Pasien keluhkan antrean di apotek RSCM
A
A
A
Sindonews.com - Puluhan pasien Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta mengeluhakan pelayanan dan antrean saat mengambil obat di apotek RS ini. Sebab, petugas apotek yang tidak teratur dan lambannya pelayanan publik di RS tersebut.
Haris (33), warga Bintaro, Jakarta Selatan mengatakan, dirinya sejak Senin 21 April 2014, mengantre untuk pengambilan obat milik bapaknya yang mengidap penyakit komplikasi. Tapi, karena kemarin sudah terlalu sore mendapatkan nomor antrean pengambilan obat, dirinya memilih pulang dan melanjutkan mengantre hari ini.
"Senin (21 April) lalu bapak saya periksa dan selesai pukul 11.00 WIB. Kemudian saya mengambil nomor antrean pengambilan obat dari pukul 13.00 WIB, baru dapat pukul 16.30 WIB, sedangkan loket tutup pukul 19.00 WIB, ya lebih baik saya pulang," katanya kepada wartawan di lokasi, Selasa 22 April 2014.
Begitu juga dengan Aminah (37), warga Depok, Jawa Barat. Istri dari Adlir Yusuf yang menderita gagal ginjal itu mengatakan, proses pengambilan obat di apotek RSCM ini terbilang buruk. Sebab, selain antrean yang dibuat tidak teratur, petuga pelayanan juga terlihat kesibukan mencari obat yang tertumpuk tidak beraturan.
Menurut dia, kesemrawutan itu diakibatkan pemberlakukan kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) awal Januari lalu. Sebelumnya pengambilan obat bagi para peserta Asuransi Kesehatan (Askes) dan Jaminan Kesehatan daerah (Jamkesda), para pasien bisa mengambil obat di apotek rekanan asuransi tersebut.
"Sekarang pengambilan obat hanya satu tempat di apotek RSCM ini. Harusnya kalau seperti itu ya mereka harus siap, baik pengaturan obat ataupun nomor antrean," cetusnya.
Berdasarkan pantauan di lokasi, apotek RSCM lantai dua khusus para peserta BPJS dan Askes tampak semrawut. Pasien berteriak-teriak meminta obat lantaran tak dilayani dengan baik dan sering disusul oleh mereka yang datang belakangan.
Di loket 1 tempat pengambilan obat bagi para pasien yang telah mendapatkan resep sehari sebelumnya hanya terdapat dua petugas. Petugas satu yang merupakan seorang pria bertugas memanggil nama pasien untuk dibagikan obat, sedangkan petugas kedua seorang wanita bertugas mencatat nomor antrean yang telah didapat dan mencari obat dalam tumpukan wadah untuk diberikan ke petugas pria.
Tidak adanya antrean khsusus dan penempatan obat yang teratur diduga menjadi penyebab utama buruknya pelayanan.
Haris (33), warga Bintaro, Jakarta Selatan mengatakan, dirinya sejak Senin 21 April 2014, mengantre untuk pengambilan obat milik bapaknya yang mengidap penyakit komplikasi. Tapi, karena kemarin sudah terlalu sore mendapatkan nomor antrean pengambilan obat, dirinya memilih pulang dan melanjutkan mengantre hari ini.
"Senin (21 April) lalu bapak saya periksa dan selesai pukul 11.00 WIB. Kemudian saya mengambil nomor antrean pengambilan obat dari pukul 13.00 WIB, baru dapat pukul 16.30 WIB, sedangkan loket tutup pukul 19.00 WIB, ya lebih baik saya pulang," katanya kepada wartawan di lokasi, Selasa 22 April 2014.
Begitu juga dengan Aminah (37), warga Depok, Jawa Barat. Istri dari Adlir Yusuf yang menderita gagal ginjal itu mengatakan, proses pengambilan obat di apotek RSCM ini terbilang buruk. Sebab, selain antrean yang dibuat tidak teratur, petuga pelayanan juga terlihat kesibukan mencari obat yang tertumpuk tidak beraturan.
Menurut dia, kesemrawutan itu diakibatkan pemberlakukan kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) awal Januari lalu. Sebelumnya pengambilan obat bagi para peserta Asuransi Kesehatan (Askes) dan Jaminan Kesehatan daerah (Jamkesda), para pasien bisa mengambil obat di apotek rekanan asuransi tersebut.
"Sekarang pengambilan obat hanya satu tempat di apotek RSCM ini. Harusnya kalau seperti itu ya mereka harus siap, baik pengaturan obat ataupun nomor antrean," cetusnya.
Berdasarkan pantauan di lokasi, apotek RSCM lantai dua khusus para peserta BPJS dan Askes tampak semrawut. Pasien berteriak-teriak meminta obat lantaran tak dilayani dengan baik dan sering disusul oleh mereka yang datang belakangan.
Di loket 1 tempat pengambilan obat bagi para pasien yang telah mendapatkan resep sehari sebelumnya hanya terdapat dua petugas. Petugas satu yang merupakan seorang pria bertugas memanggil nama pasien untuk dibagikan obat, sedangkan petugas kedua seorang wanita bertugas mencatat nomor antrean yang telah didapat dan mencari obat dalam tumpukan wadah untuk diberikan ke petugas pria.
Tidak adanya antrean khsusus dan penempatan obat yang teratur diduga menjadi penyebab utama buruknya pelayanan.
(mhd)