Pengamat: DKI Hanya Jago di Konsep Pembangunan
A
A
A
JAKARTA - Program revitalisasi angkutan umum di Jakarta masih dikerjakan dalam konsep proyek.
Setiap program yang dijalani hanya bagus diawal atau pada pembangunan, tapi kurang memerhatikan aspek pemeliharaan.
Pengamat Transportasi, Country Director Institute for Transportasi Development Policy (ITDP) Yoga Adiwinarto berpendapat, Pemprov DKI Jakarta hanya bagus dalam konsep rancangan pembangunan.
Setiap proyek dikerjakan dengan semenarik mungkin. Setelah itu, hasil pembangunan dibiarkan begitu saja. Tanpa melihat aspek pemeliharaan.
Sehingga program yang dikerjakan pada awal hilang ditelan waktu. Sebagai contoh pembangunan dua terminal angkutan jalan, Manggarai dan Kota.
Terminal Manggarai yang belum cukup setahun beroperasi telah mengalami kerusakan di fasilitas pendukung. Sebutlah itu, toilet, eskalator dan lift tidak berfungsi. Padahal dua terminal tersebut dibangun dengan anggaran tidak sedikit. Di Terminal Manggarai menelan Rp12,5 miliar dan Rp9 miliar.
"Semula proyek itu sangat hingar bingar dan seakan memberikan harapan baru kepada masyarakat. Sayangnya hanya berjalan beberapa bulan, fasilitasnya kembali buruk. Tidak ada kelanjutannya," ungkap Yoga Adiwinarto, kemarin.
Melihat dari kondisi itu dikhawatirkan proyek revitalisasi selanjutnya yang sedang berlangsung tahun ini di empat terminal, Rawamangun, Klender, Pinang Ranti dan Muara Angke akan mengalami hal serupa.
Keempat terminal tersebut masing-masing dianggar menelan biaya pembangunan berkisar antara Rp8 miliar hingga Rp48,5 miliar. ”Aset yang dibangun senilai itu kalau tidak dipelihara sangat disayangkan sekali,” imbuhnya.
Perlu diketahui, Pemprov DKI Jakarta juga baru memiliki angkutan jalan baru, Pulo Gebang. Terminal yang dirancang tercanggih di Asia Tenggara itu belum beroperasional optimal, karena terkendala pembangunan akses jalan layang dari tol Cikampek.
Terminal itu telah diresmikan pada 2012 hingga kini belum bisa digunakan untuk antarkota antarprovinsi (AKAP). Padahal pembangunannya menelan anggaran cukup besar, Rp430 miliar.
Setiap program yang dijalani hanya bagus diawal atau pada pembangunan, tapi kurang memerhatikan aspek pemeliharaan.
Pengamat Transportasi, Country Director Institute for Transportasi Development Policy (ITDP) Yoga Adiwinarto berpendapat, Pemprov DKI Jakarta hanya bagus dalam konsep rancangan pembangunan.
Setiap proyek dikerjakan dengan semenarik mungkin. Setelah itu, hasil pembangunan dibiarkan begitu saja. Tanpa melihat aspek pemeliharaan.
Sehingga program yang dikerjakan pada awal hilang ditelan waktu. Sebagai contoh pembangunan dua terminal angkutan jalan, Manggarai dan Kota.
Terminal Manggarai yang belum cukup setahun beroperasi telah mengalami kerusakan di fasilitas pendukung. Sebutlah itu, toilet, eskalator dan lift tidak berfungsi. Padahal dua terminal tersebut dibangun dengan anggaran tidak sedikit. Di Terminal Manggarai menelan Rp12,5 miliar dan Rp9 miliar.
"Semula proyek itu sangat hingar bingar dan seakan memberikan harapan baru kepada masyarakat. Sayangnya hanya berjalan beberapa bulan, fasilitasnya kembali buruk. Tidak ada kelanjutannya," ungkap Yoga Adiwinarto, kemarin.
Melihat dari kondisi itu dikhawatirkan proyek revitalisasi selanjutnya yang sedang berlangsung tahun ini di empat terminal, Rawamangun, Klender, Pinang Ranti dan Muara Angke akan mengalami hal serupa.
Keempat terminal tersebut masing-masing dianggar menelan biaya pembangunan berkisar antara Rp8 miliar hingga Rp48,5 miliar. ”Aset yang dibangun senilai itu kalau tidak dipelihara sangat disayangkan sekali,” imbuhnya.
Perlu diketahui, Pemprov DKI Jakarta juga baru memiliki angkutan jalan baru, Pulo Gebang. Terminal yang dirancang tercanggih di Asia Tenggara itu belum beroperasional optimal, karena terkendala pembangunan akses jalan layang dari tol Cikampek.
Terminal itu telah diresmikan pada 2012 hingga kini belum bisa digunakan untuk antarkota antarprovinsi (AKAP). Padahal pembangunannya menelan anggaran cukup besar, Rp430 miliar.
(whb)