1989 hingga 2003, pasar batu mulia di Rawa Bening ini sudah mulai berkembang.
Dari 21 jenis usaha setelah dievaluasi, maka disusutkan menjadi enam jenis usaha. Di antaranya batu aji, logam mulia, pengasahan, penggosokan batu, obat-obatan, ikan hias, makanan dan minuman.
Junaidi menerangkan, evaluasi terus berjalan pada tahun 2007, pengelola pasar didampingi Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo saat itu memberikan maket pembangunan Pasar Rawa Bening kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Setelah disetujui, proses renovasi dimulai. Bangunan lama pun dihancurkan dan dibuat bangunan baru yang lebih modern. Pembangunan selesai pada tahun 2010, gedung baru Pasar Rawa Bening pun memiliki nama baru Jakarta Gems Center.
"Sekarang ini jumlah pedagangnya mencapai ribuan. Sedangkan perajin batu mencapai 300 orang," terangnya. Jakarta Gems Center kini menjadi pusat batu mulia dan batu aji kedua terbesar di Asia Tenggara di bawah Thailand.
(whb)