Buku 'Ini Budi' Melegenda Hingga Kini
A
A
A
JAKARTA - Tak dipungkiri jika buku belajar membaca era tahun 1980-an 'Ini Budi' begitu melegenda. Hingga kini bila mendengar nama Budi orang akan teringat dengan buku pelajaran Bahasa Indonesia.
Buku 'Ini Budi' karangan Siti Rahmani Rauf (95) atau biasa disapa Nenek Rauf bermula dari Pemerintah Hindia Belanda yang menghapus sistem ejaan.
Padahal, buku dengan sistem ejaan tersebut membantu Nenek Rauf mengenal huruf dan baca tulis semasa anak-anak.
Sekitar tahun 1980-an, akhirnya terbersit ide membuat buku yang bisa memudahkan murid-muridnya membaca.
"Tahun 1980-an, saya terbersit ide membuat buku untuk membantu anak-anak agar bisa membaca. Bedanya buku yang saya susun itu memiliki visualisasi gambar," tambah Nenek Rauf.
Dalam membuat buku tersebut, Nenek Rauf tak sendiri. Dia didampingi putri kandungnya yang berprofesi sebagai guru yakni Kamerni Rauf.
"Jadi pada saat itu dari Pendidikan dan Kebudayaan sudah ada metode SAS (Sistem Analisa Sintesa). Mami (panggalian untuk Nenek Rauf) punya ide bikin buku. Akhirnya saya bantu menyusun materi dan Mami yang bikin gambar-gambarnya," kata Kamerni Rauf ketika dihubungi Sindonews pada Selasa 23 September 2014.
Begitu buku tersebut ditawarkan ke percetakan PT Yudi Kiki Kencana, langsung mencetak ribuan eksemplar. Bahkan, buku tersebut kerap dicetak ulang hingga masuk tahun 1990-an. Buku bersampul coklat tersebut disebar ke Pulau Jawa dan Sumatera.
Buku 'Ini Budi' karangan Siti Rahmani Rauf (95) atau biasa disapa Nenek Rauf bermula dari Pemerintah Hindia Belanda yang menghapus sistem ejaan.
Padahal, buku dengan sistem ejaan tersebut membantu Nenek Rauf mengenal huruf dan baca tulis semasa anak-anak.
Sekitar tahun 1980-an, akhirnya terbersit ide membuat buku yang bisa memudahkan murid-muridnya membaca.
"Tahun 1980-an, saya terbersit ide membuat buku untuk membantu anak-anak agar bisa membaca. Bedanya buku yang saya susun itu memiliki visualisasi gambar," tambah Nenek Rauf.
Dalam membuat buku tersebut, Nenek Rauf tak sendiri. Dia didampingi putri kandungnya yang berprofesi sebagai guru yakni Kamerni Rauf.
"Jadi pada saat itu dari Pendidikan dan Kebudayaan sudah ada metode SAS (Sistem Analisa Sintesa). Mami (panggalian untuk Nenek Rauf) punya ide bikin buku. Akhirnya saya bantu menyusun materi dan Mami yang bikin gambar-gambarnya," kata Kamerni Rauf ketika dihubungi Sindonews pada Selasa 23 September 2014.
Begitu buku tersebut ditawarkan ke percetakan PT Yudi Kiki Kencana, langsung mencetak ribuan eksemplar. Bahkan, buku tersebut kerap dicetak ulang hingga masuk tahun 1990-an. Buku bersampul coklat tersebut disebar ke Pulau Jawa dan Sumatera.
(ysw)