Revitalisasi Kopaja, Pemprov DKI Cuma Ngomong Doang
A
A
A
JAKARTA - Ide mengganti Kopaja dari bus sedang menjadi bus besar dinilai hal yang bodoh. Pasalnya, rute Kopaja selama ini lebih banyak berada di sekitar permukiman warga.
Ketua Organisasi Angkatan Daerah (Organda) DKI Jakarta, Shafruhan Sinungan mengatakan, ide mengganti bus kopaja menjadi bus besar adalah ide yang bodoh. Sebab, selain rute yang dilintasi Kopaja bukan hanya jalan besar, Kopaja sendiri tidak akan sanggup mengganti armadanya tersebut.
Dia pun meminta agar Pemprov DKI Jakarta tak usah menggandeng angkutan umum untuk meningkatkan layanan transportasi."Biar kami jalan sendiri saja. Birokrat aneh, kami ini pengusaha kecil. Cuma ngomong doang memberikan subsidi angkutan transportasi," ujarnya.
Saat ini saja, kata Shafruhan, pengusaha Kopaja sudah teriak lantaran sistem rupiah per kilometer yang dijanjikan pada akhir Maret atau awal April ini belum juga ada titik terang dari PT Transportasi Jakarta dan Dinas Perhubungan. Sementara, lanjut dia, Kopaja sendiri sudah menyiapkan 150 bus standarisasi dari Transjakarta.
150 bus tersebut, lanjut Shafruhan, bukan hal yang mudah, karena pengusaha merevitalisasinya dengan menggunakan pinjaman bank. Artinya, selama belum beroperasi, pengusaha Kopaja kebingungan untuk membayar pinjaman tersebut.
"Birokrat meminta dari akhir tahun lalu, kita sudah siapin. Saat sudah siap mereka minta diganti bus besar. Sudahlah, kami pengusaha kecil jangan dipermainkan," tegasnya.
Ketua Organisasi Angkatan Daerah (Organda) DKI Jakarta, Shafruhan Sinungan mengatakan, ide mengganti bus kopaja menjadi bus besar adalah ide yang bodoh. Sebab, selain rute yang dilintasi Kopaja bukan hanya jalan besar, Kopaja sendiri tidak akan sanggup mengganti armadanya tersebut.
Dia pun meminta agar Pemprov DKI Jakarta tak usah menggandeng angkutan umum untuk meningkatkan layanan transportasi."Biar kami jalan sendiri saja. Birokrat aneh, kami ini pengusaha kecil. Cuma ngomong doang memberikan subsidi angkutan transportasi," ujarnya.
Saat ini saja, kata Shafruhan, pengusaha Kopaja sudah teriak lantaran sistem rupiah per kilometer yang dijanjikan pada akhir Maret atau awal April ini belum juga ada titik terang dari PT Transportasi Jakarta dan Dinas Perhubungan. Sementara, lanjut dia, Kopaja sendiri sudah menyiapkan 150 bus standarisasi dari Transjakarta.
150 bus tersebut, lanjut Shafruhan, bukan hal yang mudah, karena pengusaha merevitalisasinya dengan menggunakan pinjaman bank. Artinya, selama belum beroperasi, pengusaha Kopaja kebingungan untuk membayar pinjaman tersebut.
"Birokrat meminta dari akhir tahun lalu, kita sudah siapin. Saat sudah siap mereka minta diganti bus besar. Sudahlah, kami pengusaha kecil jangan dipermainkan," tegasnya.
(whb)