Selain Otodidak, Bidang Percetakan Juga Harus Paham Teori
A
A
A
DEPOK - Tak hanya bisa digeluti oleh orang yang belajar secara otodidak, bidang percetakan juga harus dipaham dengan teori. Maka itu, sumber daya manusia (SDM) bidang ini perlu lebih ditingkatkan keahliannya.
Wakil Direktur Bidang Kerja sama Politeknik Negeri Media Kreatif (PoliMedia), Misbah Fikrianto mengatakan, mereka tidak hanya bisa secara praktik, tetapi menguasai ilmu secara teorinya. Dengan demikian, kualitas SDM bidang percetakan menjadi handal dan mampu bersaing.
Terlebih, tahun 2015 nanti akan memasuki perdagangan bebas sehingga persaingan akan terjadi dengan sangat tajam.
"Tenaga asing luar nanti akan mengganggu, karena mereka bisa mengambil area kerja kita. Untungnya, komunitas printing dan pemerintah memiliki kebijakan tersendiri. Segala macam cetakan dari luar harus dicetak di Indonesia," kata Misbah di Depok, Minggu 7 September 2014.
Dia mengatakan, antara lembaga pendidikan dan pelaku usaha harus terjalin komunikasi yang baik. Karena, hal itu juga akan berdampak positif pada perkembangan dunia percetakan.
"Output dari kegiatan ini selain sharing bisa juga menjawab permasalahan yang ada," tukasnya.
Mengenai lembaga pendidikan grafika, Misbah menuturkan, kendala yang dihadapi saat ini SDM percetakan sangat terbatas. Dia mengakui, saat ini bidang grafika baru terbatas di jenjang vokasi.
Permasalahan lain, kata dia, masih banyak yang menganggap pendidikan vokasi sebagai pilihan alternatif dan bukan sebagai tujuan utama.
"Memang harus dibuat pertemuan tripartid antara lembaga pendidikan, pemerintah dan dunia usaha," tukasnya.
Wakil Direktur Bidang Kerja sama Politeknik Negeri Media Kreatif (PoliMedia), Misbah Fikrianto mengatakan, mereka tidak hanya bisa secara praktik, tetapi menguasai ilmu secara teorinya. Dengan demikian, kualitas SDM bidang percetakan menjadi handal dan mampu bersaing.
Terlebih, tahun 2015 nanti akan memasuki perdagangan bebas sehingga persaingan akan terjadi dengan sangat tajam.
"Tenaga asing luar nanti akan mengganggu, karena mereka bisa mengambil area kerja kita. Untungnya, komunitas printing dan pemerintah memiliki kebijakan tersendiri. Segala macam cetakan dari luar harus dicetak di Indonesia," kata Misbah di Depok, Minggu 7 September 2014.
Dia mengatakan, antara lembaga pendidikan dan pelaku usaha harus terjalin komunikasi yang baik. Karena, hal itu juga akan berdampak positif pada perkembangan dunia percetakan.
"Output dari kegiatan ini selain sharing bisa juga menjawab permasalahan yang ada," tukasnya.
Mengenai lembaga pendidikan grafika, Misbah menuturkan, kendala yang dihadapi saat ini SDM percetakan sangat terbatas. Dia mengakui, saat ini bidang grafika baru terbatas di jenjang vokasi.
Permasalahan lain, kata dia, masih banyak yang menganggap pendidikan vokasi sebagai pilihan alternatif dan bukan sebagai tujuan utama.
"Memang harus dibuat pertemuan tripartid antara lembaga pendidikan, pemerintah dan dunia usaha," tukasnya.
(mhd)