Kasus Pengeroyokan 2 Perwira Polisi, Ini Kata Kompolnas
A
A
A
JAKARTA - Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) menilai, penanganan kasus pengeroyokan anggota Polri oleh oknum TNI AL tidak akan tuntas. Pasalnya, selama ini kasus yang melibatkan TNI dan Polri tidak pernah serius dalam penanganannya.
"Kita lihat dengan kasus lainnya, selama ini kasus yang melibatkan TNI-Polri tidak pernah serius dalam penanganan dan terkesan tidak pernah tuntas," kata Komisioner Kompolnas Adrianus Meliala di Jakarta, Selasa 10 Februari 2015.
Dia melanjutkan, pihaknya berharap TNI dan Polri bisa duduk bersama untuk penyelesaian kasusnya. Apakah kasus tersebut akan dilanjutkan ke jalur hukum atau non hukum.
Sehingga, kasus yang melibatkan kedua instansi tersebut bisa lebih jelas daripada kasus-kasus sebelumnya. "Saya berpikir bahwa perlu dipastikan dari kedua belah pihak solusi apa sih yang baik," ujarnya.
Selain itu, dirinya melihat polisi terlalu takut dengan TNI AL. Itu terlihat dari kurang terbukanya polisi soal kasus tersebut. Bahkan, pihaknya kesulitan untuk mengetahui masalah sesungguhnya.
Kompolnas hanya bisa mengetahui bahwa ada pemukulan, tapi inti masalahnya tak diketahui. Pihaknya juga belum mengetahui sedang apa tim Bareskrim Mabes Polri itu di Bengkel Cafe.
Bahkan Kompolnas hanya diberitahu, tim itu sedang melakukan sebuah penyelidikan kasus. Tapi Kompolnas tidak boleh mengetahui kasusnya apa.
Di tempat terpisah, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Heru pranoto mengatakan, sampai saat ini pemeriksaan saksi masih berlangsung.
"Kalau sudah selesai akan dilimpahkan ke Pom (polisi militer) AL. Nanti kasusnya akan ditangani oleh mereka," tukasnya.
Sebelumnya, dua perwira polisi dikeroyok anggota TNI saat menjalani tugas di Bengkel Cafe di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Sabtu 8 Februari 2015 lalu. Kedua polisi itu adalah Kompol Teuku Arsya Khadafi dan Kompol Budi Hermanto.
Seorang lagi yang tak jadi korban adalah Inspektur Polisi Satu Rovan. Akibatnya Budi babak belur, dan Arsya mengalami patah di tulang rusuk. Kini Arsya dirawat di RS Siloam.
"Kita lihat dengan kasus lainnya, selama ini kasus yang melibatkan TNI-Polri tidak pernah serius dalam penanganan dan terkesan tidak pernah tuntas," kata Komisioner Kompolnas Adrianus Meliala di Jakarta, Selasa 10 Februari 2015.
Dia melanjutkan, pihaknya berharap TNI dan Polri bisa duduk bersama untuk penyelesaian kasusnya. Apakah kasus tersebut akan dilanjutkan ke jalur hukum atau non hukum.
Sehingga, kasus yang melibatkan kedua instansi tersebut bisa lebih jelas daripada kasus-kasus sebelumnya. "Saya berpikir bahwa perlu dipastikan dari kedua belah pihak solusi apa sih yang baik," ujarnya.
Selain itu, dirinya melihat polisi terlalu takut dengan TNI AL. Itu terlihat dari kurang terbukanya polisi soal kasus tersebut. Bahkan, pihaknya kesulitan untuk mengetahui masalah sesungguhnya.
Kompolnas hanya bisa mengetahui bahwa ada pemukulan, tapi inti masalahnya tak diketahui. Pihaknya juga belum mengetahui sedang apa tim Bareskrim Mabes Polri itu di Bengkel Cafe.
Bahkan Kompolnas hanya diberitahu, tim itu sedang melakukan sebuah penyelidikan kasus. Tapi Kompolnas tidak boleh mengetahui kasusnya apa.
Di tempat terpisah, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Heru pranoto mengatakan, sampai saat ini pemeriksaan saksi masih berlangsung.
"Kalau sudah selesai akan dilimpahkan ke Pom (polisi militer) AL. Nanti kasusnya akan ditangani oleh mereka," tukasnya.
Sebelumnya, dua perwira polisi dikeroyok anggota TNI saat menjalani tugas di Bengkel Cafe di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Sabtu 8 Februari 2015 lalu. Kedua polisi itu adalah Kompol Teuku Arsya Khadafi dan Kompol Budi Hermanto.
Seorang lagi yang tak jadi korban adalah Inspektur Polisi Satu Rovan. Akibatnya Budi babak belur, dan Arsya mengalami patah di tulang rusuk. Kini Arsya dirawat di RS Siloam.
(mhd)