Pasien Meninggal, DPR Minta SOP & Akreditasi dari RS Siloam
A
A
A
TANGERANG - DPR meminta Standar Operasional Prosedur (SOP), dan hard copy akreditasi pada tindakan pihak RS Siloam Karawaci terhadap dua pasiennya yang meninggal dunia. Hal itu guna mempelajari kasus tersebut.
"Kami sudah mengecek langsung ke kamar operasi tempat pasien ditindak. Kami juga sudah melihat SOP, dan kami juga telah meminta hard copy SOP dan akreditasi, akan kami pelajari," kata Anggota Komisi IX DPR Irma Suryani saat mendatangi RS Siloam Karawaci, Tangerang, Jumat (20/2/2015).
Irma yang juga koordinator investigasi kasus ini menuturkan, pihaknya masih menunggu investigasi yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Apakah kasus ini benar adalah kesalahan Kalbe Farma sebagai produsen obat, ataukah kesalahan penanganan yang dilakukan dokter RS itu.
"Kami tidak mau mendahului untuk mengatakan salah siapa, kami tidak ingin mendahuli hasil investigasi. Tapi dari hasil pendalaman yang kami lakukan pihak rumah sakit sudah menempuh prosedur yang benar," ucapnya.
Bahkan, kata Irma, pihak RS Siloam sudah memiliki proses pengawasan yang lebih selektif dalam pengawasan obat-obatannya.
"Mereka punya kontrol sendiri yang lebih baik, seperti melakukan packaging tambahan dengan melabel kembali obat yang dikirim dari produsen, jadi kami rasa ini cukup baik prosedurnya," tuturnya.
Hingga saat ini, kata Irma, pihaknya masih berprasangka baik atas peristiwa ini agar membuat ketenangan di masyarakat. "Kami masih berprasangka baik. Jangan sampai rakyat takut berobat. Mudah-mudahan memang tidak ada malapraktik dan kesengajaan," tegasnya.
Untuk diketahui, dua pasien di RS Siloam Karawaci meninggal yang diduga setelah diberikan suntikan buvanest spinal dalam tindakan medisnya.
"Kami sudah mengecek langsung ke kamar operasi tempat pasien ditindak. Kami juga sudah melihat SOP, dan kami juga telah meminta hard copy SOP dan akreditasi, akan kami pelajari," kata Anggota Komisi IX DPR Irma Suryani saat mendatangi RS Siloam Karawaci, Tangerang, Jumat (20/2/2015).
Irma yang juga koordinator investigasi kasus ini menuturkan, pihaknya masih menunggu investigasi yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Apakah kasus ini benar adalah kesalahan Kalbe Farma sebagai produsen obat, ataukah kesalahan penanganan yang dilakukan dokter RS itu.
"Kami tidak mau mendahului untuk mengatakan salah siapa, kami tidak ingin mendahuli hasil investigasi. Tapi dari hasil pendalaman yang kami lakukan pihak rumah sakit sudah menempuh prosedur yang benar," ucapnya.
Bahkan, kata Irma, pihak RS Siloam sudah memiliki proses pengawasan yang lebih selektif dalam pengawasan obat-obatannya.
"Mereka punya kontrol sendiri yang lebih baik, seperti melakukan packaging tambahan dengan melabel kembali obat yang dikirim dari produsen, jadi kami rasa ini cukup baik prosedurnya," tuturnya.
Hingga saat ini, kata Irma, pihaknya masih berprasangka baik atas peristiwa ini agar membuat ketenangan di masyarakat. "Kami masih berprasangka baik. Jangan sampai rakyat takut berobat. Mudah-mudahan memang tidak ada malapraktik dan kesengajaan," tegasnya.
Untuk diketahui, dua pasien di RS Siloam Karawaci meninggal yang diduga setelah diberikan suntikan buvanest spinal dalam tindakan medisnya.
(mhd)