Kurang Diminati, SPG Kartu Parkir Elektronik Kerap Dicaci
A
A
A
JAKARTA - Alat parkir elektronik yang terpasang di jalan Sabang, Jakpus ternyata kurang diminati. SPG cantik yang ditugaskan untuk menjual kartu parkir elektronik malah kerap dicaci.
Sales Promotion Girl (SPG) Sabnah (25) mengaku selama menjual kartu pembayaran elektronik, dirinya memang kerap dicaci maki pengguna kendaraan. Mereka rata-rata beralasan bukan warga Jakarta yang menggunakan kartu seperti itu.
Sayangnya, petugas parkir yang ada malah menawarkan koin ketika dirinya sedang mencoba menawarkan kartu pembayaran elektronik tersebut.
"Saya disuruh jual 36 kartu tidak pernah habis. Juru parkirnya juga kadang-kadang malah menawarkan koin, bukan membantu sosialisasi," kata Sabnah yang bekerja bersama empat kawannya di Jalan Sabang, Jakpus, Rabu (4/2/2015).
Berdasarkan pantauan, sejumlah pengguna parkir elektronik di Jalan Sabang memilih enggan menggunakan kartu pembayaran elektronik. Sebab, mereka tidak mau membeli kartu perdana yang besaranya mencapai Rp40.000.
"Iya banyak yang enggak mau pakai kartu. Alasanya mereka bukan orang jakarta dan setahun sekali kesini. Ngapain cuma lima menit meski beli kartu Rp40.000," kata Gofarudin (45) juru parkir elektronik di Jalan Sabang No 16.
Pria yang bekerja sebagai juru parkir sejak 10 tahun lalu itu, mengungkapkan, sejak enam hari berlakunya pembayaran elektronik, para pengguna parkir masih banyak yang memilih menggunakan koin.
Perbandingannya sekitar 40 untuk pembayaran elektronik dan 60 untuk koin. Indikasinya, dari 30 juru parkir yang ada, 100.000 koin masing-masing juru parkir rata-rata habis.
"Siang malam itu kan 30 juru parkir berganti shift. Mereka rata-rata mengantongi 100.000 koin. Kalau siang abis Rp3 juta dan malam Rp3 juta kan berarti masih banyakan pengguna koin," ungkapnya.
Gofar sendiri mengaku sering dicaci maki oleh pengguna parkir karena menyarankan membayar dengan elektronik.
Sales Promotion Girl (SPG) Sabnah (25) mengaku selama menjual kartu pembayaran elektronik, dirinya memang kerap dicaci maki pengguna kendaraan. Mereka rata-rata beralasan bukan warga Jakarta yang menggunakan kartu seperti itu.
Sayangnya, petugas parkir yang ada malah menawarkan koin ketika dirinya sedang mencoba menawarkan kartu pembayaran elektronik tersebut.
"Saya disuruh jual 36 kartu tidak pernah habis. Juru parkirnya juga kadang-kadang malah menawarkan koin, bukan membantu sosialisasi," kata Sabnah yang bekerja bersama empat kawannya di Jalan Sabang, Jakpus, Rabu (4/2/2015).
Berdasarkan pantauan, sejumlah pengguna parkir elektronik di Jalan Sabang memilih enggan menggunakan kartu pembayaran elektronik. Sebab, mereka tidak mau membeli kartu perdana yang besaranya mencapai Rp40.000.
"Iya banyak yang enggak mau pakai kartu. Alasanya mereka bukan orang jakarta dan setahun sekali kesini. Ngapain cuma lima menit meski beli kartu Rp40.000," kata Gofarudin (45) juru parkir elektronik di Jalan Sabang No 16.
Pria yang bekerja sebagai juru parkir sejak 10 tahun lalu itu, mengungkapkan, sejak enam hari berlakunya pembayaran elektronik, para pengguna parkir masih banyak yang memilih menggunakan koin.
Perbandingannya sekitar 40 untuk pembayaran elektronik dan 60 untuk koin. Indikasinya, dari 30 juru parkir yang ada, 100.000 koin masing-masing juru parkir rata-rata habis.
"Siang malam itu kan 30 juru parkir berganti shift. Mereka rata-rata mengantongi 100.000 koin. Kalau siang abis Rp3 juta dan malam Rp3 juta kan berarti masih banyakan pengguna koin," ungkapnya.
Gofar sendiri mengaku sering dicaci maki oleh pengguna parkir karena menyarankan membayar dengan elektronik.
(ysw)