2 Sekolah Ini Mengeluhkan Pembangunan Apartemen
A
A
A
JAKARTA - Pembangunan Apartemen Capitol di Jalan Salemba Raya dikeluhkan murid dan guru SMP Negeri 216 dan SMA Negeri 68, Jakarta Pusat.
Pembangunan apartemen ini sangat menggangu proses belajar mengajar sebanyak 1.761 pelajar dari SMP 216 dan SMA 68 karena kontraktor pembangunan apartemen itu tidak menggunakan jaring. Sehingga debu dari proyek pembangunan apartemen tersebut masuk ke sekolah.
Selain itu apartemen yang dimulai sejak Maret 2013 itu banyak menyisahkan permasalahan seperti sekolah sering menjadi tempat penampungan sampah, dan material bangunan yang kerap kali sengaja dibuang ke arah sekoalah.
Pantauan dilapangan, di SMP 216 cat lapangan yang seharusnya cerah berubah keruh akibat tertutup debu. Beberapa siswa juga nampak mengenakan masker karena tidak kuat terhadap debu yang kerap kali menyiram ke atas sekolah mereka.
Kepala Sekolam SMP Negeri 216 Wahyudi membenarkan banyak dampak buruk dari pembangunan Apartemen Capitol. Di antaranya debu pasir yang kerap berjatuhan ke atas sekolah dan sampah kerap kali mengotori lapangan sekolah.
"Kondisi sekolahan kami menjadi berdebu akibat pembangunan apartemen mengganggu 925 siswa," ucapnya Rabu 11 Maret kemarin. Padahal pembangunan gedung yang benar, menurut Wahyudi pihak kontraktor itu harus memasang jaring agar sampah tidak berjatuhan ke bangunan yang berada di sisinya.
"Tiga kali kita datangi Capitol tapi kita tidak digubris. Kasihan murid bisa kena sakit pernapasan dan tertimpa material bangunan karena tidak ada jaring," cetusnya.
Pihak kontraktor PT Wijaya Karya (Wika) di basement, Fahjril justru menolak kedatangan wartawan. "Pimpinan tidak ada. Maaf kita tidak bisa ngasih komentar. Lagian wajar lah bangunan berdebu kalau lagi dibangun. Kalau mengenai sampah saya kita itu pihak sekolahan terlalu mengada-ada," cetus salah satu pegawai yang tidak mau menyebutkan namanya.
Pembangunan apartemen ini sangat menggangu proses belajar mengajar sebanyak 1.761 pelajar dari SMP 216 dan SMA 68 karena kontraktor pembangunan apartemen itu tidak menggunakan jaring. Sehingga debu dari proyek pembangunan apartemen tersebut masuk ke sekolah.
Selain itu apartemen yang dimulai sejak Maret 2013 itu banyak menyisahkan permasalahan seperti sekolah sering menjadi tempat penampungan sampah, dan material bangunan yang kerap kali sengaja dibuang ke arah sekoalah.
Pantauan dilapangan, di SMP 216 cat lapangan yang seharusnya cerah berubah keruh akibat tertutup debu. Beberapa siswa juga nampak mengenakan masker karena tidak kuat terhadap debu yang kerap kali menyiram ke atas sekolah mereka.
Kepala Sekolam SMP Negeri 216 Wahyudi membenarkan banyak dampak buruk dari pembangunan Apartemen Capitol. Di antaranya debu pasir yang kerap berjatuhan ke atas sekolah dan sampah kerap kali mengotori lapangan sekolah.
"Kondisi sekolahan kami menjadi berdebu akibat pembangunan apartemen mengganggu 925 siswa," ucapnya Rabu 11 Maret kemarin. Padahal pembangunan gedung yang benar, menurut Wahyudi pihak kontraktor itu harus memasang jaring agar sampah tidak berjatuhan ke bangunan yang berada di sisinya.
"Tiga kali kita datangi Capitol tapi kita tidak digubris. Kasihan murid bisa kena sakit pernapasan dan tertimpa material bangunan karena tidak ada jaring," cetusnya.
Pihak kontraktor PT Wijaya Karya (Wika) di basement, Fahjril justru menolak kedatangan wartawan. "Pimpinan tidak ada. Maaf kita tidak bisa ngasih komentar. Lagian wajar lah bangunan berdebu kalau lagi dibangun. Kalau mengenai sampah saya kita itu pihak sekolahan terlalu mengada-ada," cetus salah satu pegawai yang tidak mau menyebutkan namanya.
(whb)