Ini perjuangan para karyawan terobos banjir Jakarta
A
A
A
Sindonews.com - Sejumlah ruas jalan di Jakarta masih tergenang air dan menyebabkan kepadatan arus lalu lintas di banyak wilayah. Namun kondisi tersebut tak menyurutkan semangat banyak pekerja di Jakarta untuk tetap mencari nafkah.
Seperti yang diakui Andrian (30), karyawan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa di kawasan Pal Merah, Jakarta Barat. Dia tetap tak mengurungkan niatnya untuk tetap bekerja. Karena menurutnya, bekerja merupakan suatu bagian dari kewajiban dan harga dirinya.
Dengan menggunakan sepeda motor jenis Yamaha Vega, pria yang tinggal di bilangan Cengkareng itu tak gentar untuk berjibaku dengan genangan air.
Saat melintas di kawasan Daan Mogot sekira pukul 09.00 WIB, Andrian nampak berjibaku dengan ratusan kendaraan yang mengantre saat melintasi genangan di depan Samsat Daan Mogot.
Takut terlambat, pria yang baru memiliki putra satu itu akhirnya melakukan contraflow dari arah yang berlawanan.
Sampai di Jembatan Gantung, Andrian kembai ke jalur semulanya dari arah Cengkareng ke Pesing. Namun nahas, saat berada di depan Satpas SIM, dirinya kembali berebut celah dengan ratusan kendaraan motor lainnya untuk dapat melintasi jalan tersebut.
"Selama setengah jam terjebak macet dari Satpas SIM akhirnya saya sampai di pertigaan Pesing. Rupanya Jalan Panjang ditutup karena banjir belum surut," Kata Andrian saat makan siang di sebuah warung yang terletak di Palmerah, Senin (20/1/2014).
Mengetahui Jalan Panjang ditutup, Andrian pun terpaksa mencari celah lain, yakni berinisiatif melintasi Jalan Tanjung Duren. Sedihnya, untuk mencapai Jalan Tanjung Duren, dirinya kembali harus berjejalan dengan ratusan mesin berpolusi.
"Baru kali pertama saya mengalami kemacetan yang begitu dahsyat selama sepuluh tahun menggunakan sepeda motor," ujarnya.
Sekitar pukul 11.30 WIB, Andrian sampai dikantornya. Beruntung atasanya memaklumi situasi dan kondisi yang dialami Andrian. Dia pun bisa langsung menyatap makan siangnya sambil sesekali menghelakan nafasnya.
"Kalau saya tidak masuk, uang makan saya sehari dipotong," keluhnya yang enggan menyebutkan nominal uang makannya tersebut.
Berbeda dengan Andrian, Nina Pasrina (33), karyawan Pengadilan Negeri Jakarta Barat memilih kembali ke rumah pasca menghabiskan waktu selama dua jam setengah berjibaku dengan arus lalu lintas yang semrawut.
Sekira pukul 06.00 WIB, perempuan berbadan gempal itu berangkat dari rumahnya yang berada di Sumur Bor, Cengkareng, Jakarta Barat.
Saat di mulut jalan, Nina menaiki Kopaja 88 Kalideres-Slipi. Di tengah perjalanan, dia ditagih tarif Rp10.000 oleh kenek Kopaja tersebut. Tersentak kaget dengan tarif tersebut, sang kenek pun beralasan jika tarif tersebut lantaran angkutannya melintasi jalan tol.
Satu-satunya angkutan yang melintasi tempat kerja Nina memang hanya Kopaja itu. Dia pun membayarnya meski penuh dengan tanda tanya.
"Dua jam setengah saya duduk, tiba-tiba bus tidak melintas Jalan Tol dan memilih memutar di Jembatan Baru, Daan Mogot" ungkapnya.
Mendapatkan perlakuan tersebut, perempuan yang sehari-hari bertugas di Pengadilan itu pun naik pitam. Dibentaklah kenek sambil dia meminta uangnya kembali. Sang kenek pun meninggalkannya begitu saja. Tak mau cari ribut, akhirnya Nina hanya bisa mengkihklaskan uang lembaran bergambar Sultan Mahmud Badarudin itu.
Berdiam sambil melihat jam tanganya yang menunjukan sekitar pukul 08.35, Nina akhirnya mendekati tukang ojek agar bisa cepat sampai ke kantor bergambar timbangan tersebut. Namun, tarif ojek pun dirasa mencekik dirinya.
"Semua tukang ojek meminta tarif Rp100.000 ke Pengadilan," ujarnya yang akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah.
Sementara itu, Kepala Terminal Kalideres Jakarta Barat, Frendy Manalu, mengakui banyaknya angkutan umum yang tidak beroperasi lantaran banyaknya ruas jalan yang tergenang. Akibatnya, sejumlah angkutan mengambil kesempatan tersebut dengan menaikan tarif seenaknya.
"Rata-rata yang beroperasi bus-bus tinggi seperti Kopaja dan Metromini," tegasnya.
Puuhan penumpang yang menunggu angkutan umum di Terminal tersebut sudah diimbau mengenai rekayasa tarif dan keterlambatan angkutan umum. Namun, mereka tetap saja menunggu dan memiih untuk mengantri di jalur angkutan yang ditujunya..
"Selain memberi informasi penumpang, kami juga memberi imbauan kepada sopir maupun kenek angkutan umum agar tidak menaikan tarif seenaknya," kata Frendy yang juga menjelaskan jika angkutan umum Mikrolet hanya sebatas sampai Grogol.
Seperti yang diakui Andrian (30), karyawan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa di kawasan Pal Merah, Jakarta Barat. Dia tetap tak mengurungkan niatnya untuk tetap bekerja. Karena menurutnya, bekerja merupakan suatu bagian dari kewajiban dan harga dirinya.
Dengan menggunakan sepeda motor jenis Yamaha Vega, pria yang tinggal di bilangan Cengkareng itu tak gentar untuk berjibaku dengan genangan air.
Saat melintas di kawasan Daan Mogot sekira pukul 09.00 WIB, Andrian nampak berjibaku dengan ratusan kendaraan yang mengantre saat melintasi genangan di depan Samsat Daan Mogot.
Takut terlambat, pria yang baru memiliki putra satu itu akhirnya melakukan contraflow dari arah yang berlawanan.
Sampai di Jembatan Gantung, Andrian kembai ke jalur semulanya dari arah Cengkareng ke Pesing. Namun nahas, saat berada di depan Satpas SIM, dirinya kembali berebut celah dengan ratusan kendaraan motor lainnya untuk dapat melintasi jalan tersebut.
"Selama setengah jam terjebak macet dari Satpas SIM akhirnya saya sampai di pertigaan Pesing. Rupanya Jalan Panjang ditutup karena banjir belum surut," Kata Andrian saat makan siang di sebuah warung yang terletak di Palmerah, Senin (20/1/2014).
Mengetahui Jalan Panjang ditutup, Andrian pun terpaksa mencari celah lain, yakni berinisiatif melintasi Jalan Tanjung Duren. Sedihnya, untuk mencapai Jalan Tanjung Duren, dirinya kembali harus berjejalan dengan ratusan mesin berpolusi.
"Baru kali pertama saya mengalami kemacetan yang begitu dahsyat selama sepuluh tahun menggunakan sepeda motor," ujarnya.
Sekitar pukul 11.30 WIB, Andrian sampai dikantornya. Beruntung atasanya memaklumi situasi dan kondisi yang dialami Andrian. Dia pun bisa langsung menyatap makan siangnya sambil sesekali menghelakan nafasnya.
"Kalau saya tidak masuk, uang makan saya sehari dipotong," keluhnya yang enggan menyebutkan nominal uang makannya tersebut.
Berbeda dengan Andrian, Nina Pasrina (33), karyawan Pengadilan Negeri Jakarta Barat memilih kembali ke rumah pasca menghabiskan waktu selama dua jam setengah berjibaku dengan arus lalu lintas yang semrawut.
Sekira pukul 06.00 WIB, perempuan berbadan gempal itu berangkat dari rumahnya yang berada di Sumur Bor, Cengkareng, Jakarta Barat.
Saat di mulut jalan, Nina menaiki Kopaja 88 Kalideres-Slipi. Di tengah perjalanan, dia ditagih tarif Rp10.000 oleh kenek Kopaja tersebut. Tersentak kaget dengan tarif tersebut, sang kenek pun beralasan jika tarif tersebut lantaran angkutannya melintasi jalan tol.
Satu-satunya angkutan yang melintasi tempat kerja Nina memang hanya Kopaja itu. Dia pun membayarnya meski penuh dengan tanda tanya.
"Dua jam setengah saya duduk, tiba-tiba bus tidak melintas Jalan Tol dan memilih memutar di Jembatan Baru, Daan Mogot" ungkapnya.
Mendapatkan perlakuan tersebut, perempuan yang sehari-hari bertugas di Pengadilan itu pun naik pitam. Dibentaklah kenek sambil dia meminta uangnya kembali. Sang kenek pun meninggalkannya begitu saja. Tak mau cari ribut, akhirnya Nina hanya bisa mengkihklaskan uang lembaran bergambar Sultan Mahmud Badarudin itu.
Berdiam sambil melihat jam tanganya yang menunjukan sekitar pukul 08.35, Nina akhirnya mendekati tukang ojek agar bisa cepat sampai ke kantor bergambar timbangan tersebut. Namun, tarif ojek pun dirasa mencekik dirinya.
"Semua tukang ojek meminta tarif Rp100.000 ke Pengadilan," ujarnya yang akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah.
Sementara itu, Kepala Terminal Kalideres Jakarta Barat, Frendy Manalu, mengakui banyaknya angkutan umum yang tidak beroperasi lantaran banyaknya ruas jalan yang tergenang. Akibatnya, sejumlah angkutan mengambil kesempatan tersebut dengan menaikan tarif seenaknya.
"Rata-rata yang beroperasi bus-bus tinggi seperti Kopaja dan Metromini," tegasnya.
Puuhan penumpang yang menunggu angkutan umum di Terminal tersebut sudah diimbau mengenai rekayasa tarif dan keterlambatan angkutan umum. Namun, mereka tetap saja menunggu dan memiih untuk mengantri di jalur angkutan yang ditujunya..
"Selain memberi informasi penumpang, kami juga memberi imbauan kepada sopir maupun kenek angkutan umum agar tidak menaikan tarif seenaknya," kata Frendy yang juga menjelaskan jika angkutan umum Mikrolet hanya sebatas sampai Grogol.
(rsa)