Orangtua berperan penting membentuk karakter anak
A
A
A
Sindonews.com - Pengamat Sosial Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati mengatakan orangtua berperan paling penting dalam menentukan sikap dan karakter anak. Apalagi belakangan ini, anak menjadi rentan secara psikologis dalam menghadapi masalah.
"Anak-anak sekarang lebih rentan terhadap problema, lihat saja kalau ada yang gagal atau takut terhadap UN lalu nekat bunuh diri, enggak dibelikan motor bunuh diri atau melompat, niatnya memang orang tua ingin menyenangkan anak, orangtua terlalu cepat mendewasakan anaknya," katanya kepada wartawan di Depok, Jumat (16/5/2014).
Televisi, lanjutnya, memberikan implikasi dan pengaruh luar biasa pada anak. Apalagi tayangan sinetron dapat memicu fantasi bagi anak.
"TV dan permainan lewat gadget seolah hadiah membahagiakan bagi anak," ungkapnya.
Karena itu Devie menilai bahwa orangtua harus tegar dan harus siap dengan predikat orang tua yang kolot dan aneh atau tidak modern saat melarang anak bermain gadget.
Selain itu, orangtua juga wajib meluangkan waktu sedikit untuk berkomunikasi dengan anak termasuk mempertanyakan seluruh kegiatan di sekolah meski hanya duduk bersama di ruang TV ataupun di meja makan.
"Para orangtua harus siap diberikan predikat kejam. Anak harus diatur, diawasi betul. Bangun komunikasi nyata dengan anak," jelasnya.
Belum lagi bahaya gadget secara fisik gadget dapat membahayakan mata dan otak dalam jangka waktu tertentu. Bukan berarti dilarang sama sekali, gadget juga dapat membantu anak sebagai alat bantu menyelesaikan pelajaran di sekolah, namun harus diawasi.
"Anak-anak sekarang lebih rentan terhadap problema, lihat saja kalau ada yang gagal atau takut terhadap UN lalu nekat bunuh diri, enggak dibelikan motor bunuh diri atau melompat, niatnya memang orang tua ingin menyenangkan anak, orangtua terlalu cepat mendewasakan anaknya," katanya kepada wartawan di Depok, Jumat (16/5/2014).
Televisi, lanjutnya, memberikan implikasi dan pengaruh luar biasa pada anak. Apalagi tayangan sinetron dapat memicu fantasi bagi anak.
"TV dan permainan lewat gadget seolah hadiah membahagiakan bagi anak," ungkapnya.
Karena itu Devie menilai bahwa orangtua harus tegar dan harus siap dengan predikat orang tua yang kolot dan aneh atau tidak modern saat melarang anak bermain gadget.
Selain itu, orangtua juga wajib meluangkan waktu sedikit untuk berkomunikasi dengan anak termasuk mempertanyakan seluruh kegiatan di sekolah meski hanya duduk bersama di ruang TV ataupun di meja makan.
"Para orangtua harus siap diberikan predikat kejam. Anak harus diatur, diawasi betul. Bangun komunikasi nyata dengan anak," jelasnya.
Belum lagi bahaya gadget secara fisik gadget dapat membahayakan mata dan otak dalam jangka waktu tertentu. Bukan berarti dilarang sama sekali, gadget juga dapat membantu anak sebagai alat bantu menyelesaikan pelajaran di sekolah, namun harus diawasi.
(ysw)