Di-bully Senior, Orang Tua Siswa Lapor Polisi
A
A
A
JAKARTA - Seorang sisiwi kelas X SMAN 9 Kota Tangerang Selatan (Tangsel) melaporkan kakak kelasnya yang masih duduk di bangku kelas XII ke Polda Metro Jaya.
Ibunda korban JS mengatakan, laporan tersebut dilakukan setelah putrinya mendapatkan tindakan bully di dalam ruangan kelas di sekolah tersebut.
"Saya di sini hanya mau minta keadilan. Anak saya di-buly sama kakak-kakak seniornya, dan itu terjadi di dalam lingkungan sekolah," katanya kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (15/8/2015).
JS mengungkapkan, peristiwa yang menimpa anaknya itu terjadi di dalam ruang kelas yang terletak di samping ruangan guru, pada Selasa 12 Agustus lalu. Saat itu, jam pelajaran sekolah baru usai dan murid-murid hendak pulang. "Tiba-tiba anak saya ditarik ke dalam ruangan kelas (di samping ruang guru) itu," terangnya.
Menurut cerita anaknya, saat itu putrinya di dalam ruang kelas itu sudah ada 23 siswi senior korban. Korban di-bully beramai-ramai oleh senior-senior perempuan, di depan siswa lainnya. "Ada anak cowok, tapi mereka di depan pintu," tegasnya.
Tidak hanya itu, korban yang berambut panjang itu diejek dengan perkataan kasar oleh kakak seniornya. Bahkan, baju seragam korban dicoret-coret oleh siswi seniornya. Ironisnya, tindakan itu terjadi di dalam ruang kelas yang berdekatan dengan ruang guru.
Saat itu, korban ditarik oleh sejumlah sisiwi seniornya ke dalam ruangan tersebut, pada Selasa 12 Agustus 2014 lalu, usai jam pelajaran sekolah.
JS sendiri tidak tahu apa motif para pelaku. Namun, menurut pengakuan anaknya, korban pernah ditegur gara-gara seragamnya. "Katanya cuma baju seragamnya keketatan. Padahal seragam itu juga sebelumnya sudah dia pakai," tegasnya.
JS juga bingung mengapa para pelaku bersikap memusuhi korban. Padahal, putri keduanya itu baru saja masuk ke sekolah tersebut.
"Anak saya baru masuk tujuh hari, baru masuk sekolah, tidak punya musuh. Dia anaknya enggak neko-neko, main juga paling ke mal sama teman-temannya," tuturnya.
JS minta, agar pihak kepolisian menindak tegas para pelaku. Menurutnya, tindakan bully terhadap korban tidak bisa dibiarkan. "Karena akan merusak generasi bangsa," tegasnya.
Saat itu putrinya diejek hingga menangis. Korban dihujat dengan perkataan kasar. Bahkan baju korban ditarik, hingga robek. Setelah peristiwa itu, korban mengadukannya kepada ibundanya. Sang bunda yang tidak terima dengan perlakuan senior korban ini pun langsung melaporkannya ke Polda Metro Jaya.
Laporan tertuang dalam nomor laporan TBL/2878/VII/PMJ/Ditreskrimum, dengan tuduhan Pasal 82 No 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak jo Pasal 281 KUHP.
"Saya hanya minta keadilan agar tidak ada senioritas, main hakim sendiri. Anak saya itu baru sekolah di situ, baru masuk sudah di-bully seperti itu," tegasnya.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto menegaskan, pihaknya masih menganalisa laporan tersebut. "Kalau memang ada pasti akan kita periksa semua yang terlibat," pungkasnya.
Dia juga meminta pihak sekolah untuk kooperatif apabila memang terjadi kasus ini.
Ibunda korban JS mengatakan, laporan tersebut dilakukan setelah putrinya mendapatkan tindakan bully di dalam ruangan kelas di sekolah tersebut.
"Saya di sini hanya mau minta keadilan. Anak saya di-buly sama kakak-kakak seniornya, dan itu terjadi di dalam lingkungan sekolah," katanya kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (15/8/2015).
JS mengungkapkan, peristiwa yang menimpa anaknya itu terjadi di dalam ruang kelas yang terletak di samping ruangan guru, pada Selasa 12 Agustus lalu. Saat itu, jam pelajaran sekolah baru usai dan murid-murid hendak pulang. "Tiba-tiba anak saya ditarik ke dalam ruangan kelas (di samping ruang guru) itu," terangnya.
Menurut cerita anaknya, saat itu putrinya di dalam ruang kelas itu sudah ada 23 siswi senior korban. Korban di-bully beramai-ramai oleh senior-senior perempuan, di depan siswa lainnya. "Ada anak cowok, tapi mereka di depan pintu," tegasnya.
Tidak hanya itu, korban yang berambut panjang itu diejek dengan perkataan kasar oleh kakak seniornya. Bahkan, baju seragam korban dicoret-coret oleh siswi seniornya. Ironisnya, tindakan itu terjadi di dalam ruang kelas yang berdekatan dengan ruang guru.
Saat itu, korban ditarik oleh sejumlah sisiwi seniornya ke dalam ruangan tersebut, pada Selasa 12 Agustus 2014 lalu, usai jam pelajaran sekolah.
JS sendiri tidak tahu apa motif para pelaku. Namun, menurut pengakuan anaknya, korban pernah ditegur gara-gara seragamnya. "Katanya cuma baju seragamnya keketatan. Padahal seragam itu juga sebelumnya sudah dia pakai," tegasnya.
JS juga bingung mengapa para pelaku bersikap memusuhi korban. Padahal, putri keduanya itu baru saja masuk ke sekolah tersebut.
"Anak saya baru masuk tujuh hari, baru masuk sekolah, tidak punya musuh. Dia anaknya enggak neko-neko, main juga paling ke mal sama teman-temannya," tuturnya.
JS minta, agar pihak kepolisian menindak tegas para pelaku. Menurutnya, tindakan bully terhadap korban tidak bisa dibiarkan. "Karena akan merusak generasi bangsa," tegasnya.
Saat itu putrinya diejek hingga menangis. Korban dihujat dengan perkataan kasar. Bahkan baju korban ditarik, hingga robek. Setelah peristiwa itu, korban mengadukannya kepada ibundanya. Sang bunda yang tidak terima dengan perlakuan senior korban ini pun langsung melaporkannya ke Polda Metro Jaya.
Laporan tertuang dalam nomor laporan TBL/2878/VII/PMJ/Ditreskrimum, dengan tuduhan Pasal 82 No 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak jo Pasal 281 KUHP.
"Saya hanya minta keadilan agar tidak ada senioritas, main hakim sendiri. Anak saya itu baru sekolah di situ, baru masuk sudah di-bully seperti itu," tegasnya.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto menegaskan, pihaknya masih menganalisa laporan tersebut. "Kalau memang ada pasti akan kita periksa semua yang terlibat," pungkasnya.
Dia juga meminta pihak sekolah untuk kooperatif apabila memang terjadi kasus ini.
(mhd)