Ini Kekurangan Uji Coba Parkir Meter
A
A
A
JAKARTA - Uji coba parkir meter yang mulai dilakukan hari ini masih banyak kekurangan.
Sejumlah kekurangan yang terlihat ialah minimnya jumlah uang receh (koin) yang dimiliki juru parkir.
Seperti di kawasan Sabang yang hari ini mulai menerapkan parkir meter. Salah seorang Juru parkir Ramli Ismail (64) mengatakan, penerapan parkir meter menggunakan 11 mesin itu dinilai kurang efisien.
Pasalnya, saat seseorang ingin memarkirkan kendaraannya, pemilik kendaraan harus menyiapkan uang koin terlebih dahulu.
"Per jamnya kan Rp5.000 untuk mobil, sedang motor Rp2.000. Itu harus menggunakan uang koin Rp500 atau Rp1.000 untuk biaya parkirnya. Kita memang diberikan uang recehan, tapi kalau habis, gimana nanti? Ini baru diadain saja sudah kehabisan stok," ungkap Ramli saat Ditemui Sindonews di Jalan Sabang, Jumat (26/9/2014) siang.
Selain itu, kata Romli, parkir meter ini rawan akan pemarkir yang dapat mengelabui petugas.
Sebab, struk parkir yang dikeluarkan mesin parkir meter itu tidak di tempel di kendaraan yang terparkir.
"Struknya dibawa sama si pemilik mobil. Nah kita ini kan tidak tahu sudah berapa lama mobil itu terparkir. Kan belum ada CCTV sama alat pendeteksi mobil, kalau mobil itu kabur," ujarnya.
Kepala UP Perparkiran DKI Jakarta menuturkan, segera mengembangkan alat deteksi kendaraan yang terparkir.
"Kami juga akan mengembangkan teknologi dalam mendeteksi kendaraan yang terparkir. Mungkin berupa benda yang dapat ditempel di kendaraan, sehingga saat pemarkir mencoba lari dari tanggung jawabnya membayar parkir dapat teratasi," tutrnya.
Sinaga menambahkan, dalam waktu dekat sejumlah CCTV juga akan dipasang di area 11 mesin parkir meter.
Sejumlah kekurangan yang terlihat ialah minimnya jumlah uang receh (koin) yang dimiliki juru parkir.
Seperti di kawasan Sabang yang hari ini mulai menerapkan parkir meter. Salah seorang Juru parkir Ramli Ismail (64) mengatakan, penerapan parkir meter menggunakan 11 mesin itu dinilai kurang efisien.
Pasalnya, saat seseorang ingin memarkirkan kendaraannya, pemilik kendaraan harus menyiapkan uang koin terlebih dahulu.
"Per jamnya kan Rp5.000 untuk mobil, sedang motor Rp2.000. Itu harus menggunakan uang koin Rp500 atau Rp1.000 untuk biaya parkirnya. Kita memang diberikan uang recehan, tapi kalau habis, gimana nanti? Ini baru diadain saja sudah kehabisan stok," ungkap Ramli saat Ditemui Sindonews di Jalan Sabang, Jumat (26/9/2014) siang.
Selain itu, kata Romli, parkir meter ini rawan akan pemarkir yang dapat mengelabui petugas.
Sebab, struk parkir yang dikeluarkan mesin parkir meter itu tidak di tempel di kendaraan yang terparkir.
"Struknya dibawa sama si pemilik mobil. Nah kita ini kan tidak tahu sudah berapa lama mobil itu terparkir. Kan belum ada CCTV sama alat pendeteksi mobil, kalau mobil itu kabur," ujarnya.
Kepala UP Perparkiran DKI Jakarta menuturkan, segera mengembangkan alat deteksi kendaraan yang terparkir.
"Kami juga akan mengembangkan teknologi dalam mendeteksi kendaraan yang terparkir. Mungkin berupa benda yang dapat ditempel di kendaraan, sehingga saat pemarkir mencoba lari dari tanggung jawabnya membayar parkir dapat teratasi," tutrnya.
Sinaga menambahkan, dalam waktu dekat sejumlah CCTV juga akan dipasang di area 11 mesin parkir meter.
(whb)