Konsep Kota Tropis Cocok Direalisasikan di Pinggiran Jakarta
A
A
A
DEPOK - Untuk mengatasi masalah permukiman di kota metropolitan seperti Jakarta, tim peneliti dari Indonesia-Switzerland membuat penelitian hunian dengan konsep Kota Tropis yang berpusat pada unit tambahan bernama Rumah Tambah (Rubah).
Rubah merupakan tambahan dari bangunan dasar yang sudah ada. Rubah mendorong pemadatan bangunan vertikal hingga empat lantai dalam skala lingkungan, desa dan kota. Strategi perencanaan yang lebih luas menyertakan infrastruktur ruang publik, lanskap produktif, pengolahan air limbah, produksi energi matahari, dan penadahan air hujan.
Konsep Kota Tropis yang berpusat pada Rubah ini cocok direalisasikan di kawasan pinggiran Jakarta.
Konsep Kota Tropis merupakan kawasan hunian yang didesain sesuai dengan kebiasaan masyarakat di suatu tempat. Artinya, masyarakat tidak dipaksa untuk berubah secara sosialnya.
Secara fisik, Kota Tropis ini merupakan kawasan yang ramah lingkungan. Karena, dalam satu kawasan hunian dilengkapi dengan sumur resapan, taman dengan pohon bambu sebagai tanaman utama serta sistem pengelolaan air limbah dan air hujan yang bisa digunakan kembali untuk kebutuhan sehari-hari (MCK).
Menurut Assistant Researcher Singapore-ETH Centre Abdul Said Ahtar, nantinya permukiman ini terdiri dari rumah yang bahan materialnya local content, dindingnya dari bambu. Bambu diambil dari taman yang ada di sekitar kawasan hunian. Untuk teknisnya, bangunan akan diperkuat pada fondasi dasar sehingga ketika akan dilakukan penambahan (rubah) vertikal kekuatan awal sudah ada.
"Untuk penambahan di lantai atas, tiang pemancangnya terbuat dari plat konstruksi baja yang bisa dibongkar pasang," kata Abdul Said Ahtar saat pameran Future City Jakarta di Perpustakaan Pusat UI, Depok, Senin (3/11/2014).
Luas satu lantai, sekitar 36 meter persegi. Untuk dinding rumah terbuat dari bambu. Jadi, di sekitar permukiman akan ditanam pohon bambu. Tiap satu hektare akan ditanam satu strip tanaman bambu.
"Sehingga warga permukiman bisa mengambil bambu untuk bangun rumah," ujarnya.
Selain itu, setiap rumah dilengkapi dengan pipa penampung air. Daya tampungnya mencapai 2.000 liter. Air itu nantinya akan diproses agar bisa menghasilkan air bersih untuk keperluan sehari-hari.
"Airnya bisa digunakan untuk mencuci namun tidak untuk dikonsumsi," pungkasnya.
Rubah merupakan tambahan dari bangunan dasar yang sudah ada. Rubah mendorong pemadatan bangunan vertikal hingga empat lantai dalam skala lingkungan, desa dan kota. Strategi perencanaan yang lebih luas menyertakan infrastruktur ruang publik, lanskap produktif, pengolahan air limbah, produksi energi matahari, dan penadahan air hujan.
Konsep Kota Tropis yang berpusat pada Rubah ini cocok direalisasikan di kawasan pinggiran Jakarta.
Konsep Kota Tropis merupakan kawasan hunian yang didesain sesuai dengan kebiasaan masyarakat di suatu tempat. Artinya, masyarakat tidak dipaksa untuk berubah secara sosialnya.
Secara fisik, Kota Tropis ini merupakan kawasan yang ramah lingkungan. Karena, dalam satu kawasan hunian dilengkapi dengan sumur resapan, taman dengan pohon bambu sebagai tanaman utama serta sistem pengelolaan air limbah dan air hujan yang bisa digunakan kembali untuk kebutuhan sehari-hari (MCK).
Menurut Assistant Researcher Singapore-ETH Centre Abdul Said Ahtar, nantinya permukiman ini terdiri dari rumah yang bahan materialnya local content, dindingnya dari bambu. Bambu diambil dari taman yang ada di sekitar kawasan hunian. Untuk teknisnya, bangunan akan diperkuat pada fondasi dasar sehingga ketika akan dilakukan penambahan (rubah) vertikal kekuatan awal sudah ada.
"Untuk penambahan di lantai atas, tiang pemancangnya terbuat dari plat konstruksi baja yang bisa dibongkar pasang," kata Abdul Said Ahtar saat pameran Future City Jakarta di Perpustakaan Pusat UI, Depok, Senin (3/11/2014).
Luas satu lantai, sekitar 36 meter persegi. Untuk dinding rumah terbuat dari bambu. Jadi, di sekitar permukiman akan ditanam pohon bambu. Tiap satu hektare akan ditanam satu strip tanaman bambu.
"Sehingga warga permukiman bisa mengambil bambu untuk bangun rumah," ujarnya.
Selain itu, setiap rumah dilengkapi dengan pipa penampung air. Daya tampungnya mencapai 2.000 liter. Air itu nantinya akan diproses agar bisa menghasilkan air bersih untuk keperluan sehari-hari.
"Airnya bisa digunakan untuk mencuci namun tidak untuk dikonsumsi," pungkasnya.
(zik)